Sebagai seorang pendidik, sering kali teman teman saya bertanya ataupun mengirimkan pesan di sosial media, tentang sekolah-sekolah yang saya anggap bagus dan direkomendasikan. Mungkin saya berkecimpung di dunia pendidikan belum lama, atau sekitar 4 tahun secara murni setelah saya menyelesaikan studi saya di Universitas Pendidikan Ganesha. Tetapi izinkan saya, memberikan sudut pandang tentang sekolah. Karena sebagai orang tua dari anak-anak kita, kita pasti ingin agar anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang terbaik, berkualitas dan bermanfaat.
Mengawali karier saya sebagai pendidik dengan pengalaman yang masih minim, saya merasa bersyukur bisa merasakan, mempelajari dan mengajar di 4 sekolah internasional di Bali (yang kini berubah menjadi SPK). Dalam pandangan saya, setiap sekolah itu baik. Sekolah tentu memiliki visi dan misi serta apa yang dititikberatkan dalam proses pengajarannya.
Dalam memilih sekolah untuk anak, menurut saya yang menjadi poin pertama adalah kesesuaian value dan nilai keluarga dengan sekolah. Nilai-nilai apa yang diajarkan dalam keluarga selaras dengan yang diajarkan sekolah yang dipilih. Dana tentu dipahami bahwa value dalam keluarga pasti berbeda-beda. Budaya yang diajarkan pun berbeda-beda. Sebagai contoh, ada keluarga yang membiasakan anak-anaknya berpendapat ketika hendak berlibur keluarga, dan adapula yang tidak. Harus dipahami pula, bahwa karakter setiap anak yang berbeda tentu sekolahnya pun berbeda. Misalnya Ani sekolah di sekolah permata sebagai contoh, belum tentu andi cocok bersekolah di sekolah permata pula.
Hal ini pernah saya diskusikan dengan salah satu pendidik di temoat saya bekerja dan sebagai psikolog. Kata Beliau setiap anak membawa karakternya dan karakter ini hendaknya menjadi acuan bagi orang tua menentukan sekolah untuk anak. Itulah yang membuat banyak sekali jenis sekolah dengan membawa paham-paham seperti Montessori, Waldorf dan Ayah Edy.
Ketika saya bekerja di 4 sekolah yang berbeda dalam waktu 5 tahun, saya melihat bahwa kurikulum pasti beda. Orang tua hendaknya melihat secara komprehensif, teliti, dan memahami tentang pendidikan yang dipilih untuk anaknya. Tujuan apa yang hendak orang tua ingin capai. Apakah orang tua ingin agar anaknya pintar secara akademik, cerdas secara emosional atau ingin bermanfaat untuk sesama? Poin-poin ini patut menjadi perhatian mengingat sekolah memberikan pengaruh besar dalam proses tumbuh kembang anak.
Di sekolah tempat saya bekerja kedua misalnya, anak-anak dididik dengan kurikulum Cambridge yang menitikberatkan pada akademik. Adapula sekolah yang menggunakan kurikulum IB (International Bacholorette) yang menitikberatkan pada practical atau praktis. Selain itu adapula sekolah tempat saya bekerja yang bebas, dan menitikberatkan keterampilan, nilai-nilai tertentu, dan mendidiknya menjadi salah satu pemimpin perubahan pada lingkungan.
Sekali lagi, berbagai pilihan sekolah alternatif hendaknya menjadi bahan pembelajaran dan pertimbangan untuk memilih pendidikan yang tepat untuk anak. Secara garis besar saya melihat cara mendidik anak dengan 2 cara yaitu dengan membiarkan anak bebas membentuk garis apa dan hingga menjadi sesuatu yang sesuai keinginnanya atau mendidik dengan bidang-bidang batas yang jelas, agar dia lurus dan menjadi pekerja. Kembali lagi, tidak ada yang baik dan buruk. Keduanya sama sama baik namun sama sama pula memiliki kelemahan dan kelebihan. [T]