31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pementasan Teater “Detik-Detik Proklamasi” dan Fakta-fakta Sejarah yang Menggelitik Saya

Ari AntonibyAri Antoni
October 31, 2019
inUlasan
Pementasan Teater “Detik-Detik Proklamasi” dan Fakta-fakta Sejarah yang Menggelitik Saya

Pementasan "Detik-Detik Proklamasi" dari Teater Bumi

50
SHARES

Berangkat dari rumah menuju Taman Budaya  Provinsi Bali saya datang dengan semangat 45 bahwa apa yang akan tonton di Gedung Ksiranawa, Taman Budaya Denpasar, Bali, akan memuaskan dahaga saya di tengah suhu panas meliputi Kota Denpasar.

Pertunjukkan malam ini bertajuk ‘Detik-Detik Proklamasi’ yang dipentaskan Teater Bumi dengan sutradara Abu Bakar. Seperti judulnya apa yang diceritakan dalam pentas kali ini adalah seputaran hari-hari saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Digambarkan bagaimana pergulatan dan hiruk-pikuk menjelang bangsa Indonesia memerdekakan dirinya.

Pertunjukan malam itu (30 Oktober 2019) adalah rangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019.

Koor anak-anak yang berjalan dari kursi penonton menuju sisi kiri panggung membuka jalannya pertunjukkan. Lalu kayon dihadirkan oleh seorang dalang, sebagai tanda pertunjukan dimulai. Segera keriuhan pentas dilempar ke atas panggung melalui derap serdadu-serdadu Jepang yang menggiring para romusha dengan kasar. Di tengah keriuhan itu datang empat orang yang menghalau serdadu untuk menyelamatkan para romusha. Rupanya keempat orang ini adalah orang penting, bidan berdirinya Indonesia sebagai bangsa dan negara. Mereka adalah Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan Radjiman[i].

Keempat tokoh lalu dikisahkan berkunjung menghadap Marsekal Hisaichi di Dalat, Vietnam. Hisaichi adalah panglima angkatan perang Jepang untuk Asia Tenggara. Soekarno diadegkan menagih janji kemerdekaan Indonesia. Adegan berlangsung panas, Soekarno terus mengejar Si Marsekal untuk memenuhi janjinya. Sementara itu Sjahrir sebagai pengiringnya lebih panas lagi. Dengan emosional bahkan sampai melonjak-lonjak untuk saja ada Hatta yang menenangkannya.

Di bagian inilah saya mulai merasa ada yang salah dengan pertunjukkan ini. Ada fakta sejarah yang tidak benar. Untuk itu perkenankanlah saya mengulas apa yang menggangu benak saya. Saya tidak akan membahas artistik, tata lampu, tata rias ataupun kemampuan aktornya.

Ada beberapa fakta-fakta sejarah yang menggelitik saya dari pementasan Pak Abu malam ini. Yang paling menggelitik saya adalah kunjungan Soekarno dan rekan-rekannya ke Dalat, Vietnam pada 12 Agustus 1945. Pada pementasan ini tokoh-tokoh yang pergi ke sana adalah Soekarno, Sjahrir, Hatta dan Radjiman. Tujuan kunjungan ini untuk menagih janji kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang. Mereka menemui panglima angkatan perang Jepang untuk Asia Tenggara, Marsekal Hisaichi Terauchi. Fakta sejarah Sjahrir tidak ikut berangkat hari itu ke Dalat[ii]. Ini adalah sesuatu yang fatal menurut saya mengingat judul pementasan yang tidak main-main: ‘Detik-Detik Proklamasi’, yang tendesinya sarat muatan sejarah.

Kemudian masih di adegan Dalat, Soekarno menagih janji kemerdekaan pada Si Marsekal dengan gagah berani seperti adegan menagih hutang yang telah lama jatuh tempo. Padahal fakta sejarah Si Marsekal sebagai pihak pengundang membeberkan bahwa Jepang telah diujung tanduk dan telah siap memberikan kemerdekaan pada Indonesia[iii]. Kemerdekaan yang telah dijanjikan ini disarankan pada 24 Agustus 1945.

Masih tetap di adegan Dalat, Sjahrir yang seharusnya tidak di sana yang paling mengebu-gebu menagih janji kemerdekaan bahkan hampir mirip kelakuan jago yang jauh dari watak aslinya. Sjahrir adalah intelektual yang lebih sering bermain dibelakang layar dia tidak akan mengotori tangannya secara langsung.[iv]  

Mari tinggalkan Dalat kita menuju ke adegan di Indonesia. Setelah kekalahan Jepang ada adegan dimana bendera Jepang diturunkan dan bendera Belanda dinaikkan sebagai gantinya. Ini simbol kembali bercokolnya Belanda di bumi nusantara melaui agresi militer. Agresi militer dibagi menjadi dua periode Yang pertama tahun 1947 yang kedua pada 1948.

Sebagai  pengiring adegan ini dipakailah musik yang riang gembira yaitu lagu Nasi Goreng untuk mengiringi noni-noni Belanda berdansa-dansi. Judul lengkap lagu ini  Geef Mij Maar Nasi Goreng yang menggambarkan kerinduan seorang Belanda pada aneka penganan Indonesia antara lain nasi goreng, tahu petis, bakpao dan sate babi. Di lagu ini dia membandingkan ketika dia hijrah ke Belanda dia harus beradaptasi dengan makanan setempat. Lidahnya masih saja rindu pada tempat dia dilahirkan[v]. Lagu ini digubah Wieteke van Dort pada tahun 1977 sebagai wujud rindunya pada penganan Indonesia. Wieteke atau Tante Lien lahir di Surabaya pada tahun 1943 lalu hijrah ke Belanda pada 1957 karena masalah politik[vi]. Lagu ini dipakai untuk musik pengiring adegan agresi militer Belanda yang terjadi pada 1947.

Menurut saya hal itu sangat tidak tepat, ahistoris. Masih banyak lagu-lagu Belanda yang bisa dipakai menggambarkan kerianggembiraan yang periode waktunya sinkron. Lagipula lagu yang menceritakan kerinduan seorang Belanda akan masakan Indonesia dipakai untuk menggambarkan kegembiraan orang Belanda yang bisa kembali bercokol di Indonesia.

Satu lagi adegan yang sangat menggangu saya adalah adegan pembuatan naskah proklamasi. Pada adegan ini peran Soekarno sangat sentral. Kesan yang saya tangkap Soekarnolah adalah penggagas acara ini. Padahal pada 16 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta masih menunggu keputusan dari Jepang untuk memberi kemerdekaan. Golongan mudalah yang sangat berperan hingga proklamasi terjadi pada 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta masih berharap proklamasi akan didapatkan dengan cara baik-baik. Jepang yang akan menyerahkan kedaulatan atas nusantara pada Bangsa Indonesia.

Untuk itu golongan muda tidak mau hal ini terjadi. Mereka tidak mau kemerdekaan adalah hadiah. Mereka ingin merebutnya! Tapi di babak ini Soekarno memimpin rombongan datang ke kediaman Laksmana Maeda untuk menyusun naskah proklamasi. Golongan muda hanya diwakili oleh Sayuti Melik yang digambarkan sebagai tukang ketik. Suatu hal yang melenceng dari fakta sejarah. Peran golongan muda pada 16 Agustus 1945 ini sangat penting dan bisa dibilang sentral, mereka mengamankan golongan tua dari pengaruh Jepang. Memberi informasi bahwa Jepang telah kalah perang yang ditutupi oleh pihak jepang. Informasi ini tidak sampai ke telingga Soekarno dan Hatta.

Dus, apa yang saya bahas kurang lebih bisa membuka diskusi. Sebuah pertunjukan baik itu teater, film, atau wayang yang mengangkat muatan sejarah haruslah ketat dalam risetnya jangan asal. Jangan sampai demi keindahan dan kemegahan untuk menghadirkan suasana mengesampingkan fakta-fakta sejarah. Seperti akronim terkenal dari Soekarno, JAS MERAH; Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Oh ya lupa satu lagi aktor yang memerankan Sjahrir harusnya lebih pendek dari Hatta. Sjahrir tingginya hanya 160 sentimetir lebih sedikit karena itulah dia dijuluki Bung Kecil! [T]




[i] Soekarno, presiden pertama Indonesia; Hatta, wakil presiden pertama Indonesia; Sjahrir, perdana mentri pertama Indonesia dan Radjiman adalah ketua Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

[ii] https://tirto.id/sejarah-sukarno-hatta-menjemput-janji-kemerdekaan-ke-dalat-ef51

Anwar, Rosihan.2011. Sutan Sjahri. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

[iii]idem

[iv]Anwar, Rosihan.2011. Sutan Sjahri. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

[v] https://id.wikipedia.org/wiki/Geef_Mij_Maar_Nasi_Goreng

[vi] https://id.wikipedia.org/wiki/Wieteke_van_Dort

Tags: Festival Seni Bali JanisejarahTeater
Previous Post

Memaknai Sumpah Pemuda: Sudahkan Pemuda Berjuang Untuk Permasalahan Lingkungan di Indonesia?

Next Post

Yudane Ajak Penonton Berpikir Sains dalam Gamelan Kontemporer rOrAs Ensemble

Ari Antoni

Ari Antoni

Kadang-kadang jadi fotografer. Tinggal di Denpasar

Next Post
Yudane Ajak Penonton Berpikir Sains dalam Gamelan Kontemporer rOrAs Ensemble

Yudane Ajak Penonton Berpikir Sains dalam Gamelan Kontemporer rOrAs Ensemble

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co