Hari-hari belakanngan begitu panas, selain akibat hujan yang tak kunjung turun juga karena tiba-tiba DPR periode 2014-2019 begitu bersemangat ingin ingin mengesahkan rancangan undang undang. Saat ingin mendapat angin segar dengan duduk sambil intip-intip media sosial maka yang menyapa ternyata para bazzer istana yang menyebar hoax hanya untuk mendiskreditkan serangkaian aksi mahasiswa dan pelajar yang menolak dibodohi melalui penetapan RUU yang kontroversial. Belum lagi bagaimana perlakuan represif apparat keamanan bereaksi menghadapi unjuk rasa yang merupakan serangkaian bentuk sikap kritis masyarakt sipil menyikapi fenomena sosial yang hadir melalui kebijakan yang jauh dari adil.
Ketika masyarakat sibuk dengan rutinitas bekerja untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup yang terus merangkak naik, para wakil rakyat membuat peraturan yang semakin menghimpit. Peraturan yang hendak diberlakukan tanpa pernah disampaikan secara transparan kepada masyarakat untuk ditelaah dan dipahami.
Sebagai sebuah negara yang memegang prinsip demokrasi, sudah tentu public harus mengetahui setiap kebijakan yang hendak diambil terutama berkait undang-undang yang hendak dibuat dan mengatur kehidupan mereka sebagai warga negara. Ketika rutinitas kian menghimpit, media sosial yang diharap bisa menjadi referensi informasi dipenuhi oleh hoax dari corong-corong pemegang kuasa maka ruang-ruang pertemuan selayaknya kembali dibuka. Ruang yang memungkinkan untuk membuka ruang perbincangan yang intim untuk sacara cair membongkar apa permufakatan yang sedang direncanakan dibelakang meja oleh pengusaha-penguasa ketika kita sibuk bekerja.
Hal itu yang kemudian memunculkan ide untuk menyelenggarakan sebuah acara kecil bertajuk “SOLIDARITAS SENJA”, merajut kembali simpul-simpul solidaritas untuk yang selama ini kian memudar akibat rutinitas kerja yang menyita banyak energi. Simpul-simpul yang layak untuk dirajut kembali melalui pertemua dan perbincangan tentu dengan riang sehingga juga bisa menjadi rekreasi di hari kerja,mengisi ulang energi.
Acara diadakan di Selasa 8 Oktober 2019 mulai pukul 14.00 wita di Taman Baca Kesiman, Denpasar.
Solidaritas senja mencoba mengemas perbincangan dengan cair, menghadirkan praktisi,penggiat isu sosial, akademisi, musisi, pekerja seni, penggiat literasi dan public secara luas untuk bertemu, mencari tahu dan berbagi cerita. Memadukan diskusi dengan musik,lapakan litersi dan tenten kreatif.
Diskusi yang ingin diangkat untuk gelaran pertama adalah RUU KPK yang telah ditetapkan dan merevisi Undang undang KPK yang lama. Bahkan ketika serangkain protes dilakukan untuk menolak rancangan tersebut, para wakil rakyat seolah kompak menutup telinga dan mengetuk palu, mengesahkan RUU yang dianggap melemahkan KPK.
Setelah lembaga independent yang lahir sebagai anak kandung revormasi dikebiri dengan revisi undang undang KPK, serangkaian RUU lain yang memungkinkan pemerintah mengeksploitasi sumber daya alam negara menunggu untuk disahkan. Salah satunya tentu RUU Minerba.
Dalam diskusi akan menghadirkan I Wayan Suardana, praktisi hukum sekaligus pejuang lingkungan yang getol menyuarakan penolakan reklamasi teluk benoa, Ki Bagus Hadi Kusuma, Kepala Simpul Belajar Jaringan advokasi tambang (JATAM) yang selama ini giat mengawasi bagaimana sepak terjang perusahaan tambang dan pengaruhnya pada masyarakat sekitar. IGA Mas Rwa Jayantiari, seorang pengajar Ilmu Hukum di Universitas Udayana akan mewakili dari sisi akademisi dan Tata Mustasya, Kepala Kampanye Iklim Greenpeace Asia Tenggara, salah satu lembaga yang dikenal focus pada lingkungan. Diskusi akan dimoderatori oleh Arya Ganaris, direktur yayasan manikaya kausi sekaligus anggota aliansi rakyat anti korupsi bali (ARAK BALI).
Setelah diskusi Solidaritas Senja akan menyuguhkan alunan musik dari Badiktilu, KataDjoeang, penyanyi solo yang bergerilya menyampaikan keresahan akan situasi sosial dari satu panggung ke panggung lain. Juga Karna, projek dari salah satu personel band the odah heri widi anggara.
Gumatat Gumitit Go Spell merupakan ekspresi alunan eksperimental dari Agha Dhaksa, vokalis band psychadelik rock Rollfast dan ditutup dengan senandung musik folk hawai dari band Coconight Man.
Alunan musik yang didedikasikan untuk merayakan perjumpaan, perbincangan dan tentu saja mengisi kembali energi yang telah dihisap selama 8 jam lebih oleh pekerjaan dan jalanan kota Denpasar yang kian padat.
Selain itu di solidaritas senja juga akan menghadirkan lapak literasi dari kawan-kawan penggiat literai yang tak lelah-lelah mendedikasikan waktunya membawa refrensi cara pandang ke tengah-tengah masyarakat. Lapakan akan diisi Perpustakaan Jalanan Denpasar, Perpustakaan Jalanan Tabanan. Buku-buku tak terduga dari Buku Mahardika yang tentu bisa dibawa pulang (jika telah terjadi kesepakatan) dan koleksi rilisan indie (Zine) dari Rak Baca Denpasar Kolektif.
Buat yang khawatir tidak bisa ke pasar untuk memuaskan hasrat berbelanja atau ingin berbelanja hanya untuk melepas penat (bagi beberapa orang berbelanja bisa mengurangi stress), akan ata tenten kreatif. Ruang jual-beli yang hadir memanfaatkan penyiasatan atas ruang dan berlangsung singkat dengan menghadirkan barang-barang koleksi dari; Sindikat Pesta Kebon, Art of Whatever, Morning Sinners, Buku Mahima, Buku Mahardika, Spacecraft Store, Bali Natural Soap, One-Go Lab dan Dari Petani. Barang-barang hasil kreatifitas mulai dari kaos hingga gantungan kunci, mulai dari buku sampai poster, dari sabun hingga tembakau. Semua akan hadir diwaktu yang singkat dengan jumlah yang terbatas.
Acara yang dipersiapkan mendadak dan berlangsung satu hari digelar pada hari selasa 8 oktober 2019 di taman baca kesiman, jl, sedap malam 234 denpasar-bali.
Jika senja begitu setia menemani perjalanan sepulang kerja,sudah selayaknya sekali waktu menikmati senja bersama dengan bersolidaritas dan menolak bodoh dan terus dibodoh-bodohi. [rilis/*]