Seniman foto Doni Balak menampilkan karya-karya foto dalam perjalanan, yang dibingkai dalam tema Rupa Kawanku. Pameran pertama diselengarakan di Komunitas Mahima, Singaraja, Bali, 9-20 Oktober 2019. Komunitas Mahima adalah salah satu tempat singgah dia saat melakukan perjalanan ke Bali.
Judul tulisan ini “Jalan Hidup Fotografi”, dan fokus tulisan ini tentu pada kata pertama dalam judul ini yakni “Jalan Hidup.” Setiap manusia berasal dan menuju ke tujuan yang sama. Bahwa sebagian besar dari hidup secara otomatis terjadi, maka kiranya hidup perlu dihayati. Dalam hal ini Agama, Ilmu-pengetahuan, Filsafat, Sains, dan Seni memiliki persamaan. Adalah jalan untuk manusia berihtiar menghayati hidup dan kehidupannya. Penghayatan atas kehidupan menghantarkan manusia menuju kesadaran yang lebih tinggi. Sebagaimana Agama, Seni adalah juga jalan menuju Kearifan Puncak, Kebahagiaan Absolut.
Dunia pengalaman yang diarungi oleh tiap pencipta tentunya berbeda dalam segi ruang, waktu, praktik sosial, cara pandang, dan sistem nilai. Rangkaian pengalaman ini sebagai bekal masa silam kedalam proses kreatif pencipta dalam rentang waktu yang terus berjalan. Karena pencipta haruslah menjadi dunia bagi dirinya sendiri, dan menemukan segala-galanya di dalam dirinya sendiri, serta di dalam Alam tempat dirinya berada. Sehingga dalam perwujudannya, sebuah karya tidak hanya melewati lorong-lorong pemikiran, tetapi mengendap pada keluasan labirin perasaan.
Fotografi tidak jauh berbeda dengan Sastra dan Seni Rupa. Seniman foto menulis atau melukis dengan media cahaya. Tetapi kita cenderung terjatuh kedalam kebingungan umum. Kita sering berpikir bahwa, untuk sekedar contoh, jika belajar di fakultas media rekam dengan jurusan fotografi kita adalah seniman foto. Sementara, Akademi hanyalah menghadirkan sebagian kecil keadaan untuk fotografi. Refleksi pada tataran nalar perlu diimbangi oleh intensitas (pendalaman) rasa terhadap realitas atas segala peristiwa yang dialami. Seharusnya foto tidak hanya sebagai sebuah “ekspresi”, sebagaimana puisi, yakni gairah dan sukacita.
Borges pernah menulis, “Kita pergi untuk puisi; kita pergi untuk hidup. Dan hidup tersusun atas kepingan- kepingan puisi. Dan puisi boleh jadi bisa muncul pada setiap peristiwa”. Barangkali menjadi seniman dengan beban dan kebesarannya adalah sebuah panggilan hidup. Ketika menghadiri panggilannya mungkin kita tidak menyadari sepenuhnya, bahwa sejak saat itu sesuatu terjadi, dan kita bersiap melihat sesuatu dengan cara yang berbeda.
Jika melihat potret-potret dalam perjalannya, Setelah melihat, mengakrabi, dan berteman dengan objek, Doni tengah berada dalam keadaan yang lebih penting dari segalanya di dalam foto. Yakni “mabuk” dalam foto.
Dalam keadaan itulah, Doni yang sempat mempelajari fotografi di ISI Surakarta berikhtiar menghayati garis tangannya sebagai seniman foto. Menurutnya, esensi foto tidak terletak pada alat apa yang digunakan dalam sesi pemotretan, melainkan inovasi apa yang dilakukan untuk melahirkan sebuah karya.
Hal yang menarik dari pameran Rupa Kawanku ini adalah Doni memotret dengan Hand pone standard. Diputuskan sejak 2016, Semua dari karya fotonya Hitam-putih karena suatu keyakinan bahwa foto berwarna tidak dapat dinikmati oleh mereka yang buta warna. Pada masa Renaissans ketika Michael Angelo berhadapan dengan sebongkah batu, Ia berpandangan bahwa karya tidaklah diciptakan, seniman hanyalah membidani lahirnya sebuah karya. Michael Angelo meyakini, Ia hanya membuang bagian yang tidak penting dari batu tersebut. Hal serupa dalam proses kelahiran karya seniman tradisi di Bali. Doni meyakini bahwa karya foto ada di semesta pikiran pencipta, kamera sekedar membantu lahirnya sebuah karya.
Pada pasca Perang Dunia dua seniman Abstrak Expresionis berpandangan, bahwa: Emosi adalah satu-satunya yang tidak dapat ditangkap kamera. Apakah maknanya berkembang atau bergeser, sepakat atau tidak hanya jika kita sudah melihat karya-karya yang akan di pamerkan di Rumah Belajar Komunitas Mahima, di jalan pantai indah 3 Nomor 46 Singaraja. Pameran ini akan dibuka oleh Made Adnyana Ole, seorang yang tidak asing dikalangan Sastrawan dan Jurnalis.
Doni memotret sejak SMA. Tetapi melihat dirinya dalam fotografi di tahun 2012. Sejak tahun itu memulai perjalanannya. Dan pada pameran ini kita diajak untuk melakukan perjalanan ke dalam karya-karyanya. [T]