2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Film “Dua Garis Biru”, Edukasi dalam Adaptasi

Runi ArumndaribyRuni Arumndari
September 14, 2019
inUlasan
Film “Dua Garis Biru”, Edukasi dalam Adaptasi

Film Dua Garis Biru (dok. Starvision Plus)

43
SHARES

Ketika pertama kali menyaksikan trailer yang dibalut dengan lagu menyentuh berjudul Growing Up dari Daramuda, banyak orang yang mungkin akan teringat film Jenny, Juno (2005) atau Juno (2007), dan berpikir bahwa Dua Garis Biru tidak lebih dari sekadar adaptasi karya orang lain. Tetapi ketika Dara (Adhisty Zara) dan Bima (Angga Yunanda) diperkenalkan melalui sebuah adegan pembuka yang cerdas, kita akan sadar bahwa Gina S. Noer tidak membuat film ini untuk hiburan semata.

Film ini tidak memperkenalkan Dara dan Bima secara terpisah melalui adegan yang menunjukkan keseharian mereka masing-masing seperti yang dapat kita lihat pada Posesif(2017), dan bukan juga melalui narasi dari karakter itu sendiri seperti pada Dilan 1990 (2018). Mereka diperkenalkan secara bersamaan pada suatu adegan murid-murid yang sedang diabsen berdasarkan nilai ulangannya. Dara dan Bima memang duduk sebangku, namun mereka masing-masing mendapatkan nilai tertinggi dan terendah, yang secara tersirat menunjukkan bahwa mereka sepasang namun kontras. Dara jelas berada di atas Bima, dalam hal kecerdasan, ambisi, hingga status sosial keluarga.

Konsep mempersatukan dua hal kontras yang disiratkan melalui adegan pembuka tersebut mempunyai makna lebih dari sekadar tentang sepasang kekasih yang sangat bertolak-belakang dalam berbagai hal, tetapi juga tentang tidak mudahnya mempersatukan dua orang usia belia menjadi sepasang orangtua dalam satu kesatuan keluarga. Dara dan Bima boleh ‘duduk sebangku’, tetapi bahkan untuk perkara makan kerang saja mereka masih berdebat mana yang lebih layak dimakan antara kerang yang sudah terbuka atau masih tertutup. Mereka masih merupakan dua orang yang berbeda yang belum siap untuk hidup bersama dengan visi misi yang sama.

Mereka pikir mereka akan bisa melewati perkara apapun, termasuk kehamilan di luar nikah itu, asalkan mereka saling mencintai. Padahal mereka tidak tahu bahwa mereka butuh lebih dari sekadar rasa cinta untuk menjadi orangtua, bahwa menjadi orangtua tidaklah mudah dan merupakan ‘pekerjaan’ seumur hidup, seperti yang dikatakan oleh Ibu Dara (Lulu Tobing). Mereka tidak sadar bahwa kalimat “saya akan tanggung jawab” memiliki makna yang tidak se-ringan mengucapkannya.

Mungkin mereka adalah gambaran nyata dari kebanyakan remaja di jaman mudahnya-akses-internet ini. Remaja yang tahu terlalu banyak tetapi tidak banyak menaruh paham. Mereka mempunyai banyak akses untuk melihat beragam materi dewasa, tetapi apakah mereka paham mengenai seks itu sendiri? Apakah mereka mengerti akan adanya pencegahan kehamilan melalui alat kontrasepsi? Rasanya tidak. Dan, saya rasa lagi, kemarahan Dewi (Rachel Amanda) kepada Bima yang menyalahkan adiknya karena tidak googling terlebih dahulu sebelum berbuat, mungkin adalah penyesalan kita semua terhadap mereka yang nekad berbuat tanpa ilmu apa-apa.

Tetapi apakah hanya mereka yang dapat kita salahkan atas ketidaktahuan tersebut? Tidak adakah pihak lain yang ikut memberikan kontribusinya, sehingga ‘kepolosan’ mereka hanyalah sebuah produk gagal dari lingkaran orang-orang yang saling terkait? Hilang ke manakah peran orangtua yang seharusnya dapat mengubah topik yang tabu tersebut menjadi sesuatu yang harus mereka tahu? Lalu apakah sekolah tidak bisa menjadi tempat yang tidak hanya memberikan pendidikan berbau akademis tetapi juga pendidikan seks?

Gina S. Noer menggambarkan lingkaran orang-orang yang berkontribusi tersebut dalam satu adegan yang sangat menguras emosi, di mana kehamilan Dara pertama kali terbongkar. Semua pihak tersebut berkumpul dalam satu ruang UKS; ada Dara dan Bima sebagai remaja yang tiba-tiba harus menjadi dewasa namun tidak punya pengetahuan apa-apa tentangnya, kepala sekolah sebagai perwakilan pihak sekolah yang gagal memberikan siswanya pendidikan seks, dan ada orangtua Dara dan Bima yang begitu kecewa dan marah kepada anak mereka, namun juga merasa diri mereka tidak berguna. Dalam ruangan tertutup itu, setiap individu menyumbang kesalahan. Orangtua dan pihak sekolah hanya seperti poster alat reproduksi yang menghiasi dinding ruang UKS; ada namun tidak berhasil memberi ilmu yang berarti.

Film ini nampaknya memang menghadirkan apa yang menjadi gambaran kenyataan. Tidak seperti Juno atauJenny, Juno di mana respon orangtua terhadap perbuatan putra putrinya terkesan santai-santai saja yang rasanya agak tidak mungkin terjadi, di film ini respon tersebut tampak begitu nyata dan emosional. Kemarahan dan kekecewaan mereka terhadap putra putrinya yang keluar dalam bentuk tamparan hingga pengusiran dari rumah sendiri. Kepanikan mereka akan kenyataan bahwa anaknya mungkin tidak bisa lanjut sekolah. Kebingungan mereka akan bagaimana anak mereka akan menanggung semua bebannya. Menyerukan kepada mereka sebuah pernyataan yang begitu menggambarkan kehancuran, kekecewaan, dan kemarahan baik kepada Dara dan Bima maupun diri sendiri sebagai orangtua; “kamu pikir gampang jadi orang tua? Saya aja gagal jadi orang tua.”

Konsep dua hal yang kontras kembali digunakan untuk menggambarkan realita pandangan dan sikap orang terhadap kehamilan di luar nikah. Ada yang bersikeras menyalahkan pihak laki-laki seperti yang dilakukan Ibu Dara, dan ada juga yang melihatnya dengan lebih ‘netral’ seperti Ibu Bima (Cut Mini), yang membalas tuduhan Ibu Dara bahwa anaknya lah yang bersalah, dengan meneriakkan “anak kita!”, sebagai bentuk penegasan bahwa perempuan juga menyumbang kesalahan yang sama dengan laki-laki.

Rantaian konsekuensi yang harus ditanggung pun diceritakan dengan tidak tanggung-tanggung. Tidak hanya Dara dan Bima sendiri yang harus menanggung konsekuensi atas perbuatan mereka dalam wujud mental, fisik, dan finansial, tetapi keluarga mereka juga ikut menanggung bebannya. Beban yang hadir dalam bentuk penanggungan rasa kecewa dan malu, pengorbanan, hingga pertaruhan harga diri.

Setiap konsekuensi hadir sebagai edukasi yang memperingatkan betapa tidak sepele-nya kehamilan di luar nikah tersebut, terutama di usia muda seperti yang terjadi pada Dara. Setiap dialog pun hadir sebagai edukasi yang memberitahu banyak hal; mulai dari hal-hal kecil mengenai pekerjaan menjadi orangtua, peristiwa pembuahan itu sendiri yang hadir melalui pelajaran Biologi di kelas, penggunaan alat pengaman yang muncul secara natural saat Dewi mengungkapkan kemarahannya pada Bima, hingga hal-hal berbau medis yang disampaikan tanpa kesan ‘berat’ oleh dr. Fiza Hatta (Ligwina Hananto).

Pada akhirnya, kehadiran seorang calon bayi yang dikandung Dara tanpa proses pernikahan tidak lantas menjadi sebuah mukjizat yang kemudian mempertegas makna cinta diantara mereka, apalagi menjadi momentum untuk belajar tentang mencintai dan dicintai, yang sudah pernah kita lihat dalam Juno. Tidakjuga seperti Jenny, Juno di mana kehadiran calon bayi itu pada akhirnya hanya menjadi momen selebrasi cinta mereka, tanpa edukasi apa-apa. Dalam Dua Garis Biru, Gina S. Noer menjadikan kehamilan Dara sebagai momen edukasi, yang diceritakan dengan penuh emosi.

Dua Garis Biru adalah sebuah gambaran nyata tentang apa saja yang akan terjadi sebagai akibat dari kehamilan di luar nikah pada usia muda, serta tentang kehamilan itu sendiri. Film ini berusaha mengambil peran sebagai media sex education, karena entah sampai kapan seks akan dilihat sebagai hal yang tabu di tengah masyarakat yang sudah serba tahu ini. [T]

Tags: edukasifilmFilm Dua Garis BiruFilm Indonesiafilm layar lebarPendidikansekolah
Previous Post

“Saru Gremeng” Intelektual Muda Hindu

Next Post

Perjumpaan dengan Bayangan yang Hilang

Runi Arumndari

Runi Arumndari

Seorang dokter yang juga senang menulis dan melihat film tidak hanya sebagai media seni dan hiburan. Pernah menulis beberapa kali di sebuah koran. Pernah pula aktif menulis tentang film walau hanya dalam blog pribadi. Blog/website: msgretagarbo.tumblr.com dan phrasingcinema.blogspot.com

Next Post
Perjumpaan dengan Bayangan yang Hilang

Perjumpaan dengan Bayangan yang Hilang

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co