30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kukul Bulus

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
September 3, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
32
SHARES

Jaman Kali adalah jaman kehancuran. Jaman kehancuran adalah perlindungan atas segala macam problema yang terjadi. Bingung kan? Ya wajar, saya juga bingung. Untuk mengentaskan kebingungan, ayo bertanya mengapa? Karena, jika ada sesuatu yang terjadi menyangkut berbagai macam hal yang buruk, maka alasan terjadinya adalah Kali Yuga atau jaman Kali.

“Nak suba Kali Yuga”

Dengan mengucapkan itu, maka seluruh masalah selesai. Itulah perlindungan. Banyak yang sudah merasa cukup dengan jawaban itu. Jadi jika terjadi apa-apa, jawabannya sudah tersedia, ialah Jaman Kali! Benarkah Bali sekarang ada di dalam Jaman Kali? Jika iya, lalu kita harus bagaimana? Mari kita baca kata-kata di bawah ini.

[…] pada Kali Yuga janganlah akar permasalahan dicari dan divonis datang di luar, tapi temukanlah di dalam. Apabila kelak Bali mengalami Kali Yuga seperti Majapahit, maka cari dan temukanlah sebab-sebabnya di dalam Bali itu sendiri [IBM. Dharma Palguna, Shastra Wangsa].

Yang dikatakan dalam kutipan Shastra Wangsa itu tidak sepenuhnya benar. Akar permasalahan tidak melulu dari dalam, karena bukan tidak mungkin juga datang dari luar. Akar dari luar itu seperti stimulus untuk menumbuhkan pohon di dalam yang nantinya bisa berbiak, berbunga, dan berbuah.

Dari luar atau dari dalam, keduanya sama-sama memungkinkan dan sama-sama mempengaruhi. Seperti sebuah lingkaran, sudah tidak jelas lagi dimana letak awal dan akhirnya. Jadi akar masalah bisa tumbuh dimana-mana. Akar itu sudah seperti Tuhan yang berada dimana-mana, meresap ke segala arah, dia ada tapi tidak kelihatan, dibakar tidak hangus, direndam tidak basah, dijemur tidak kering, dimakan tidak habis. Hebat sekali akar masalah itu!

Menemukan akar masalah, bisa menjadi langkah awal untuk menyelesaikannya. Jika akar masalah itu ada di luar, maka bisa disiasati dengan membuat benteng pertahanan. Benteng itu bisa terbuat dari tembok tinggi berupa aturan-aturan. Untuk membuat benteng yang bagus, diperlukan arsitek yang hebat, bahan yang kuat, dan undagi yang tidak kalah hebatnya. Jika sudah demikian, benteng akan kokoh dan sulit ditembus.

Tapi hati-hati, jangan sampai justru benteng itu pula yang nanti mengasingkan dan memenjarakan yang dibentenginya. Kalau dalam ilmu arsitektur Bali, sebuah tembok biasanya dibolongi di bagian tertentu. Gunanya adalah untuk mengalirkan air hujan, namanya Song Embahan. Si Empunya benteng, juga dibuatkan celah untuk keluar masuk, namanya Pamesuan, yang artinya tempat keluar. Tempat keluarpun tidak hanya satu, tapi beberapa. Jadi saat ada keadaan darurat, penghuni rumah bisa keluar tanpa diketahui.

Lalu bagaimana jika akar masalah itu ada di dalam tubuh penghuninya seperti yang dimaksudkan oleh Shastra Wangsa? Diagnosa seperti itu terdengar segar meski tidak sepenuhnya baru. Masalahnya kemudian adalah penanggulangan dari masalah itu. Seperti halnya penyakit, perlu ada obat yang diberikan bagi pesakitan agar sakitnya hilang, lenyap. Memang jika membaca salah satu teks usadha, ada semacam formula yang bisa diajukan untuk mengobati penyakit tanpa obat-obatan.

Teks itu berjudul Kaputusan Punggung Tiwas. Meskipun demikian, bukan berarti semua jenis penyakit dilebur tanpa menggunakan obat, karena pada beberapa bagian, teks tersebut juga menjelaskan tanaman-tanaman obat yang digunakan dalam pengobatan. Dalam kasus jaman Kali ini, barangkali dua jenis cara itu bisa juga ditempuh. Maksudnya, pengobatan dilakukan tanpa sarana dan dengan sarana. Apa bentuknya?

Aturan adalah sarana. Aturan penting, karena aturan adalah pengikat. Pengikat ini penting diadakan agar ada batas-batas yang tidak boleh dilewati. Aturan dalam hal ini adalah sasana, atau tata susila. Setelah pemahaman yang benar tentang aturan ini didapat, barulah jenjang melepaskan ikatan dapat dimulai. Tahapan ini pula yang dimaksud sebagai tanpa sarana.

Disebut tanpa sarana, karena sarana itu telah ditinggalkan. Meninggalkan bukan berarti tidak lagi menggunakan. Meninggalkan sarana, lebih mirip seperti meninggalkan buku-buku, lontar-lontar, karena isinya sudah betul-betul menubuh. Bagi orang yang sudah mencapai tingkat itu, keberadaan buku, lontar, awig-awig, banten, arca, gedung, pura, sudah tidak berpengaruh lagi. Wujud fisik tidak lagi mengikat. Tetapi, tingkatan itu tidaklah didapat dengan mudah oleh semua orang. Oleh sebab itu, pentingnya atau tidaknya keberadaan dan ketiadaan sarana sangatlah relatif.

Menjaga jarak di antara keduanya memang penting untuk terus-menerus diadakan dan dijaga konsitensinya. Sayangnya, menjaga jarak ini juga yang membuat penjaganya kesulitan untuk mengambil keputusan. Sebuah keputusan selalu dipandangnya bersisi dua, baik-buruk. Maka, orang-orang yang berada di jalan tengah bisa diajak untuk bertimbang pandang dan mempertimbangkan. Selanjutnya keputusan mestilah diambil oleh para ksatria.

Setelah keputusan diambil, tahap selanjutnya adalah penyikapan atas konsekuensi dari keputusan tadi. Maka, bagi Cangak, kinilah saatnya menggali sumur atau mencari sumber air baru demi keberlangsungan kehidupan para ikan. Jika tidak, akan semakin banyak korban jiwa berjatuhan di negara Telaga ini. Telaga ini tidak lagi luas dan dalam, justru sudah berubah menjadi kolam kecil yang dangkal. Konsekuensi dari kedangkalan, adalah kecipak air yang terdengar riuh. Bukankah jika air sudah riuh, itu artinya tidak dalam?

Gali dulu sumurnya, jadi nanti saat air sudah surut, kita tahu kemana harus berlindung. Jika hanya diam dan menunggu, wah…

Maka dari itu, saya pikir menyediakan kolam yang lebih besar adalah salah satu cara agar lebih banyak ikan yang selamat. Kalau bisa, buatlah kolam yang airnya mengalir bukan menggenang. Air yang hanya tergenang dan tidak mengalir, tidak bisa menjamin kesehatan para ikan. Airnya bisa jadi busuk. Apalagi, kolam yang sekarang ini kolam yang sempit. Kita sudah terlalu sesak di dalam sini. Seberapa kalipun air-air kolam ini diganti, tetap saja kolam ini sudah tidak layak huni.

Ini tentang jangka panjang! [T]

Tags: filsafatfilsafat balisastra
Previous Post

Pada “Peta Kesehatan”, Di Manakah Posisi Anda?

Next Post

Śivamba – Catatan Harian Sugi Lanus

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Śivamba – Catatan Harian Sugi Lanus

Śivamba - Catatan Harian Sugi Lanus

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more

“Punia Digital”: Dari Kotak Kayu ke Kode QR

by Dede Putra Wiguna
May 30, 2025
0
“Punia Digital”: Dari Kotak Kayu ke Kode QR

SETELAH melaksanakan persembahyangan di sebuah pura, mata saya tertuju pada sebuah papan akrilik berukuran 15x15cm, berdiri tenang di samping kotak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co