Untuk merayakan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Jatijagat Kampung Puisi (JKP) menggelar acara diskusi novel Rainbow Cake(2019) karya kolaborasi Rayni N. Massardi dan Christyan AS. Diskusi tersebut digelar pada hari Sabtu, 17 Agustus 2019, pukul 19.00 wita, di markas JKP, Jalan Cok Agung Tresna Nomer 109 Renon, Denpasar, Bali. Acara diisi dengan pemaparan proses kreatif penulisan novel, pembacaan nukilan novel, dan pementasan musikalisasi puisi bersama kelompok “Senja di Cakrawala”.
Novel psycho-thriller setebal 260 halaman ini cukup menarik perhatiankarena berkisah tentang seorang perempuan korban bullying (perundungan) yang kemudian berhasil membalaskan dendamnya. Tokoh utama novel ini, Hilda, pernah mengalami di-bully pada masa remaja, sehingga membuat sang tokoh merasa selalu tidak nyaman dengan dirinya. Hal itu membuat hatinya menjadi keras. Kemudian dia melanjutkan sekolah ke Paris, ia perlahan mengubah cara pandang terhadap diri dan gaya hidupnya. Di Paris dia belajar memasak dan bikin kue. Dan dia juga memiliki kegemaran baru mengunjungi galeri seni, membuatnya terpaku di hadapan sebuah lukisan yang menggetarkan dan perlahan membuka pengalaman aneh pada tubuhnya.
Hilda kemudian hijrah ke Ubud, Bali. Dia mulai dihantui musik dan lagu yang tiba-tiba bersarang di kepala dan telinganya. Selain merasa ngeri dan membuatnya mual dan pening, ia juga menikmati gairah dan energi aneh dari apa yang didengarnya. Sampai ia bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang pernah melukai hati dan sangat dibencinya.
Ketika balik ke Jakarta, Hilda sukses sebagai pembuat dan pemilik toko kue. Namun masa lalunya semakin menghantui dan merusak jiwanya. Cinta, benci, rindu, dan dendam telah mengaduk-aduk emosi dan energinya yang luar biasa. Alunan musik dan lagu misterius yang terus menghantuinya telah mendorongnya untuk melakukan hal-hal tak terduga termasuk mewujudkan seni instalasi “Kue Terindah”. Sebuah “Rainbow Cake” yang berakhir dengan kengerian dan malapetaka.
Proses penulisan novel yang digarap dua pengarang dari generasi berbeda ini termasuk unik. Gagasan utama novel ditulis oleh Rayni pada tahun 2018 hingga selesai. Kemudian diserahkan kepada Christyan untuk ditambahkurangi dan dilengkapi sesuai imajinasi dan kreasinya sendiri. Setelah rampung mereka kemudian mendiskusikan, menyunting ulang dan saling melengkapi hingga mencapai bentuk final pada tahun 2019. Christyan tidak hanya ikut menulis dan melengkapi teks, tapi juga membuat ilustrasi di setiap bab dan kemudian membuat rancangan sampulnya.
Kerjasama Rayni dengan Christyan tidak hanya pada penggarapan novel ini saja. Sebelumnya, Rayni pernah meminta Christyan untuk membuat ilustrasi dan gambar sampul kumpulan cerita pendek bergambar Daun Itu Mati(2017). Dan kini mereka tengah menyiapkan cerita bergambar berjudul Pocong Ketakutan.
Bagi Rayni, Rainbow Cake ini adalah karya fiksinya yang kesembilan, dan merupakan pengalaman pertamanya menulis novel thriller. Dan, tanpa terduga, karyanya ini seolah digerakkan serta dijiwai oleh energi luar biasa dari dua lagu karya seniman Sudjiwo Tedjo: Titi Kolo Mongso dan Ingsun. Rainbow Cake adalah novel Rayni yang kedua setelah “Langit Terbuka” (Prenada Media-2017). Sebelumnya, Rayni dikenal sebagai fashion styliste, dan pengarang cerita pendek dan sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan cerpen, serta menulis beberapa buku nonfiksi.
Rayni N. Massardi lahir Brussels, Belgia, 29 Mei 1957. Lulusan Universitas Paris III, Sorbonne Nouvelle, Departement d’Etude et de Recherches Cinematographiques, Paris, Perancis (1981), ini pernah ikut dalam beberapa produksi film dan mengajar sinematografi. Berhenti dari kegiatan film, ia kemudian banyak menulis cerita pendek yang dimuat di pelbagai koran dan majalah. Antara lain terpilih dalam antologi Laki-Laki yang Kawin dengan Peri: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1995 dan Riwayat Negeri yang Haru: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006. Kumpulan cerpen tunggalnya adalah: Istri Model Baru (1990), Pembunuh (2005), I Don’t Care (2008), Awas Kucing Hilang (2010), dan Terima Kasih Anakku (2012).Rayni juga menulis karya nonfiksi, antara lain: Ngoprek ‘Santai’ Syair Lagu: Dari Taman Langit sampai TakAda yang Abadi (2010), Hidup Enggak Enak Itu Enak! (2007), 1655: Tak Ada “Rahasia” dalam Hidup Saya! (2005), dan Inspirasi Mode Indonesia (2003).
Sementara itu Christyan AS lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 9 Februari 1990 dan dibesarkan di Denpasar, Bali. Lulusan S1 Pendidikan Seni Rupa dari Universitas Negeri Malang, dan S2 program pascasarjana Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM, ini berkarya di bidang multidisiplin seni: seni rupa, performance art, aktor, menulis lagu, dan lain-lain. Beberapa ilustrasinya antara lain pernah dimuat dalam buku Meditasi Kimchi karya Tengsoe Tjahjono (2016), Usaha Membunuh Sepi karya Felix K. Nesi (2016), Daun itu Mati karya Rayni N. Massardi (2017), ilustrasi cover untuk buku Estetika Musik karya Suka Hardjana (2018), ilustrasi untuk beberapa film indie, dan lain-lain.
Christyan juga aktif dalam banyak pementasan teater, seperti Caligula (2013) dan Hamlet (2013) dengan Teater Ruang Karakter-Malang, monolog Mata Kucing (2015) yang disutradarai Abu Bakar (Teater Bumi-Denpasar). Dia juga menjadi sutradara, penulis naskah, sekaligus pemain utama dalam lakon Suara-Suara (2018) yang diinspirasi dari naskah Nyanyian Angsa karya Anton Chekov (produksi Teater Vocarium bekerjasama dengan Teater Amarta, Yogyakarta), dan lain-lain. [T] [*]