10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyelami Makna Kehidupan dalam Novel “Luh” Karya Ktut Sugiartha

Wulan Dewi SaraswatibyWulan Dewi Saraswati
August 14, 2019
inUlasan
Menyelami Makna Kehidupan dalam Novel “Luh” Karya Ktut Sugiartha

Wulan Dewi Saraswati (kiri) dan penulis novel Luh, Ktut Sugiartha dalam acara Denpasar Book Fair 2019 (foto Putu Supartika)

67
SHARES
  • Judul : Luh
  • Penerbit : Pustaka Ekspresi
  • Tahun terbit : Cetakan Pertama, April 2019
  • Penulis : Ktut Sugiartha


One is not born, but rather becomes, a woman – Simone de Beauvoir

Novel Luh karya Ktut Sugiartha adalah karya yang mengalir. Novel ini tentu lahir sebagai sebuah refleksi diri dalam sudut pandang perempuan. Ini menarik sebab penulisnya adalah seorang laki-laki, namun sudut pandang orang pertama yang digunakan adalah tokoh perempuan. Karakter tokoh utama yakni Luh digambarkan punya pemikiran yang matang, prinsip hidup, dan ketangguhan. Selain itu, keresahan-keresahan yang dirasakan Luh juga tidak terlalu didramatisir.

Pola pembentukan tokoh perempuan dalam novel ini tentu adalah sebuah mimikri dari realita. Luh dihadapkan oleh masalah yang juga dialami oleh sebagian besar perempuan. Apakah perlu melanjutkan sekolah? Apakah perempuan harus selalu di rumah? Apakah perempuan harus terus mengalah? Apakah budaya dan adat masih menjadi penghalangan untuk perempuan berkarya? Apakah perempuan harus terus mengeluh terhadap pahit getirnya kehidupan? Bisakah perempuan mengambil keputusan?

Pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan itu terjawab dalam alur cerita yang sistematis. Novel Luh yang terdiri atas tujuh bagian ini mengantarkan pembaca untuk lebih mendalami cerita. Selain itu, cerita yang disuguhkan mengalir ringan dengan diksi sederhana. Metafora yang dipilih cenderung bernuansa romantis yang terdapat di setiap permulaan bagian cerita. Seperti penggalan berikut.

Kuguyur tubuhku dengan bergayung-gayung air. Segar sekali rasanya, mengundang bibirku untuk bersenandung ria (hal.19).

Matahari hampir mencium carawala. Langit di ufuk barat tampak bagai selembar kanvas yang dipoles nuansa lembayung (hal28).

Alur novel ini dibuka dengan tokoh Luh bercakap-cakap dengan temannya sepulang kuliah dan menuturkan tentang kehidupan asmaranya dengan Mardawa yang tidak berjalan baik. Luh juga memaparkan tentang dirinya yang berjuang dengan ibunya sepeninggal ayahnya. Ia pun harus membantu ibunya yang jualan di pasar, menjual canah dan buah-buahan. Kemudian kemunculan tokoh baru yakni Ngurah seorang dokter yang tertarik dengan Luh.

Konflik ini menjadi lebih hidup karena Luh bingung untuk mengambil beberapa keputusan dihidupnya. Tokoh Luh bimbang antara bekerja atau lanjut belajar, dia juga ragu dengan asmaranya,  kemudian dihadapkan dengan pilihan antara kasta atau keluarga.  Konflik batin yang dipilih ini semakin menarik karena dibubuhi unsur niskala dan spritualitas. Hal-hal magis yang dialami Luh nampak mengejutkan, terlebih karena hal ini ia pun mengetahui fakta tentang ayahnya.

“Percuma, Luh.” Katanya suatu hari.

“Kamu tak mungkin bisa berbuat banyak untuk keluarga kita hanya dengan mengandalkan ijazah SMA. Berapa sih gaji yang bisa kamu harapkan?” (hal.6)

Konflik lain terlihat pada bagian Mimpi Aneh. Luh mendapat beberapa firasat dan kerap bermimpi yang seram. Luh kemudian mencoba menanyakan ke orang pintar.

“Aneh, mimpi itu ternyata datang lagi pada hari berikutnya dna berikutnya lagi. Aku sangat terganggu dibuatnya.” (hal.63)

“Ia hanya mengingatkanmu.” Mengingatkanmu akan panggilan leluhur.” (hal.66)

Konflik lain terlihat pada bagian Mimpi Aneh. Luh mendapat beberapa firasat dan kerap bermimpi yang seram. Luh kemudian mencoba menanyakan ke orang pintar.

“Aneh, mimpi itu ternyata datang lagi pada hari berikutnya dna berikutnya lagi. Aku sangat terganggu dibuatnya.” (hal.63)

“Ia hanya mengingatkanmu.” Mengingatkanmu akan panggilan leluhur.” (hal.66)

Percakapan antara Luh dan ibunya ini ternyata dijawab dengan diterimanya Luh menjadi pramugari. Namun Mardawa, kekasihnya menentang keputusan itu.

“Wanita itu makhluk yang lemah, Luh. Tak mungkin Luh ingkari itu. Jauh dari rumah sangat riskan buatmu.”

“Saya bukan anak kecil lagi. Saya tahu apa yang Bli maksud. Bli Meragukan kesetiaan saya, kan?”

Konflik pun berlanjut ketika Ngurah lebih gencar mendekati Luh. Ia pun melamar Luh. Namun Luh mempunyai dilema karena berbedaa status sosialnya.

Saya baru sadar, ternyata kita tidak berdiri di atas kutub yang sama.” (hal 30)

Aku sangat risau akan perbedaan status sosial di antara kami, apalagi kau harus dikaitkan dengan embel-embel kasta…..

Membiarkanku kawin dengan Ngurah berarti memutus hubuganku dengan Ibu, sebab begitu menjadi istrinya statusku akan berubah (hal.94)

Tokoh Luh mencoba menyelesaikan konflik ini dengan mengambil keputusan. Keputusan-keputusan yang diambil oleh tokoh Luh dalam novel ini sangat berisiko. Perempuan remaja yang dihadapkan oleh berbagai konflik batin seperti ini tentu akan kesulitan memutuskan sesuatu. Rasa kelekatannya terhadap ibunya, pacarnya, dan temannya membuatnya sulit untuk mengambil keputusan. Tokoh Luh lantas tak mau lemah. Ia memilih mengejar cita-citanya dan meminimalisir kecemasannya.

“Aku betul-betul menikmati pekerjaanku. Hari-hari kulalui dengan semangat hidup yang baru….Bamun apa yang berhasil kucapai adalah berkat ibu juga. ”(hal.42)

“Kerja itu persembahan, Nak.” Tulisannya dalam sepucuk surat. (hal.43)

“Kamu tak perlu menjadi siapa pun, jadilah dirimu sendiri. (hal.43)

Novel ini ditutup dengan kepergian ibu Luh. Sebelum meninggal dunia, ibunya meninggalkan pesan agar Luh segera menikah dengan Ngurah. Ibunya akan tenang bila Luh bersama Ngurah.

Novel Luh merangsang kita untuk berani mengambil keputusan, mengambil risiko, dan tetap optimis terhadap dinamika perubahan hidup. Perempuan tidak perlu selalu menjadi korban, selalu memandang diri tidak berdaya, dan sedikit pilihan. Terlebih pada masa transisi, emosi yang menggebu tidak dibarengi dengan kematangan bersikap. Novel ini sangat direkomendasikan untuk remaja baik perempuan maupun laki-laki yang ingin mendalami diri dan memperluas pemikiran sehingga mampu membuat keputusan-keputusan yang ajaib. [T]

Catatan: Ulasan ini disampaikan dalam acara bedah buku pada acara Denpasar Book Fair, Selasa, 14 Agustus 2019.

Tags: Bukunovelresensiresensi buku
Previous Post

Spirit Penyair Wiji Thukul dari Lagu Sang Pejuang MR HIT

Next Post

Orang Bali dan Waktu – Dari “Semengan Deg” hingga “Ngelingsirang”

Wulan Dewi Saraswati

Wulan Dewi Saraswati

Penulis, sutradara, dan pengajar. Saat ini tengah mendalami praktik kesenian berdasarkan tarot dengan pendekatan terapiutik partisipatoris

Next Post
Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

Orang Bali dan Waktu - Dari "Semengan Deg" hingga "Ngelingsirang"

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co