Bisa dibilang Kapal CC adalah club sepeda yang unik. Tiga belas tahun club ini tidak memiliki jersey seragam, tapi tetap kompak dan eksis sampai sekarang. Barangkali memang sudah kesepakatan di antara para anggota. Walau tanpa pakaian seragam, semangat gowes tetap menyala. Lebih indah gowes dengan pakaian warna-warni seperti pelangi. Kalau club lain, dengan rentang waktu 13 tahun itu, barangkali sudah berganti jersey sebanyak 7 kali.
Dulu, saat jadwal gowes di sore hari setiap Selasa dan Jumat, peserta gowes bisa mencapai 19 orang. Itu sudah setengah lebih dari anggota Kapal CC yang berjumlah 30 orang. Spirit gowes yang berapi-api. Konon, dari dulu selalu gagal mendapat kesepakatan bikin jersey. Desain sudah jadi, tapi entah kenapa tidak terwujud dicetak. Agaknya roh club ini tidak perlu lagi disatukan dengan baju seragam. Dengan warna-warni, semangat kami justru semakin menyala.
Setahun yang lalu barulah jersey seragam itu berhasil dicetak. Dengan warna merah dipadu gradasi hitam, tulisan Kapal CC besar di dada, dan ada gambar kodok di punggung. Desain ini kita sepakati bersama-sama, kemudian dicetak oleh Magma Joesport. Mengenai gambar kodok di punggung itu, ada makna tersendiri. Kodok adalah binatang ampibi yang bisa hidup di air dan di darat. Demikian juga para anggota Kapal CC, senang gowes di medan offroad dan onroad. Main lumpur oke, main jalan raya yang bersih juga oke.
Kalau tidak salah, sekitar 6 tahun silam saya bergabung ke club ini. Aktif hanya setahun, kemudian lama saya vakum dari bersepeda, kemudian 3 tahun yang lalu aktif kembali dan balik bergabung lagi ke Kapal CC. Awalnya saya diajak Pak Made Puja. Sempat saya takut, karena saat itu saya hanya seorang pemula. Tapi lama-lama saya bisa beradaptasi.
“Sing peteng sing mulih”, begitulah motto kami, entah siapa yang mencetuskan kalimat pendek penuh makna ini pertama kali. Artinya: pantang pulang sebelum senja betul-betul berubah jadi malam. Saat itu kami hanya mengandalkan lampu senter LED yang dipakai di kepala untuk penerangan jalan saat gowes, memasuki tegalan dan sawah. Kalau dipikir-pikir ngeri juga. Gowes di jalan raya saat tidak ada matahari, itu sudah biasa. Lha, ini di tegalan dan sawah yang penuh semak belukar, di malam hari. Sungguh beresiko. Pernah kami gowes di atas jalan kecil petak sawah dengan penerangan seadanya, sementara di kiri kami adalah jurang. Tapi kami tetap asyik. Mungkin kami satu-satunya perkumpulan sepeda yang gowes nekad kayak ini. Begitu unik.
Apalagi kalau gowes saat kajeng kliwon. Kalau kebetulan memasuki setra(kuburan) dengan pohon besar, ini adalah bagian yang paling menyeramkan. Ngeri-ngeri sedap. Sebenarnya yang paling ditakuti kalau ketemu ular. Pernah seorang teman kami mendapati seekor ular hijau sudah terlilit di sproket sepeda. Untungnya ular itu telah mati terkena lilitan rantai dan sproket.
Tahun 2005 Kapal CC berdiri. Awalnya terbentuk dari sekaa demen, gradag-grudug gowes secara dadakan. Kemudian lebih serius. Dibikin jadwal gowes secara teratur, yaitu setiap Selasa dan Jumat sore, dan Minggu di pagi hari. Awalnya kami gowes memakai sepeda gunung. Setelah belakangan ini kami mengenal roadbike, jadwal gowes kemudian ditambah, yaitu hari Kamis sore khusus untuk roadbike.
Namanya saja Kapal CC, ya sekretariatnya terletak di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Sekretariat sepeda tentunya tidak semewah sekretariat sebuah partai, yang lengkap dengan meja dan kursi bagus. Sekretariat Kapal CC adalah sebuah bengkel sepeda motor, sebelah utara SPBU Kapal, agak ke barat sedikit. Bengkel milik Pak Dede yang sehari-hari langsung dia kelola sendiri. Di samping ahli memperbaiki motor, Pak Dede juga mengerti tentang sepeda. Sehingga kalau ada gangguan pada sepeda sedikit, rekan-rekan biasanya minta tolong pada Pak Dede.
Iya, bengkel kecil milik Pak Dede ini menjadi saksi perjalanan Kapal CC. Di sinilah menjadi titik kumpul sebelum gowes dimulai. Dua buah kursi kayu di pojok bengkel, di antara deretan oli dan lusinan kunci, penyangga pantat kami saat berjam-jam ngobrol tentang sepeda. Di sinilah ide-ide itu lahir. Usulan gowes ke luar pulau Bali kadang muncul di sini, kemudian digodog lebih serius dengan serangkaian rapat di rumah Pak Gede Oka Suastika, ketua Kapal CC.
Sudah 14 tahun, itu bukan waktu yang pendek. Pak Gede Oka Suastika, sang ketua atau lebih sering dipanggil Pak Kelihan, sekarang rambutnya sudah memutih. Meski sudah ubanan, semangat dan energi untuk gowes tak pernah padam. Meski usia sang ketua sudah memasuki angka 50-an tahun, fisiknya masih kuat. Masih bisa melahap jarak seratus kilometer, bahkan keliling Bali dalam waktu tempuh dua hari. Saya saja yang lebih muda, tidak pernah bisa mengejar kecepatan sepeda beliau, meski sudah pontang-panting mempersiapkan latihan fisik…hehehe.
Kapal CC pernah melahirkan atlit-atlit muda seperti Made Dwi Prastama dan Rani Pratama Dewi. Pembalap-pembalap muda yang kemudian digembleng secara serius oleh ISSI Badung. Dan pada puncaknya, mewakili Badung, Rani berhasil meraih 5 medali emas Porvrop di tiga tahun berbeda. Ada juga Kang Esep Firman, atlit golongan tua, yang masih aktif gowes di Kapal CC sampai sekarang. Dan Pak Gatot, atlit yang sudah pensiun, dan sekarang lebih berkonsentrasi menggembleng atlit-atlit muda ISSI Badung. Cece Wihelmina, atlit berbakat yang sudah lolos sampai ke PON, beberapa kali pernah gowes bersama kami sebagai selingan latihan. Dan Radit, atlit cilik Tabanan yang sehari-hari lebih sering digembleng sama ayahnya, beberapa kali juga gowes di Kapal CC.
Kapal CC yang penuh warna. Ada yang pergi, kemudian ada yang datang. Seperti sebuah sekolah, ada yang tamat, kemudian ada generasi penerus yang duduk di kelas satu.
Para anggota Kapal CC suka bertualang. Beberapa kali Kapal CC berangkat gowes ke luar pulau Bali, seperti ke Jawa dan Lombok. Pernah juga tirtayatra ke pura-pura di Nusa Penida dengan kendaraan sepeda.
Dalam rangka merayakan hari Raya Galungan dan Kuningan ini, hari yang disucikan umat Hindu, delapan anggota Kapal CC gowes spiritual ke beberapa pura di Jawa Timur. Saya sendiri tidak ikut, karena takut mabuk laut…hehehe
Tanggal 27 Juli 2019, pukul 2.30 pagi mereka berangkat dari posko Kapal CC. Loading, memakai dua mobil. Di Ketapang, sekitar pukul 6 pagi mereka start gowes. Gowes ratusan kilometer dibawah sengatan matahari. Mereka mengunjungi Pura Gumuk Kancil, Pura Tirta Amerta, Pura Alas Purwo dan Pura Agung Blambangan. Di Alas Purwo mereka mekemit. Gowes spiritual yang indah. Bli Sutha dan Mas Micky mengawal sepanjang perjalanan dengan mobil, memastikan keselamatan dan kesehatan para peserta gowes.
Dan tanggal 28 Juli, malamnya mereka sudah kembali ke rumah masing-masing.
Iya, ternyata sudah 14 tahun Kapal CC berdiri. Penuh cerita dan kaya warna. Peserta silih berganti datang dan pergi. Sampai sekarang club kami ini masih eksis dan aktif. Jadwal gowes masih tetap ada. Begitu konsisten dan masih kompak. Ada golongan tua, dan ada yang muda. Ada Pak Gede Oka Suastika, ketua Kapal CC, dengan tangan dinginnya berhasil membuat perkumpulan ini masih eksis sampai sekarang. Ada Pak Yan Nano, Made Astika, Kang Esep Firman, Made Puja, Made Tami, Made Raka, Made Sudarta, Made Darwi, para sesepuh di Kapal CC. Bli Sutha yang sudah pensiun bersepeda, tapi masih tetap semangat mendukung acara-acara di Kapal CC.
Di samping para sesepuh itu, Kapal CC juga mempunyai para pemain muda yang masih konsisten sampai sekarang. Tidak hangat-hangat tahi ayam, seperti club di kampung saya yang hanya seumur jagung. Semoga Kapal CC tetap eksis selalu. Kapal CC yang kompak, penuh kebersamaan. Duka-cita dirasakan bersama.
Pokoknya, sing peteng sing mulih. [T]