2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dari Flores Mengejar Bayang-Bayang Surga di Pulau Dewata

Robinson GamarbyRobinson Gamar
June 17, 2019
inEsai
Dari Flores Mengejar Bayang-Bayang Surga di Pulau Dewata

Ulun Danu Beratan (Foto: Mursal Buyung)

109
SHARES

Sebagai seorang pekerja media saya tentu selalu bergelut dengan peristiwa atau isu yang menjadi perhatian publik. Setelah ramai-ramai urusan pemilihan presiden 2019 kemarin, rutinitas peliputan kemudian secara cepat beralih ke topik Hari Raya Idul Fitri. Sebagaimana di tahun – tahun sebelumnya, urusannya ya itu-itu saja.

Ya soal suasana Ramadhan di Bali yang mayoritas warganya memeluk agama Hindu, menu berbuka, mudik bareng, arus balik sampai soal susahnya mencari pecel lele di saat banyak perantau asal Pulau jawa mudik.

Seperti halnya kaset yang diputar berulang-ulang dari tahun ke tahun, liputan media biasanya diakhir dengan edisi “pamungkas” yaitu gelombang pendatang “baru” yang menyerbu Pulau Dewata. Ini seperti ritual yang ditunggu-tunggu oleh media lokal.

Rasanya kurang afdol kalau tidak mmberitakan razia Satpol PP di pintu-pintu masuk. Entah itu di pelabuhan laut maupun di terminal bus. Namun jarang situasi itu ditemukan di bandara ngurah Rai, Bali. Entah apa sebabnya, atau mungkin saya saja yang tidak mendapat informasi.

Satu per satu tas penumpang diperiksa isinya. Kartu identitas penduduk dicermati. Bahkan sampai berujung pemulangan. Intinya ceritanya ya gitu-gitu aja.

Namun, deretan peristiwa ini sesungguhnya masih menyisakan tanya. Mengapa begitu banyak pendatang yang tergiur datang ke Bali atau kota-kota besar lainnya di Indonesia? Rela meninggalkan kampung halaman untuk mengejar sesuatu yang juga belum pasti? Untuk konteks Bali, beresiko dipulangkan kembali jika tidak mengatongi kartu identitas yang jelas.

Pertanyaan-pertanyaan ini membawa memori saya ke tahun 2001. Saat dimana saya pertama kali menginjakan kaki di Pulau Bali. Pilihan untuk merantau atau tepatnya melanjutkan pendidikan di Bali bukanlah keputusan yang diambil semalam. Ada pertimbangan untung ruginya. Sehingga sampai pada kesimpulan rasa-rasanya enak hidup di Bali..hehehe..

Keputusan untuk ke Bali bermula dari tawaran yang datang saat SMA. Ketika itu sejumlah sekolah negeri di Flores tempat saya berasal membuka jalur khusus PMDK untuk masuk perguruan tinggi Negeri.

Dimana, syaratnya adalah mengirimkan curiculum vitae ke kampus yang dipilih dengan melampirkan nilai akademis. Siswa yang berminat ditawari sejumlah perguruan tinggi negeri, termasuk universitas udayana (UNUD), Bali.

Ketika itu saya memutuskan untuk melamar ke Unud. Petimbangannya tidak semata-mata urusan akademis. Gambaran pulau Bali yang ditangkap melalui media cukup memberi andil. Media televisi selalu menampilkan Bali bagai surga yang mengundang hasrat untuk dikunjungi.

Indahya sunsetdi Kuta, ragam seni yang menakjubkan, ritual ngaben yang mempesona, sampai hal remeh temeh seperti bisa lihat bule jemuran pakai cawat doang masuk dalam daftar hal-hal yang memotivasi saya memutuskan untuk memilih UNUD; maklum saja, saya kan anak desa, jarang-jarang juga liat tu barang hehehe…

Soal pesona Bali ini tak perlu diragukan lagi. Bukankah wisatawan dari berbagai penjuru dunia juga datang untuk merasakan eksotisme Bali. Investor juga berbondong-bondong berinvestasi di Bali. Jangan salah, pendatang “kelas teri” kaya saya ketika itu ya punya selera ga kalah tinggi juga. Ke Bali gitu lho kaya bule-bule. Walaupu urusannya untuk kuliah.

Dengan kata lain, dalam benak saya saat itu, Bali ya benar-benar pulau surga yang menawarkan banyak kebahagian dan keindahan. Sebuah gambaran yang ternyata juga melekat di kepala kawan seangkatan yang memutuskan melanjutkan studi di Bali.

Pokoknya kaya ga ada susahnya la kalau hidup di Bali. Mau santai ada pantai, mau alcohol ada arak seperti yang dilagukan slank, mau dugem ada di Legian, mau liat artis ah itu mah urusan cenik (gampang). Mau kenikmatan apa lagi ayo, pasti ada solusinya..hehe..

Gambaran-gambaran nikmatnya berlibur ke Bali atau hidup di Bali dimateraikan lewat iklan-iklan pariwisata yang berseliweran. Julukan the last paradise, potongan surga, dan jargon-jargon iklan lainnya seakan makin mempertegas bobot Bali sebagai pulau surga.

Singkat cerita demi sampai ke Bali saya menempuh 48 jam darat sekitar 48 jam dari tanah kelahiran saya, Flores. Tiga kali penyebrangan laut dan dua kali ganti bus. Melintasi pulau Sumbawa, Lombok sebelum sampai di Bali. Naik turunkan barang jadi hal biasa dalam perjalanan. Saya pikir itu pengorbanan yang sepadan lademi mencapai tanah surga tadi..

Singkat cerita, sampailah saya di Terminal Ubung, Bali bersama teman seangkatan. Lalu numpang di kos-kosan kerabat sebelum memasuki dunia kampus. Sebagai orang yang baru meniti karir sebagai “perantau” di sinilah saya harus mulai beradaptasi dengan kenyataan.

Jika di kampung makan tiga kali sehari, maka perut harus mulai dibiasakan cukup dua kali sehari. Itupun ga boleh nambah, kalau ga uang kiriman orang tua bisa jebol dalam waktu singkat. Mau ke mana-mana serba duit karena harus naik angkutan umum. Apalagi mau lihat bule berjemur di Kuta. Pastinya lebih habisin ongkos karena jaraknya cukup jauh tempat saya numpang.

Mau lihat orang tarian ternyata ga bisa seenak udel, kalau lagi tidak ada ada acara adat ya mesti bayar juga. Kena razia kipem jadi menu bulanan. Kalau tidak rutin bayar siap-siap mengikuti kuliah umum di banjar. Status saya sebagai pelajar saat itu tentu cukup banyak membantu meringankan beban administrasi di banjar. Berbeda halnya dengan mereka yang bekerja.

Bayang-bayang mengenai nikmatnya surga mulai pupus sebagian meski tidak semuanya. Realitasnya tidak seindah jargon-jargon iklan pariwisata.

Setidaknya mulai menyadari, hidup di manapun ya sama saja. Tidak ada kebahagian yang jatuh dari langit. Mau nikmat ya ada ongkos yang harus dibayar.

Saya jadi berpikir, bisa jadi pergulatan seperti inilah yang dilalui sekian banyak “pendatang” yang coba mengadu nasib di Bali. Ingin mengubah nasib sembari bisa menikmati pulau surga. Pilihan yang awalnya karena bayang-bayang surga tadi.

Di sisi lain, promosi pariwisata ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Sedangkan di sisi lain menarik mereka yang ingin mengadu nasib. Sebagai pekerja media saya sedikit banyak sering mendapat “request” untuk memberitakan yang “baik-baik”soal Bali demi kepentingan pariwisata.

Jadi cukup logis bila orang beramai-ramai datang ke tempat yang kondisinya “baik-baik” saja. Bukankah lumrah jika orang ingin hidup di tanah surga? Gawatnya lagi, objek wisata di daerah lain diberi label Bali baru. Adanya di Sumatera, Jawa hingga Indonesia Timur tapi tetap saja diberi label Bali baru. Katanya biar laku dijual.

Hitung-hitung daripada mengunjungi Bali versi imitasi, kenapa tidak sekalian yang ori. Toh aksesnya lebih mudah dengan ongkos yang lebih murah untuk sampai. Saya pikirnya saatnya kita bercerita secara jujur. Bahwa Bali memiliki ragam daya tarik tentu ya. Tapi jangan abai menyampaikan kenyatan. Bahwa investasi besar-besaran di Bali bak menyiram gula di atas lahan sempit. Semut akan datang dari berbagai penjuru.

Karena itu, ada baiknya razia tidak hanya dilakukan di terminal atau pelabuhan. Perlu pengetatan terhadap investasi agar tidak menumpuk hanya di satu tempat. Ibarat kata, gulanya perlu disebar ke mana-mana biar semutnya tidak numpuk di satu tempat.

Sehingga surga bisa ditemukan di mana-mana. Baik itu di Sumatera, Jawa, NTT, hingga Papua. Minim tidak ada lagi yang terjebak dalam baying-bayang indahya pulau Surga.

Ya udah, segitu aja dulu hehehe… [T]

Tags: balijurnalismejurnalisme wargaPariwisataPulau Dewata
Previous Post

Yang Baru dan Yang Hilang di Pesta Kesenian Bali 2019

Next Post

Menjadi Dewasa itu Melelahkan dan Lupa Cara Bahagia

Robinson Gamar

Robinson Gamar

Lahir di Flores, NTT, 8 Juli 1982. Tinggal di Sanur, Denpasar. Sehari - hari kerja sebagai kontributor Kompas.com wilayah Bali..

Next Post
Menjadi Dewasa itu Melelahkan dan Lupa Cara Bahagia

Menjadi Dewasa itu Melelahkan dan Lupa Cara Bahagia

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co