Ekskavasi arkeologi dilakukan oleh Balai Arkeologi Denpasar, di Tanjung Ser, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, 23-31 Mei 2019. Puluhan pecahan gerabah dan cangkang kerang gastropoda ditemukan yang diperkirakan peninggalan sekitar dua ribu lima ratus tahun yang lalu.
Ekskavasi ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan tahun 2000 lalu. Ekskavasi yang dilakukan untuk mencari peninggalan peradaban purbakala yang terjadi pada ribuan tahun silam di sekitar pantai utara Bali.
Dari sisi peneliti, yang muncul kemudian setelah itu adalah pertanyaan-pertanyaan, seperti pertanyaan untuk menemukan rangkaian sebuah “dongeng” purbakala…
***
Laut utara Bali secara topografi adalah laut yang landai, dengan ombak yang kecil, sehingga memudahkan masuknya kapal-kapal pada masa lalu. Ada sejumlah berita dan cerita tentang adanya aktivitas pelayaran di pantai utara Bali.
Inti ceritanya, antara lain cerita tentang kedatangan orang seberang ke Bali lewat pantai utara, cerita yang menyebutkan tentang hukum pelayaran di pantai utara, serta komoditi dan daerah yang (diyakini) menjadi pelabuhan kuna di pantai utara.
Tentang Tanjung Ser, sebuah tanjung di wilayah Desa Pemuteran, dekat Pura Pulaki, di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, memang tidak pernah disebutkan dalam prasasti-prasasti kuna. Tampaknya daerah ini tidak se-eksis daerah lainnya di wilayah Bali utara, seperti Manasa, misalnya.
Mengapa hal ini terjadi? Mengapa bagian barat di pantai utara Bali tidak eksis? Apakah tidak ada aktivitas di sana? Inilah pertanyaan penting untuk kami yang melakukan ekskavasi di Tanjung Ser.
Jika dilihat secara geografis, Tanjung Ser, dengan tanjung dan teluknya, sangat potensial untuk menjadi daerah persinggahan. Dalam teori pelayaran, daerah tanjung biasanya lebih ramai daripada teluk. Tanjung bisa dicapai dengan mudah oleh kapal-kapal besar, sedangkan teluk biasanya harus menggunakan kapal-kapal kecil untuk masuk ke dalamnya.
Tanjung dan teluk disinggahi karena biasanya menyediakan mata air tawar, penduduk yang membutuhkan pertukaran barang sekaligus menyediakan bahan makanan dan kepentingan lainnya untuk para pelayar.
Tidakkah itu terjadi di Tanjung Ser?
Kami membutuhkan data yang tidak sedikit untuk membuktikan hal ini. Data ini kami usahakan untuk diperoleh melalui ekskavasi, survey ekologi (mata air) dan etnografi masyarakat sekitar Tanjung Ser, seperti Pemuteran hingga Desa Gerogak.
Pertanyaan penting lainnya, mengapa Tanjung Ser menjadi hal penting untuk dibicarakan? Coba simak kembali prasasti Tamblingan. Konon ada Arya Cengceng yang mengusak-asik di Tamblingan. Siapa dia? Dari mana dia masuk ke Bali hingga sampai di Tamblingan?
Lalu ada logam di Tamblingan. Bagaimana logam masuk ke k dalaman sejauh itu? Tentu hanya perdagangan, pelayaran dan pelabuhan yang bisa menjawab hal ini. Dimana pelabuhan itu, di bagian barat dari laut utara Bali?
Dekat dengan Tanjung Ser adalah keberadaan teluk di Gilimanuk. Peradaban dari masa awal sejarah, dipercaya hidup di tempat itu. Bahkan hingga masa awal klasik, transisinya adalah budaya megalitik. Ada sarkopagus di Gilimanuk yang menjadi bukti masa transisi ini.
Tidakkah dua teluk ini, Gilimanuk dan Tanjung Ser, memiliki hubungan erat? Tidakkah dia berkembang di masa yang sama? Mungkinkah Tanjung Ser berkembang lebih maju daripada Gilimanuk hingga menjadi sebuah pelabuhan kuna namun tidak tercatat dalam prasasti?
Beribu-ribu pertanyaan di sana. Pertanyaan lainnya adalah:
– Bagaimana pola pemikiman masyarakat yang (mungkin) dulu ada di sana?
– Saat ekskavasi ditemukan pecahan gerabah. Gerabag model apa saja yang ada di sana? Model-model ini nanti akan menjawab pola kehidupan sehari-hari masyarakat. Jika ditemukan model jun besar, misalnya, itu biasa digunakan untuk mengangkut atau menjunjung air. Nah mungkin (ini mungkin lho) mereka mencari sumber air cukup jauh.
– Di mana mata air mereka jaman dulu itu?
– Ditemukan kerang. Apakah kerang-kerang ini dimakan? Dimasak? Direbus? Dibakar?
– Bagaimana aktivitas keagamaan mereka terutama penanganan terhadap orang yang meninggal (karena ini bisa menjadi bukti masyarakat telah maju)
– Siapa manusianya? Ini adalah pertanyaan paling penting untuk kami. Karena jika ini bisa ditemukan buktinya, dongeng tentang orang-orang di pantai utara Bali akan menjadi lengkap.
Jadi, tunggu saja dongeng berikutnya… [T]