Introvert dan ekstrovert adalah dua jenis kepribadian yang kita tahu. Introvert berarti “dalam”. Yang berarti mereka yang pendiam, pasif, lebih banyak sendiri, misterius dan tidak bisa ditebak. Ya bayangkan saja manusia dalam goa begitulah kepribadian introvert. Kurang suka hura-hura, apalagi hengout ataupun nongki. Hehehe
Kalo ekstrovert gimana? Ini kebalikan. Ektro artinya luar. Suka di luar. Jarang dan hampir tidak pernah di dalam. Hidupnya di luar. Haus akan pengakuan, penghargaan, rasa terkenal, butuh panggung yaaa begitulah. Tapi saya engga bahas buruknya. Baiknya adalah ekstro memiliki banyak teman, suka dengerin temen curhat (memberi nasehat lebih mudah daripada melakukannya), hengout sana sini sama temen A-Z, pokoknya pergaulannya luas.
Saya mendefinisikan kedua istilah ini jauh dari wikipedia, buku psikologi, tetapi lebih ke praktis, pengalaman saya pribadi, bertemu dan belajar dari orang lain serta research ala ala saya. Saya adalah tipikal exktrovert. Karakter saya yang aktif, mudah bergaul, suka bicara, suka ikut lomba menulis sana sini dari A-Z, pemilihan duta, jegeg bagus, ikut komunitas sosial sampai wirausaha dan lain-lain membuat saya memiliki banyak teman, kenal sponsor dari company les Bahasa Inggris sampai tukang parkir karena ramahnya dan kadang kalo lepas kontrol saya agak sombong hehehe. Keluar membuat saya jauh dari jati diri saya yang sesungguhnya. Membuat saya terbuai dengan hal yang semu/maya.
Kemudian semua berubah ketika saya gagal dalam meraih beasiswa luar negeri berkali2 (Mungkin lebih dari 5 kali) tapi saya ingat kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Saya berusaha mempelajari dan memahami diri saya. Saya memetakan diri saya, melihat kebelakang apa yang sudah saya lakukan, komunitas apa saja yang saya ikuti, apa saya saya pelajari. Berkontemplasilah, begitu bahasa beratnya.
Saya menulis semua dalam bullet journal saya dengan konsep Ikigai. Ikigai adalah konsep jepang yang berarti bahagia tanpa alasan. Hal yang membuat kamu bersemangat setiap hari dan asyik sama hidupmu tanpa memilikirkan pendapat orang lain. Waktu itu, saya juga ingin melihat kemampuan dan kelebihan saya apa dan kekurangannya apa.
Saat itu saya merasa, menjadi ekstrovert dan introvert adalah kendali kita. Kita bisa memilih untuk berada di tengah-tengah diantara keduanya. Kalau kamu adalah tipikal seperti saya yang ekstrovert, mulailah untuk belajar “ke dalam”. Belajar menjadi introvert. Berada di tengah-tengah antara introvert dan ekstrovert, akan membuat kamu memahami dirimu dengan baik, mempelajari dirimu, dan menemukan titik indah dalam hidupmu. Titik indah dalam hidupmu yang membuat kamu merasa kamu otentik dan asli, berbeda dari yang lain dan tidak perlu memikirkan pendapat orang lain. Setiap orang memiliki jalan masing-masing. Keotentikan dalam diri inilah yang perlu dicari, ditemukan dan hanya kamu yang bisa menemukannya bukan orang lain. Keinginan untuk berbuat kebaikan dan pada sesama akan muncul saat kamu sudah di fase itu. Keinginan untuk selalu belajar menjadi lebih baik dan menjadi versi terbaik dalam dirimu setiap hari. Kamu juga harus paham kapan kamu perlu ke luar dan perlu menarik diri lagi untuk ke dalam diri.
Karena saya bukan orang yang introvert, jadi mungkin saya ga bisa berikan tips yang pas. Mungkin kebalikannya dari apa yang saya sampaikan. Kata quote-quote itu “Keep being you. Keep being authentic. Keep being original. You are shine in your own way”.
Saya ingat bapak saya pernah bilang “Perjalanan kita sebagai manusia akan seperti gunung, setelah di atas dia akan turun. Tidak mungkin ia terus diatas dan mencapai langit. Saat kamu turun ke gunung, tetaplah mengisi diri, karena dengan belajar hal yang baru, dan terus mengisi diri, kamu bisa memberi manfaat dan kebaikan untuk banyak orang”. [T]