11 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Seperti Cicing Pondokan, Hanya Bisa Ngongkong…

Made Nurbawa by Made Nurbawa
April 11, 2019
in Esai
11
SHARES

Dalam kehidupan orang Bali menyampaikan sesuatu kepada orang lain kerap menggunakan perumpamaan atau ibarat atau dalam bahasa Bali disebut sesenggakan. 

Sesenggakan Bali kini jarang digunakan dalam pergaulan, bahkan sudah banyak yang dilupakan. Salah satu sesenggakan yang cukup unik didengar adalah; buka cicing pondokan.  Buka artinya seperti. Cicing artinya anjing,  yakni hewan piaraan yang disukai sebagian besar orang Bali. “Buka Cicing Pondokan” artinya seperti anjing pondokan.

“Pondokan” dalam pengertian ini adalah rumah atau gubuk yang biasanya berada di tengah-kebun atau tegalan yang lokasinya agak jauh dari rumah utama si pemilik. Pondokan biasanya sering sepi karena hanya digunakan sewaktu-waktu saja.

Anjing yang kemudian disebut “anjing pondokan” karena ia biasanya tinggal di pondokan di tengah kebun. Ada yang diikat ada juga yang dilepas. Biasanya kondisi anjing pondokan badannya agak kurus karena tidak setiap hari mendapat jatah makan dari pemiliknya.

Jika ada orang lain lewat, anjing pondokan biasanya menggonggong dengan kencang, tetapi hanya berani menggonggong dari jarak jauh. Kalaupun tubuh si anjing tinggi besar dan galak, tetapi karena diikat oleh pemiliknya, maka saat ada orang lain atau pencuri yang memasuki kebun tuannya,  si anjing tidak bisa mendekat atau menggigit. Si anjing hanya bisa menggongong di tempat saja.

Begitulah, istilah “anjing pondokan” bisa dialamatkan kepada seseorang dalam beberapa kondisi. Misalnya, pertama; dialamatkan kepada seseorang yang hanya bisa berbicara atau ngomong saja tanpa bisa berbuat atau bertindak apa-apa terhadap kejadian tertentu. 

Kedua; Seseorang walau memperoleh gelar tinggi dan terhormat, tetapi secara hukum kewenangannya dibatasi, maka orang itu pun hanya bisa berteriak saja atau memberi saran saja. 

Ketiga; istilah anjing pondokan juga untuk mengisahkan kondisi tertentu atas seseorang atau lembaga yang sering dilihat hanya bisa ngomong saja, tetapi omongannya tidak ada yang mempedulikan, tidak membuat orang jadi mendekat, bahkan omongannya dianggap tidak berpengaruh apa-apa kepada pihak-pihak terkait, dan orang pun tidak menjadi takut karenanya.

Dalam dunia nyata, sering gongongan ajing pondokan hanya sebagai “pertanda” saja bagi si pemilik. Gonggongan anjing pondokan berpariasi tergantung situasi yang terjadi.

Jika anjingnya menggonggong dengan tipe tertentu si pemilik akan tahu ada peristiwa apa di kebunnya. Jika pemilik datang, atau ada pencuri,  atau ada hewan liar lewat  gonggongan anjing pondokan akan memiliki karakter yang beda. Jika gonggongannya terdengar aneh dan berkepanjangan bisa-bisa membuat pemilik atau tetangga jadi cepat datang untuk melihat, atau malah hewan-hewan lain yang mendekat seperti ayam piaraan misalnya.

Jadi suara anjing pun menebar “frekuensi” yang berdampak terhadap alam sekitarnya, dan pastinya dalam dimensi tertentu tetap berguna bagi pemilik dan mahluk hidup di sekitarnya. [T]

Tags: anjing balibinatangfauna
Made Nurbawa

Made Nurbawa

Tinggal di Tabanan dan punya kecintaan yang besar terhadap tetek-bengek budaya pertanian. Tulisan-tulisannya bisa dilihat di madenurbawa.com

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Jerinx SID di PICA FESTIVAL SANUR
24 FEBRUARY 2019/ Foto: Facebook/SID
Ulasan

Guru Bahasa Indonesia Itu Bernama Jerinx Superman Is Dead

Duahari menjelang Hari Raya Nyepi di Bali, bukan hanya supermarket yang ramai pengunjung, tapi bank juga panjang antrian. Aku terjebak ...

March 22, 2019
Esai

“We Love Bali” Tour, Sebuah Perjalanan Tentang Merayakan Kesunyian

            Tempo hari saya berkesempatan mengikuti sebuah trip bernama “We Love Bali” yang diwadahi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ...

October 15, 2020
Legong Klasik dari Desa Saba Gianyar (Foto-foto: Widnyana Sudibya)
Kilas

Angsel-angsel Legong Klasik Khas Desa Saba, Bungah dan Hidup

Di Bali terdapat sejumlah desa yang menjadi sentral legong klasik. Di Gianyar terdapat dua desa, yakni Peliatan dan Saba. Di ...

June 27, 2019
Esai

Idul Fitri & Kepura-puraan Kita

Sebulan penuh kita belajar untuk bisa ‘menahan’. Menahan segala sesuatu yang berkaitan dengan nafsu/ego. Bukan hanya mulutnya saja yang ditahan, ...

June 4, 2019
Peserta pelatihan juru bicara Pancasila di Permata Kuta Hotel
Khas

Catatan Pelatihan Juru Bicara Pancasila (1): Merajut Kebhinekaan dalam Keberagaman

TERLETAK di daerah Tuban, Kuta, berjarak 5 menit berkendara dari Pantai Kuta dan Bandara Internasional Ngurah Rai, berjarak 5 menit ...

November 4, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In