26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Hantu Itu Bernama Ateisme

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
April 6, 2019
in Esai
36
SHARES

Tak banyak yang mau berdiskusi soal ateisme. Sebab, di negeri yang agamis ini, ateisme jelas menakutkan, ibarat hantu. Maka, menjadi ateis sama saja memuja hantu. Walau demikian, debat soal ateisme mestinya tetap merupakan hal baik sebagai ruang tempat menguji & mempertajam gagasan, terutam di bidang filsafat. Keraguan kita akan hal ini, adalah bukti adanya jurang dalam yang memisahkan agama dengan sains. Maka filsafatlah yang dapat menjadi jembatan penghubungnya.

Ada realitas-realitas yang menarik terkait hal ini. Kita takkan menyangka, China yang punya tradisi yang dalam dari sisi spiritualisme, saat ini merupakan negara Asia yang warganya paling ateis. Sementara, Swedia merupakan negara Skandinavia yang paling banyak warganya tak percaya Tuhan. Namun faktanya, kedua negara tersebut saat ini boleh dikatakan tergolong paling maju dan makmur. Bagaimana bisa “pemuja hantu” menjadi maju dan makmur? Apakah mereka masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk kembali sadar, sebelum akhirnya menerima azab? Entah!

China, dapatlah kita maklumi keadaan tersebut terjadi karena penerapan ideologi komunis oleh penguasa. Sesungguhnya komunisme, hantu lain di negeri ini, tak identik dengan ateisme. Namun keduanya memang koheren dalam keseharian hidup bangsa China dan bangsa-bangsa lain penganut komunisme. Menyebabkan asosiasi yang kuat di antaranya menjadi mudah untuk dipahami.

Paradoks yang terjadi adalah betapa China yang ateis, saat ini sedang tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang mengguncang dunia dan membuat Amerika Serikat gelisah dan selalu mengalami mimpi buruk. Di bidang medis, yang mestinya selalu mendekatkan diri dengan Tuhan, karena Ia penentu kehidupan, China pun teratas di Asia bahkan di dunia. Sebutlah betapa majunya teknologi transplantasi organ, alat-alat intervensi bedah juga penelitian-penelitian sel punca (sel induk).


BACA JUGA:

  • Seks: Barang & Gaya Itu-itu Saja, Yang Rumit adalah Persepsinya
  • Ideologi, Demokrasi & Kesehatan Bangsa
  • Musuh Dokter itu Bernama Keseriusan
  • Evolusi Pasca Darwin
  • Belajar dari Tubuh

Swedia, yang ateis, bahkan tetap menjadi idola destinasi kaum imigran dari negeri-negeri Timur Tengah yang agamis. Ini sebuah paradoks yang lain. Negeri di Laut Baltik ini adalah salah satu dengan wilayah terluas di Eropa namun dengan kepadatan penduduk yang sangat rendah, sekitar 21 penduduk per kilometer persegi. Wajar lalu ia menjadi negeri target pencari suaka dari seluruh dunia. Merupakan negara sekuler yang tak mengurusi pilihan warganya untuk percaya atau tidak akan adanya Tuhan, juga untuk beragama maupun tidak.

Saya lalu teringat dengan seorang kawan, yang ateis. Namanya Mark, seorang mahasiswa asal Jerman. Kami berkenalan di suatu tempat di pedalaman Kalimantan Utara sekitar tahun 2003. Saya melaksanakan tugas sebagai dokter di puskesmas daerah terpencil, ia sedang melakukan riset di bidang biologi meneliti burung hutan tropis. Saya begitu kaget saat ia mengatakan dirinya tak beragama. Namun saya yakin ia percaya dengan Tuhan.

Iseng-iseng saya coba bertanya, apakah ia percaya Tuhan? Jawabannya membuat saya lebih kaget lagi. Karena ia pun tak percaya Tuhan. Bagi saya, seperti juga anda, yang sejak kecil mendapat pelajaran agama dan percaya dengan Tuhan,  terperangah cukup lama mendengar jawaban-jawabannya itu dalam sikap yang sangat tenang. Selintas dalam benakku meyakini, orang di depan saya ini tentulah salah satu calon penghuni neraka. Justru ia sangat menyayangkan pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, karena dianggap tak etis lantaran menyangkut urusan sangat pribadi.

Lalu terbayang oleh saya, bagaimana tradisi beragama dan ber-Tuhan begitu hiruk pikuk, vulgar bahkan berujung pada sengketa di negeri kita. Atau di negeri-negeri Timur Tengah, yang begitu religius namun tak kunjung usai didera peperangan. Dari sini saya mulai lebih empati pada pilihannya. Maka inilah manfaatnya sebuah debat atau berdiskusi. Saat kita tak setuju dengan gagasan orang lain, setidaknya kita dapat menghargai hak mereka untuk berbeda.

Dalam tradisi masyarakat Hindu di Bali, disebutkan ada empat jalan ibadah (marga yoga). Yaitu pertama bakti atau menyembah Tuhan dalam ritual yang sudah mentradisi (bakti marga), kedua melakukan sebuah tapa/meditasi (raja marga), ketiga belajar ilmu pengetahuan dan keagamaan yang setinggi-tingginya (jnana marga) dan keempat beribadah dengan bekerja sesuai tugas dengan sebaik-baiknya (karma marga). Saat saya mendapati Mark yang begitu tekun melakukan riset, bahkan di dalam hutan yang baru saja ia jamah, sendirian, maka saya membayangkan sebuah karma marga. Sehingga, mungkin ia merasa tak perlu lagi berkoar-koar menyebut nama-Nya.

Realitas-realitas di China atau Swedia saat ini, menunjukkan ateisme tidaklah koheren dengan prilaku dosa. Jadi memang, hal yang paling sulit dilakukan adalah saat kita ingin mengendalikan & mengatur pikiran orang lain. Ia membuat seseorang atau pemerintah berlagak seakan-akan ialah Tuhan itu. Jika kesalah prilaku mudah diukur dengan hukum yang berlaku, lalu bagaiman kita mengukur pikiran orang lain yang menurut kita salah? Maka pikiran, ialah kemewahan terakhir manusia yang tetap dan akan selalu merdeka. [T] 


BACA KOLOM DOKTER YANG LAIN:

  • Acintya
  • Nyepi: Terapi Kesehatan
  • Pasien, Guru yang Sempurna
  • Dokter dan Sepotong Filsafat
  • Dokter & Dukun, Tujuan Sama, Satu Naik Heli, Satu Naik Boat, Tidaklah Bertabrakan…
Tags: agamaatheishinduTuhan
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Opini

Siapa Dalam Kotak Kosong Pilkada Buleleng? Politisi Hantu atau Kaum Golput

Hai Gess! Kenken Kabare, Gess? Nu inget nyoblos, Gess? Calon Tunggal di Buleleng jani, Gess. Memusuh jak KOTAK KOSONG, Gess. ...

February 2, 2018
Grup Band Birama asal Badung
Kilas

Birama Hadir Lewat “Tresna Sing Meganti”

Birama, salah satu band asal Badung yang terlahir dari sebuah perkumpulan kecil akhirnya berikrar dan komitmen untuk mewarnai blantika musik ...

January 13, 2020
Google
Esai

Manusia di Antara Binatang dan Tanaman

Dalam konteks mikrokosmos, ada tiga kelompok mukhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Pencipta yaitu: manusia,  hewan/binatang,  dan tumbuhan/tanaman. Dari ketiga ...

February 22, 2019
Kafe Sawah dikelola Bumdes di Desa Pujonkidul, Malang
Perjalanan

Desa Pujonkidul di Malang: Kembangkan Wisata Tani, Bumdes Kelola Kafe Sawah

Ini cerita sukses Desa Pujonkidul, Malang, Jawa Timur, mengembangkan potensi pertanian dan peternakan sebagai desa wisata. Pengembangan ini merupakan ide ...

July 16, 2019
Ilustrasi dikroping dari akun FB De Punk Gen
Esai

Mbloooo, Hari ini Valentine, Mblooo, Mari Ngisi TTS atau Berdoa agar Hujan

SEMUA orang tahu kalau hari ini, tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari merayakan kasih sayang. Hari-hari sebelumnya di sepanjang jalan ...

February 14, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In