10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Berbincang Tentang Buku dengan Okky Madasari: “Yang Penting Kamu Baca”

Wendy FermanabyWendy Fermana
March 28, 2019
inPersona
Berbincang Tentang Buku dengan Okky Madasari: “Yang Penting Kamu Baca”

Okky Madasari (Foto: dokumen Okky)

216
SHARES

Saya menemukan tulisan Okky Madasari tatkala mulai serius membaca saat duduk di sekolah menengah atas. Novel pertamanya Entrok buat saya adalah debut yang bikin cemburu. Ia mengangkat permasalahan perempuan, opresi Orde Baru, lokalitas, Islam, dan mimpi anak kampung untuk mengejar sesuatu. Buku itu membicarakan kompleksitas persoalan kehidupan dengan begitu apik.

Terlepas dari capaian literer, yang mesti dibedah lewat penelitian lebih serius, perempuan kelahiran Magetan ini telah menunjukkan konsistensi berkarya sepanjang sepuluh tahun ini dengan penjelajahan tema yang ditawarkannya.

Ia mengupas korupsi dalam 86, menyoroti kaum Ahmadiyah yang tertindas lewat Maryam, menampilkan mereka yang liyan dan termarginalkan karena masyarakat dan ormas yang bermuka banyak di Pasung Jiwa.

Lalu, persoalan keterbelahan individu di dunia digital pun diketengahkan melalui Kerumunan Terakhir. Di dalam buku cerita pendek Yang Bertahan dan Binasa Perlahan, kita bakal melihat betapa politisnya kisah yang disuguhkan Okky.

Kejutan lain, ia merilis novel anak! Sudah ada dua serial Mata yang terbit, yakni Mata di Tanah Melus dan Mata dan Rahasia Pulau Gapi. Setidaknya bakal ada dua karya lagi yang menyusul untuk melengkapi serial ini sehingga mewujud menjadi Tetralogi Mata.

Beberapa waktu lalu, saya berbincang dengan Okky, mengulik seputar bacaan, mulai dari pustaka yang dilahapnya saat kanak-kanak, kecintaannya pada Foucault hingga keinginannya punya Kindle.

Kalau membaca, apakah ada waktu khusus? Barangkali ketika pagi atau malam hari?

Tidak ada waktu khusus. Kalau lagi musim baca, aku bisa membaca seharian. Namun, saat musim menulis, aku tidak membaca apa pun, kecuali buku untuk riset. Sekitar beberapa waktu lalu, aku baru selesai merampungkan naskah [“Mata dan Manusia Laut”, buku ketiga seri Mata], dan sekarang aku mulai memasuki musim baca.

Buku terakhir yang dibaca yang gemanya terasa hingga hari ini?

Buku yang terakhir kali kubaca dan sangat berkesan itu Sapiens. Dari sana bahkan terbit beberapa tulisan. Seperti saat aku menulis artikel peringatan hari Sumpah Pemuda di detik.com, itu terinspirasi Yuval Noah Harari. Dia kan bilang, semua realita yang terjadi di dunia kita itu terbentuk dari dongeng. Indonesia itu kan ada karena kita percaya pada kebesaran Sriwijaya, Majapahit, dan lainnya.

Sapiens cukup memengaruhiku. Aku kan ‘Foucauldian’ sekali. Ada kedekatan antara Sapiens dengan Foucault. Yuval ini sejawaran yang ingin membangun sejarah dari sisi ide. Ia ingin mengungkapkan bagaimana sejarah manusia itu sesungguhnya terbentuk dari ide, dari adu gagasan, dan dari cerita yang dipercaya orang.

Di luar itu, aku kan sering ketemu anak-anak muda di berbagai daerah. Jadi, aku beberapa bulan ini banyak membaca buku-buku yang ditulis penulis muda yang belum mendapat banyak perhatian, belum mendapat penerbit yang bisa dikatakan agak besar, yang bisa mendistribusikan karya. Seperti di Ternate, ada penulis Rajif Duchlun. Di NTT, penulis-penulis muda juga banyak. Beberapa bulan ini keliling, aku membaca buku mereka dan menemukan banyak sekali penulis potensial yang menjanjikan.

Saat memutuskan untuk membaca sebuah buku, alasannya apakah karena banyak dibicarakan, atau karena membaca ulasan, atau ada seseorang yang kalau dia bilang bagus pasti dibaca?

Yang terakhir tidak. Ada buku yang sifatnya memang notable sehingga setidaknya aku mesti tahu. Seperti Sapiens yang kubaca akhir tahun lalu. Sebetulnya, agak terlambat, tapi dengan membacanya, aku bisa tahu perkembangan pemikiran sosial sekarang itu sejauh mana.

Buku sastra, aku selalu baca penulis muda karena aku ingin tahu perkembangan penulis sastra Indonesia terkini. Jadi, aku baca Faisal Oddang, baca Ziggy Z, baca juga Rio Johan. Selain untuk ikuti perkembangan, itu juga sarana agar aku terus gelisah dan cari inspirasi untuk belajar dari hal lain. Kesannya kan seolah-olah kalau sudah jadi penulis, sudah malas untuk membaca tulisan orang lain, aku tidak. Aku berusaha untuk terus membaca.

Buku-buku karya Okky Madasari

Sebetulnya, apa yang paling penting dan hendak didapatkan Okky saat membaca?

Kalau sastra, aku bukan orang yang mencari kelemahan bacaan, tapi pertama aku coba raih a whole feeling atau rasa apa yang kudapat. Dari rasa itu nantinya memberi kesan dan pemahaman bagaimana memaknai  buku tersebut. Ketika ada kenikmatan membaca, dari situ pasti bakal ada makna dan interpretasi.  

Tentu ada buku yang secara rasa, aku tidak mendapatkan kesenangan, tapi penting untuk diketahui. Misalnya, aku baca tuntas Ayat-Ayat Cinta dan 99 Cahaya di Langit Eropa [saat menempuh program pascasarjana, Okky menulis tesis berjudul “Genalogi Novel-Novel Indonesia: Kapitalisme, Islam dan Sastra Kritikal”, yang kini tengah dalam proses alih wahana menjadi buku]. Aku ingin tahu kenapa buku-buku ini best seller. Ini juga penting untuk mengetahui masyarakat kita sedang dalam situasi sebagaimana.

Buku klasik yang pertama kali dibaca dan paling disukai? 

Klasik yang bagaimana? Kita mulai dari yang paling tua saja. Aku akan menyebut Mas Marco dengan Student Hidjo. Aku orang yang percaya sejarah sastra Indonesia bukan dimulai dari Balai Pustaka, tapi dari Mas Marco. Namun, masalahnya narasi utama kita memulainya dari Balai Pustaka karena itu versi resmi Hindia Belanda.

Kalau Angkatan Balai Pustaka, aku paling suka Salah Asuhan. Roman itu menggambarkan bagaimana masyarakat yang ingin menjadi Belanda. Dia malu terhadap budayanya sendiri. Salah Asuhan itu lapis-lapis persoalaannya terasa sekali menggambarkan kompleksitas.

Penulis fiksi atau nonfiksi yang memengaruhi karier awal kepenulisan?

Umar Kayam lewat Para Priyayi membuat aku memutuskan untuk menulis novel.

Lalu, karya siapa yang masih terus memukau hingga saat ini?

Kalau sastrawan Indonesia, tentu Pramoedya. Kalau pemikir, itu Michael Foucault. Aku jatuh cinta pertama kali pada Foucault tahun 2012, awalnya membaca Power/Knowledge. Aku sadar bagaimana pengetahuan itu ternyata bukan sesuatu yang biasa-biasa saja, ada kontrol, ada kekuasaan.

Saat masih kanak-kanak apa saja buku yang dibaca? Kemudian, buku apa yang membuatmu menjadi pembaca?

Aku tumbuh dengan keterbatasan bacaan. Jadi, aku tidak tumbuh dengan banyak baca buku anak. Seingatku hanya buku Lima Sekawan. Lalu, membaca cerita pendek yang dimuat di majalah Bobo dan Mentari Putera Harapan, dan segera membaca buku dewasa.

Sebetulnya jatuh cinta dengan membaca itu sudah dimulai sejak membaca Lima Sekawan. Namun, ketika mahasiswa aku membeli dan membaca Tetralogi Buru. Setelah itu, semua karya sastra aku baca nonstop.

Apa yang paling banyak dibaca saat menulis buku anak? 

Untuk menulis serial Mata, aku memang membaca novel anak dunia. Mulai dari Rudyard Kipling hingga Salman Rushdie. Mulai dari Alice in Wonderland Lewis Carroll hingga cerita anak Roald Dahl.

Dari nama-nama itu, yang menurut Okky capaiannya luar biasa?

Tentu saja, di masing-masing penulis aku seperti mencuri ilmu. Roald Dahl bisa bikin ketawa. Itu kan kelemahanku banget. Kalau Salman Rushdie, dia memang agak serius. Kalau ngomongin kesuksesan, tentu buku anak Salman Rushdie masih agak kalah sukses dibanding Roald Dahl. Namun, Roald Dahl ini sadis sekali. Roald Dahl ini juga misoginis, musuh dalam ceritanya kebanyakan perempuan.

Yang aku lihat buku anak saat itu tidak pernah kritis terhadap masyarakat. Misalnya, aku baca Secret Garden Frances Hodgson Burnett yang digadang-gadang bagus, tapi dia biasa saja menggambarkan kolonialisme atau saat orang India dijadikan budak. Buku anak Kipling juga dianggap menyuburkan kolonialisme. Enid Blyton pun ternyata kritiknya antifeminisme. Jadi, buku anak seperti melanggengkan nilai yang saat itu ada.

Namun, para penulis ini punya kemampuan bercerita yang baik untuk anak-anak. Satu hal, yang kupelajari, mereka tidak pernah dengan sengaja saat menulis untuk anak itu dimudah-mudahkan. Apalagi anak-anak itu kan mereka mau baca sesuai nalar mereka. Bayangkan saja ketika kita waktu kecil kan, kita membaca apa saja. Saat kecil pun aku berpikir, bacaan ini terlalu mudah, dan aku ingin membaca yang lebih menantang.

Aku pun percaya semakin banyak ragam bacaan. Semakin banyak genre yang ditulis, akan semakin baik. Aku menulis novel anak pun agar penulis mengangap buku anak ini bukan bacaan remeh temeh. Ini kerja serius juga.

Buku self-help sering dianggap sebelah mata. Namun, adakah buku how to yang bermanfaat versi Okky?

Semua orang lagi tergila-gila Marie Kondo. Jadi, kalau aku sebut dia, aku pasti akan diketawain. Aku sebut The Subtle Art of Not Giving F*ck Mark Manson. Ini menarik karena dia bikin kita sadar bahwa hidup ini tidak indah. Tapi shit happens. Hidup itu kadang nyebelin. Kenyataannya memang begini. Kita tak perlu beranggapan hidup kita sedang baik-baik saja. Tapi kamu harus kuat dan bangkit lagi. Saat remaja aku dapat hadiah buku yang berguna sekali. Judulnya Don’t Sweet the Small Stuff for Teens. Di buku itu aku diajak mengerti, kenapa sebaiknya aku tidak mikirin hal tidak penting dalam hidup.

Kalau baca buku, biasanya satu buku dalam satu waktu atau sekaligus baca banyak buku secara simultan?

Buku sastra itu aku cepat. Novel bisa baca cepat sehari atau dua hari. Atau paling lama tiga  hari, karena faktor tebal bukunya. Sebab aku sebagai penulis novel bisa bilang bahwa aku sudah punya gambaran strukturnya sehingga bisa lebih mudah saat baca. Kalau buku nonfiksi agak lama, apalagi kalau dalam bahasa Inggris. Aku harus memahami nonfiksi ini untuk mengerti pemikirannya ini seperti apa.

Lebih nyaman baca buku cetak atau e-book?

Kalau bicara soal paperback atau e-book, aku orang yang ingin segera beralih ke e-book. Tapi masalahnya aku belum punya Kindle. Aku kan belakangan punya mobiltas yang cukup tinggi dan aku tidak bisa menumpuk buku lagi. Koleksi buku juga banyak banget. Dari sisi harga kan e-booklebih ekonomis.

Apakah koleksi buku cetak tetap memberikan spark joy?

Oh, iya. Karena itu, kritikku kepada Marie Kondo, sebetulnya yang penting ambil semangatnya. Kata Marie Kondo, maksimal 30 buku saja. Tidak bisa dong, ukuran kebutuhan manusia itu beda. Jadi harus berpikir, apa yang dibutuhkan. Aku masih butuh buku cetak. Tapi harus ada kurasi. Ada satu titik berpikir, ini butuh atau tidak.

Aku sebagai penulis juga senang kalau kawan-kawan mulai beralih ke e-book, kalau memang nyaman, sebab harganya lebih murah. Untuk atasi  persoalan pengiriman buku yang mahal, e-book memberi jembatan. Intinya, aku tidak pernah mempermasalahkan buku cetak atau e-book, yang penting kamu baca.

Apa film favorit yang diangkat dari film dan buku apa yang kamu bayangkan harus menjadi film? 

Aku suka sekali menonton Remains of the Dayyang diangkat dari novel Kazuo Ishiguro. Aku sebetulnya mau seri Mata-ku. Aku tidak berpikir, buku menjadi film itu sebuah pencapaian. Ini hanya menunggu waktu yang tepat. Produser yang tepat. Sutradara yang tepat. Tapi kalau untuk buku-bukuku sebelum seri Mata. Aku ingin biarkan semua orang sudah baca dulu. Mungkin seperti saat Ronggeng Dukuh Parukdifilmkan. Itu semua orang sudah kenal dulu dan sudah punya bayangan di kepala tentangnya. Jadi, biarkan berproses.

Untuk seri anak itu juga aku punya pertanyaan sebab di situ kan ada unsur-unsur yang sulit juga digambarkan, tapi kalau itu bisa diwujudkan dan tak kalah dengan Harry Potter, misalnya. Kita lihat teknologi film kita apakah bisa mengakomodasi. Aku juga tak sabar mau lihat GundalaPutra Petir yang dijanjikan oke secara sinematik.

Kalau ada yang mau menulis cerita hidup Okky, siapa yang diminta untuk menulis, atau mau menuliskan sendiri?

Enggak ada. Di luar official biography, kalau ada yang mau menulis aku tidak bisa melarang. Tapi aku tidak akan meminta orang menuliskannya. Aku mungkin akan menulisnya sendiri, tapi nanti kalau aku sudah tua. Kehidupan masih terus berjalan. Karena itu, aku bingung, ada orang-orang yang ngebet sekali ingin punya buku biografi, padahal mereka masih muda.

Okky Madasari (Foto: dokumen Okky)

Ini pertanyaan intermeso. Kalau kamu bikin pesta, dan berkesempatan mengundang tiga penulis, baik yang masih hidup atau telah mati? Siapa yang mau diundang?

Wah, ini kayak nonton Midnight in Paris. Pertama, aku tidak akan mengadakan pesta. Kedua, aku orang yang menghabiskan waktu sendirian dan berinteraksi hanya saat dibutuhkan. Tapi mungkin aku ingin ngobrol dengan Pram. Aku mau ngobrol soal realisme sosialis. Jadi, bukan karyanya. Pram punya buku soal realisme sosialis yang direncanakan untuk pelajaran sekolah. Tapi karena rezim yang berganti, tidak sempat terwujud. Aku mau banyak ngobrol banyak tentang itu. Kalau penulis perempuan yang lain, masih hidup semua, dan masih sering ketemu dan kita sering ngobrol.

Terakhir, kalau punya kesempatan untuk menyarankan presiden membaca sebuah buku, buku apa yang ingin disarankan untuk dibaca?

Aku mau dia baca Maryam. Sebab itu case yang harus dia selesaikan. Aku mau dia baca Pasung Jiwa karena terakit kondisi saat ini, dan akan kusuruh baca 86. Ya, tiga itu cukup, tidak baca bukuku yang lain tak apa. Ada pengalaman unik soal saran buku seperti ini.

Beberapa tahun lalu, ada seorang pejabat yang menulis sebuah artikel di surat kabar. Pejabat ini baru keluar dari penjara setelah dihukum karena kasus korupsi. Dia menulis di artikelnya, keadaan di penjara itu sama seperti yang digambarakan Okky Madasari di novel 86. Jadi, di dalam penjara dia membaca novel itu. Karena itu, aku membayangkan seandainya para pejabat itu membaca 86. Mereka tentu akan berhati-hati saat menjabat. [T]

Tags: BukuLiterasiOkky Madasarisastra
Previous Post

Pameran Kartun Ber(b)isik di Bentara Budaya Bali

Next Post

Mahasiswa Jawa Masuk Undiksha: Awalnya Cemas Kalah Saing, Akhirnya Senang Banyak Pengalaman

Wendy Fermana

Wendy Fermana

Lahir di Palembang, 10 November 1994. Ia menulis buku Kawan Lama (Teras Budaya Jakarta, 2017) dan Ratu Bagus Kuning (Balai Bahasa Sumatera Selatan, 2017). Saat ini, ia bergiat di Komunitas Kota Kata dan berkhidmat sebagai pengajar bahasa Indonesia di MTs Negeri 1 Lubuklinggau. Ia dapat disapa di instagram @anamref.

Next Post
Mahasiswa Jawa Masuk Undiksha: Awalnya Cemas Kalah Saing, Akhirnya Senang Banyak Pengalaman

Mahasiswa Jawa Masuk Undiksha: Awalnya Cemas Kalah Saing, Akhirnya Senang Banyak Pengalaman

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co