ORANG Bali punya banyak jenis jaje (kue/jajanan) yang cara makannya agak rumit. Jika salah cara makan, maka kenikmatannya bisa berbeda, bahkan bisa celaka.
Di Tanah Lot, Tabanan, pernah ada turis beli jaje klepon, lalu menggigitnya seperti menggigit buah ceri, maka tumpahlah gula merah ke baju dan roknya. Si turis kaget, lalu tertawa. Untung tak marah pada pedagangnya.
Bali memang kaya dengan berbagi jenis jaje tradisional yang unik dari segi bentuk dan cara makannya, dan enak. Ada jajeyang murni merupakan hasil olah kreatif masyarakat Bali, ada pula jaje yang merupakan hasil alkulturasi dengan budaya daerah lain, bahkan negara lain, seperti Jawa dan Tionghoa.
Nah, ini ada jaje cerorot. Ini jaje sering pula disebut jaje blukbuk. Sehari-harinya tak gampang ditemukan, kecuali mau masuk pasar tradisional di sejumlah tempat. Jaje ini bisa dibilang selalu ada dan tetap lestari. Biasanya jaje ini disajikan ketika masyarakat Hindu sedang melaksanakan upacara pernikahan pada proses memadik (meminang). Dalam tahapan upacara itu jaje cerorot biasanya ditemani tipat bantal.
Di Bali, jaje cerorot dibuat dari tepung beras lokal (Bali) dipadu dengan gula merah (gula Bali) dan garam. Karena itu, jaje cerorot memiliki warna merah kecoklat-coklatan. Cerorot dibungkus dengan janur (daun kelapa) yang dililit berbentuk seperti kerucut. Anak-anak zaman now kerap menamai jaje ini dengan sebutan jaje terompet karena bentuknya memang mirip terompet.
Cara Makan
Cara menyantap jaje ini juga unik. Jangan sampai salah. Bagi orang yang tidak tahu, tentu akan membuka bungkusnya terlebih dulu sebagaimana membuka kue pada umumnya, biasanya dimulai dengan membuka semat (lidi untuk mengancing lipatan janur), lalu membuka lilitan janur, dan memegang daging kue dengan tangan, baru kemudian memakannya.
Cara seperti itu tentu sangat mengjengkelkan. Selain cukup rumit, daging kue bisa lengket di tangan, dan tentu mengurangi rasa nikmat saat menyantap. Apalagi harus berpikir untuk mencuci tangan atau sibuk mencari tisu setelah makan.
Padahal ada teknik khusus untuk memakan jaje cerorotini. Pertama-tama doronglah pantatnya, eh, dorong bagian bawah janur pembungkus kue itu yang berbentuk runcing seperti ujung baut ulir. Setelah didorong, maka daging kue di bagian atas akan menyembul. Saat menyembul itulah, daging kue bisa dijilat terlebih dulu, lalu mengulumnya, baru kemudian dikunyah. Atau, langsung saja dikunyah.
Cara mendorong pantat runcingnya itu jangan terburu-buru. Pelan-pelan saja. Nikmati sensasinya. Lihatlah kue baru yang menyembul di bagian atas pada setiap dorongan di bagian pantat. Lalu nikmati sesuai dengan seberapa besar kita bisa mengulum dan mengunyahnya, atau sesuaikan dengan sensasi yang diinginkan, atau sesuaikan dengan besar-kecilnya bentuk mulut.
Jika perlu makan sedikit saja, maka mendorongnya juga sedikit, dan jika bisa makan sekaligus, maka mendorong bisa dengan penuh nafsu sampai semua daging kue keluar.
Belakangan, jaje cerorot biasa digunakan untuk sajian dan hidangan tamu yang disajikan sebagai teman minum kopi atau teh. Kinijaje ini juga gampang didapat karena banyak dijual di pasar-pasar tradisional dan toko kue. Sayangnya, cerorot hanya tahan disimpan selama satu hari saja.
Cara Membuat
Bahan untuk membuat jaje cerorot adalah beras lokal, gula merah, dan garam secukupnya. Cara membuatnya: pertama, beras dicuci bersih, kemudian direndam semalaman, terus ditumbuk menjadi tepung.
Dulu, membuat tepung beras memang selalu dengan cara tradisional, yaitu beras yang sudah direndam ditumbuk di dalam lesung (kayu yang di tengahnya berlobang seperti lobang mangkok). Ditumbuk dengan menggunakan lu (kayu berbentuk tongkat besar). Lalu hasil tumbukan dihaluskan dengan memakai sidi (penyaring). Tepung yang dibuat secara tradisional, rasa kuenya lebih enak dibandingkan tepung yang dibeli buatan pabrik.
Gula merah dicairkan dengan air panas kemudian disaring juga. Selanjutnya, tepung dimasukkan ke dalam cairan gula. Lalu ditambahkan garam secukupnya.
Cara membuat pembungkusnya: pertama-tama, janur dibuang lidinya, lalu dilipat bagian ujungnya kemudian dibuat melingkar seperti bentuk kerucut. Setelah pembungkus daun kelapa dibuat, selanjutnya adonan tepung dan gula merah itu dituangkan ke dalam pembungkus. Hati hati jangan sampai penuh, karena jika kepenuhan adonan bisa meleleh dan jatuh saat dikukus.
Adonan yang sudah dibungkus itu dikukus sampai matang (lebih kurang 20 menit). Untuk mengetahui bahwa cerorot sudah matang digunakan lidi dengan cara ditusukkan kedalam adonan yang sedang dikukus. Bila lidi saat ditarik tidak lengket berarti cerorot sudah matang. Jika sudah matang, selanjutnya jajan diangkat dan siap dihidangkan.
Masih ingat cara makannya? Coba ulang baca di bagian atas. (T)