- Judul Buku: Aku Radio Bagi Mamaku
- Penulis: Abinaya Ghina Jamela
- Penyunting: Asef Sauful Anwar
- Penerbit: Gorga Pituluik, 2018
- Tebal: 98 hlm
HARI ini aku memutuskan untuk membaca buku karya Abinaya Ghina Jamela berjudul “Aku Radio Bagi Mamaku”. Dia memberikan aku buku ini mungkin seminggu yang lalu, sebagai hadiah ulang tahunku. Terima kasih Naya. Dan akubaru ingin membacanya hari ini.
Dia memperkenalkan dirinya di buku ini dengan nama Alinka tapi aku ingin menganggap dia Naya saja. Tak apa-apa kan?
Cerita favoritku di buku itu adalah “Aku Bosan dengan Menu Bekalku”. Karena di cerita ini dia bersikap sangat berani kepada kepala sekolahnya yang memarahinya karena dia lupa membawa bekal. Kalau aku jadi dia, aku tidak akan berani melakukan itu.
Tapi aku membaca dan menyukainya. Dia menceritakan sekolahnya dan menurutku sekolah itu agak berbeda dari sekolahku.
Nama sekolahnya adalah TS, kepanjangannya Terbaik Sunopa. Masing-masing kelas ada sebutannya, sebutan kelas satu adalah Untuk Pemula, kelas dua sebutannya Naik Tingkat, kelas tiga sebutannya Jangan Menyerah, kelas empat sebutannya Dalam Perjalanan, kelas lima sebutannya Hampir Sampai, dan kelas enam diberi nama Tingkat Tertinggi.
Menurutku menamakan kelas seperti itu ide yang menarik. Tapi di sekolah itu ada sebuah peraturan, kalau ada murid yang tidak bawa bekal diberi hukuman berlutut di halaman sampai jam istirahat, dan menurutku peraturan itu sangat bodoh.
Bagian favoritku di cerita itu, selain bagian dia menghadapi kepala sekolahnya, adalah ketika mamanya bilang “Setiap orang harus berani bicara, dan dia tidak boleh takut hanya karena dia anak-anak”. Mamanya juga bilang “Orang dewasa juga melakukan kesalahan. Jadi anak-anak juga harus mengingatkan”.
Bagian itu bagian favoritku karena aku setuju dengan kata-kata mamanya.
Oya, dia juga menghadapi ibu temannya, dia orang yang sangat berani! Aku tidak akan berani melakukan itu. Aku juga merasa kasian kepada dia karena dia sering diejek di sekolahnya, temannya suka menyembunyikan peralatannya.
Ada temannya yang bernama Lingko yang pernah menarik kursinya ketika dia mau duduk. Dan aku juga pernah digituin juga pas kelas dua, tapi aku diemin saja dan ikut ketawa karena aku pikir hal itu tidak terlalu berbahaya, tapi aku sadar kemudian itu berbahaya ketika bunda dan guruku berbicara bahwa itu sangat berbahaya.
Dia juga punya teman bernama Birnas, dia pernah mengangkat rok sekolah Naya tinggi-tinggi sampai celana dalamnya keliatan oleh anak-anak lain, dan yang melihatnya tertawa. Kasian Naya, aku akan merasa sangat malu kalau ada orang yang melakukan itu padaku. Nakal sekali temannya itu.
Di cerita “Hukuman Dari Mama” ada bagian ketika temennya yang bernama Bose menjambak rambut Naya dan anak-anak yang lain berrorak dan berteriak “Ayo Bose! Jangan dikasih ampun!” “Ayo Bose…..!!” dan bagian itu sangat menyedihkan aku merasa bersalah kepada Naya.
Tapi Naya melawan balik dan menggigit tangan Bose, aku merasa bangga padanya karena dia tidak mengalah, tapi akhirnya dia dapat hukuman dari mamanya, hukuman mamanya adalah untuk membuat cerpen,
Cerpennya ternyata sangat kreatif dan aku suka cerpennya itu. Cerpennya menceritakan tentang sebuah monster, Monster Tembok! Bagus dah pokoknya. Ada juga salah satu ceritanya menceritakan pengalaman membolosnya. Dia ke perpustakaan dengan ibunya dan dia mendeskripsikan perpustakaan itu seperti apa, dan mendengarkan deskripsi itu, aku ingin sekali ke perpustakaan itu.
Kapan-kapan aku ingin bertemu dengan Abinaya dan menjadi sahabat dekatnya. (T)
Singaraja, 14 Desember 2018