15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Keberanian untuk Memulai Ketidakselesaian

HidayatbyHidayat
February 22, 2018
inCerpen
Keberanian untuk Memulai Ketidakselesaian

Ilustrasi: IB Pandit Parastu

35
SHARES

SUARA mesin grinder biji kopi, aroma biji kopi yang telah menjadi bubuk, lagu pop barat yang membosankan. Dan orang-orang yang melewatkan malam bersama dalam satu ruang.

Robin dan Sabina duduk bersama di meja dekat pintu kafe, saling berhadap-hadapan. Robin menghadap ke dalam, memandang seisi kafe, Sabina menghadap ke jalan, memandang sepi kendaraan. Mereka saling bercakap seperti sepasang kekasih yang baru jadian. Mesra dan serius.Sabina lebih mendominasi, Robin dengan baik-baik mendengarkan.

Seseorang di meja pojok berdiri, menghampiri pemilik kafe. “Lagunya diganti dong, Bli”, celetuknya.

Pemilik kafe yang sedang membuatkan pesanan menganguk dan memberikan remote control LCD. Dengan gagahnya seperti seorang yang serba bisa, menekan tombol remote, ia mengganti lagu seenaknya tanpa permisi pada pelanggan yang lain.

“Lihat pemuda di belakangmu itu, Sa, pasti hidupnya terasing sekali,” pinta Robin dengan yakin

Sabina membalik tubuhnya, matanya berusaha menemukan apa yang apa yang ingin ditunjukkan oleh Robin. Setelah selesai, ia berbalik, mengangkat kedua alisnya dan menatap Robin dalam-dalam.

“Apa yang membuatmu begitu yakin, Robin?”

“Ketidakpeduliaannya terhadap orang lain!”

“Hanya itu?”

Robin diam. Sabina diam. Masing-masing mereka menyeruput kopi. Dan seperti adegan sebuah film, mereka meletakkan cangkir bersamaan, bunyi ting bersamaan. Musik yang anggun mengalun melankolis.

Orang-orang di kafe itu, yang tidak begitu paham musik tak terlalu mempedulikannya. Musik klasik tak cocok diputar di zaman sekarang. Orang-orang di kafe bermuka kecut, mengeluh dalam hatinya, “Duuuh, musiknya bikin ngantuk.” Kebanyakan dari mereka tampakseperti mahasiswa-mahasiswi. Muda dan sedikit menggoda. Wajahnya terpancar akan kehausan cinta dan citra.

“Beethoven. Selera musiknya tak begitu buruk,” sambung Sabina.

“Aku tak yakin begitu, Sa. Kukira semua orang bisa akting. Bisa aja ia sedang akting, menunjukkan bahwa dirinya memiliki pengetahuan yang luas soal musik,” ucap Robin meyakinkan Sabina

“Seperti aktor film yang hanya mengikuti arahan sutradara?”

“Ini lain, Sa.”

Tiba-tiba Ludwig van Beethoven masuk dalam kafe dengan langkah yang angkuh, lalu duduk di meja kosong dekat meja barista. Tiba-tiba mejanya berubah jadi piano. Ia memainkannya Symphoni no.8 yang anggun dan rumit.

Sabina diam dan matanya terpejam. Robin yang tak begitu bisa menikmati musik klasik hanya diam. Memandangi Sabina dengan terkagum-kagum.

Wajah nan anggun, alis yang hitam dan tebal, rambut pendek hitam kemerah-merahan. Sabina menempelkan tangannya di atas meja. Membiarkan imajinasinya melebur dalam musik klasik karya komponis besar Beethoven. Seolah-olah ia ikut memainkan. Dan matanya yang terpejam memperlihatkan anggunnya anugerah pendengaran yang dimiliki.

Ia kemudian mengambil cangkir di depannya, meletakkan di bibirnya dengan mata sedikit terpejam sambil tetap menghayati ritme.

“Ini sudah ke-9 kali, Robin, hampir setiap malam kau mengajakku keluar, mentraktir makan dan minum, di tempat ini. Selalu tempat ini,” kata Sabina

“Tidak. Ini ke-8 kali, Sa,” tegas Robin.

“Lalu?” tanya Sabina.

Robin menghela napas panjang. Menatap Sabina, seperti menerka jawaban apa yang paling diinginkannya. Sesekali ia mengawasi orang-orang yang juga duduk di kafe ini. Beberapa di antara mereka mengabaikan temannya, ada yang tertawa karena cerita, ada yang merokok dan diam sendirian, juga ada yang memenadangi layar LCD, seperti mencoba mengingat siapa itu.

Hampir dua jam mereka duduk, menikmati minuman kesukaan masing-masing, dan saling berpandangan. Sementara Sabina bercerita, Robin mendengar dan mencatat setiap cerita ke dalam memori otaknya.

Dalam tempo kurang dari sepuluh menit, otaknya sudah dipenuhi fragmen-fragmen cerita dari Sabina. Tentang kecintaannya pada anjing, tentang minatnya pada musik klasik, tentang ibunya yang berulang tahun 3 hari lalu, tentang ayahnya yang tak pernah kembali dan tentang pacarnya yang kecanduan rokok.

“Kau begitu manis malam ini,” sela Robin memotong cerita Sabina.

“Dan kau selalu ramah, Robin. Seperti ketika kau dan aku pertama bertemu,” balas Sabina.

Robin hanya tersenyum sambil memutar ingatannya. Ia dan Sabina bertemu pada Selasa malam di sebuah rumah komunitas, tempat sejumlah mahasiswa dengan hobi yang sama berkumpul, menonton, dan mendiskusikan film-film Ingmar Bergmen, David Lynch, Christoper Nolan, Quentin Tarantino, Stanley Kubrick dan lain-lain. Pada akhir diskusi, Robin, yang bukan mahasiswa sastra, entah mengapa tiba-tiba menghampiri Sabina, berkenalan dan bertukar nomor.

“Orang-orang dengan minat pada film yang tinggi selalu menarik untuk diperhatikan, lebih humanis dan tidak membosankan,” balas Robin dan tersenyum.

“Itu kata-kataku ketika menutup diskusi,” sahut Sabina.

Robin menempelkan rokok di bibirnya dan mengangkat korek, sebagai isyarat tanya, tidak keberatankah bila aku merokok? Sabina hanya tersenyum sebagai tanda meng-iya-kan isyarat Robin.

“Kau belum menjawab pertanyaanku, Robin.”

Hisapan panjang, musik yang mengiringi diamnya, kepulan asap yang keluar perlahan-lahan seperti tak ingin cepat hilang.

Mulutnya masih berasap, jari-jemarinya yang kurus memutar-mutar batang rokoknya. Robin menjawab dengan yakin, “Untuk apa aku lakukan ini? Aku ingin menulis, Sa.”

“Menulis tentang aku?” Sabina semakin penasaran.

“Aku selalu penasaran dengan kehidupan orang-orang. Aku tak pernah tahu bagaimana karakter setiap orang. Itulah sebabnya aku habiskan waktu setiap malam di sini untuk lebih tahu bagaimana karaktermu, bagaimana tempat ini.” jawabnya yakin.

Robin bisa mengetahui banyak hal tentang orang-orang yang diajaknya menghabiskan waktu berlama-lama. Ia menyusun karakter, alur, dan ide cerita, lalu menuliskannya. Ia tahu banyak hal lewat percakapannya dengan orang-orang.

Sabina mengangguk yakin. Namun alasan Robin dirasa tak cocok dengan jawaban yang diharapkan, ia kemudian bertanya lagi, “Jadi, hanya untuk alasan menulis lantas kau lakukan ini?”

Robin tersenyum, dengan improvisasi yang handal ia menjawab dengan penuh semangat, “Begini, Sa. Aku tak tahu apakah ini berguna. Kurasa ada hal-hal yang sulit dipahami jika aku hanya melihat dari jauh. Aku harus bisa sedekat mungkin dengan objek yang membuatku tertarik.”

“Kau tak menulis tentang orang asing?” tanya Sabina penasaran

“Tidak begitu yakin. Aku hanya menulis tentang apa yang kualami, dan mungkin dialami semua orang.”

Ia sendiri, pemuda dari keluarga terhormat di kampung halamnnya. Ia pemalas dan bebal. Namun ia juga seperti kebanyakan orang yang idealis. Mengorbankan apa saja demi tercapainya tujuan. ia mengunjungi banyak tempat, berteman dengan banyak orang, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain.

Robin memang ingin menulis dan selalu menulis dengan serius dan perenungan yang dalam. Dua bulan terakhir, dapur penulisannya tak berasap lagi. Macet begitu saja. Ia memang menyadari itu. Tapi tak tahu bagaimana menghidupkan api dapur penulisannya. Sampai pada akhirnya ia yakin, bahwa dirinya kurang mendalami karakter tokoh yang akan ditulisnya.

Ada begitu banyak inspirasi menulis sebanarnya, dan ia yakin di dunia ini tak ada yang benar-benar baru. Semua karya tulis adalah bentuk replika dari suatu masyarakat. Seorang penulis membutuhkan observasi yang mendalam untuk membentuk karakter dan alur cerita.

Lebih dari dua minggu ia tinggalkan kuliah. Mengikuti pedagang di pasar pada dini hari, membuntuti mahasiswa-mahasiswi pada siang, mendengar obrolan orang-orang pekerja pada pagi di sebuah warung makan, dan juga ia selalu penasaran pada orang-orang yang berangkat sembahyang pada sore hari.

Ia mengikuti orang-orang yang membuatnya penasaran dan menurutnya menarik. Kemudian ia mengamati bagaimana pola tingkah, bagaimana gerak setiap orang, dan mendengar apa yang diperbincangkan.

Robin telah menghabiskan seluruh kirimannya bulan ini, mentraktir dan bercakap lama-lama, mengunjungi tempat-tempat baru, ini dilakukan untuk mendalami karakter seseorang yang menarik baginya.

Dan satu-satunya untuk kelancaran misinya, iamenjual sebagian pakaian, menggadaikan motor, dan menjual jam tangan pemberian kekasihnya. Kemudian, untuk menghemat uang dan tatap pada misinya, ia pindah kost yang lebih murah, walaupun tempat tidur, meja tulis, dan tempat ibadah menjadi satu. Sekalipun sempit dan berdebu, ia bahagia.

Robin telah menemukan banyak orang yang dijadikan objek tulisannya. Seorang preman yang mengeluh kehilangan gigi, seorang pedagang pasar yang mengeluh bangun dini hari, seorang mahasiswi yang menangis kehilangan kunci motor, seorang notaris yang ingin menghabiskan waktunya untuk melihat banyak pantai.

Jari-jari Sabina yang mungil mengetuk meja kayu. Bibirnya yang tipis seperti ingin bertanya. Lalu meneguk cappuccino-nya. Sementara Robin sedang tak memperhatikannya, ia mengawasi seisi kafe menerka isi kepala orang-orang, seperti ingin masuk ke dalamnya untuk mencuri karakternya.

Sekarang sudah jam 11.30. Orang-orang di kafe mulai bergegas pulang. Dan mungkin, salah satu alasan adalah bosan dengan musiknya. Musik klasik selalu membosankan bagi generasi sekarang. Tak dianggap mampu menyuntikkan adrenalin yang mampu mendatangkan inspirasi. Kuno dan tampak ragu, seperti sepatu musafir yang usang diselimuti debu dan keringat. Seperti benda kuno yang semestinya dimuseumkan.

“Tapi mengapa aku?” celetuk Sabina membuyarkan lamunan Robin

“Tak ada alasan, Sa.”

“Karena aku menarik?”

“Mungkin,” jawab Robin singkat dan patah

Robin menyeruput espessonya. Sabina mengusap bibirnya dengan tisu.

“Apa yang akan kau lakukan setelah ini, kau tidak tidur di kosku lagi?”

“Kurasa tidak. Aku mencoba memulai menulis ketidakselesaian. Karya selalu tentang tidak selesai.” (T)

 

*Cerpen ini terinspirasi kata-kata Rainer Maria Rilke, “puisi bukanlah sentimen, ia adalah pengalaman. Untuk dapat menulis sebaris sajak, kita mesti telah melihat banyak kota, manusia dan benda-benda.”

Tags: Cerpen
Previous Post

KKN PPM Unud 2018 di Mas Ubud: Dengan Melukis, Perangi Sampah Plastik

Next Post

Tuhan, Cinta dan Birahi, di Bawah Kibaran Daster

Hidayat

Hidayat

Berasal dari ujung timur pulau Jawa alias Banyuwangi. Sedang terdampar di sisi utara Pulau Dewata. Bercita-cita memiliki kedai kopi lengkap dengan perpus, tempat nonton film serta tempat diskusi. Bisa dijumpai di akun inatagram : cethe21

Next Post
Tuhan, Cinta dan Birahi, di Bawah Kibaran Daster

Tuhan, Cinta dan Birahi, di Bawah Kibaran Daster

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co