15 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto: Rama Surya

Foto: Rama Surya

Catatan Harian Sugi Lanus# Perjalanan Mencari Dukun-Balian

Sugi Lanus by Sugi Lanus
February 12, 2018
in Esai
34
SHARES

Rama Surya dan saya pernah bekerjasama mencari balian atau para penyembuh di semua penjuru di Bali.

Tujuannya: Membuat potrait penyembuh.

Para Balian itu keberadaannya seperti mitos, antara dan dan tiada. Mereka ada, tetapi juga sekaligus tidak tercatat. Tidak ada daftar Balian dalam demografi desa, apalagi statistik kependudukan provinsi Bali. Balian itu pekerjaan, profesi, tapi tidak akan mungkin didaftarkan sebagai bagian profesi untuk dicantumkan dalam KTP atau passport.

Balian itu berkontribusi dalam berbagai sejarah Bali, bahkan dalam berbagai kudeta dan juga dalam berbagai peperangan, serta memerangi wabah, atau grubug dan mrana, tapi tidak banyak ada lontar atau catatan tentang kehidupan para Balian, kecuali kisah Balian Batur yang berontak melawan Gelgel dan akhirnya dikeroyok Mengwi dan Gelgel.

Balian atau penyembuh Bali ini ada banyak lontar atau manual-book-nya, yaitu berbagai lontar Usada, tapi tidak ada yang sungguh-sungguh mempelajarinya secara terbuka, apalagi mau membuka sekolah Balian Usada. Ada yang salahkan kalau seseorang menjadi Balian? Apakah ini tidak boleh menjadi pekerjaan by design? Atau hanya kehendak alam semesta mengirim atau “menendang” seseorang ke “jalan Balian”?

Perjalanan keliling mencari Balian itu kami jalani sebagai “pencarian tambahan” setelah buku kami terbit, ,Bali – Living in Two Worlds, tahun 2001. Dalam buku tersebut, Rama adalah fotografernya, dan saya salah satu penulis dan riset foto dengan Rama.

Pencarian keliling Bali itu, sekitar tahun 2000-2004, meninggalkan banyak catatan, ingatan Balian dan juga lontar-lontar yang saya temui di rumah atau kediaman para Balian, salah satunya yang ada dalam foto ini, yang tak lain adalah lontar Pawacakan.

Lontar Pawacakan adalah bagian dari lontar wariga, seperti lontar lainnya, Ayuning Ala Dewasa, Ala Ayuning Wuku, Palelintangan, Pangalihan Dina, Sadreta, Suryamandala, dan lain-lain. Lontar Pawacakan menarik karena menjelaskan pengaruh buruk hari kelahiran seseorang dan disertai pemecahannya yaitu ruwatan dan dengan detail menyebutkan sesaji/ upakara/caru/banten/panglukatan. Lontar ini juga bisa dimasukan dalam kategori lontar tenung mengingat bisa dijadikan sebagai “pedoman” untuk “petenungan” penyakit bawaan seseorang dan proses penyembuhan yang harus dilalui.

Disebut Lontar Pawacakan mungkin karena dari dalamnya kita mendapat “membaca” (waca) informasi pengaruh buruk, sakit bawaaan orang berdasarkan pengaruh hari dan jam kelahiran, serta banten/sesaji apa bisa dipakai ngruwat yang bersangkutan.

Biasanya usai upakara tubah (ruwat berdasar pengaruh buruk hari kelahiran), orang atau anak yang usai ditubah tidak boleh masuk dapur selama 3 hari. Orang tua atau siapa yang di rumah yang mengambilkan makanan dan minuman. Mungkin juga ini terapi tradisional yang memaksa orang tua lebih perhatian ke anak, dan anak merasa bahagia dan menyehatkan dilayani makan secara penuh bak pangeran atau putri dalam 3 hari. Mungkin juga 3 hari ini anak harus “sembunyi” di kamar. Tak boleh keluar dan tak boleh ke dapur. Total “nyekeb awak” (serta mulatsarira).

Dalam perjalanan mencari Balian itu saya dengan suka-rela kembali di-upah-upah, atau ruwat kecil, menjadi semacam pelengkap 3 kali ditubah di masa kanak-kanak.

Lontar dalam foto ini — rasanya pernah dipamerkan di salah satu pameran tunggal Rama Surya — adalah lontar Pawacakan, koleksi dari salah satu di Griya Budakeling. Teknik penggabungan foto lontar dan foto saya ini bukan photoshop, tapi lewat cetak-persatukan di kamar gelap, karena inilah sepertinya detik-detik Rama Surya dan kebanyakan fotografer pro mengakhiri periode foto dengan negatif hitam-putih yang kini telah menjadi barang sangat-sangat langka.

Mungkin karena dari kecil saya diajak mapuacakang membaca lontar Pawacakan dan dikenai upakara tubah 3 kali + 1 setelah besar (dalam foto ini) saya termasuk paling kagum dengan naskah ini yang sangat detail instruksi dan praktek lontar Pawacakan. Lontar ini juga membuat saya dari dini menyadari bahwa ada banyak teks-teks tertulis di Bali bukan sekedar catatan menyimpan ingatan, atau “teks mati”, beberapa lontar mengandung “teks yang bisa diaktivasi” atau “diinstall” lewat praktek ritual atau “nyasa“.

Pada kesempatan lain, ketika perjalanan mencari Balian tersebut berujung di Desa Kubu, Karangasem, di luar konteks penyembuhan dan perbalianan, kami bertemu dengan orang tua yang berkisah mengenai lontar-lontar tentang letusan gunung Agung, bahkan orang yang saya temui itu hafal luar kepala chandrasangkala letusan-letusan Gunung Agung, bahkan sampai milenia pertama, dari tahun awal abad I-X dan seterusnya. Sampai-sampai ketika itu omongannya saya mengganggap hanya “bualan tanpa data tertulis”.

Belakangan saya baru tahu bahwa beliau hafal isi lontar Babad Bumi, Kalawasan, dan Tusan, dan saya menjadi kembali teringat sosok sepuh itu ketika Gunung Agung meletus 2017 kemarin. Apakah beliau baik-baik saja? Atau beliau telah kembali ke sungsunggan beliau di Gunung Agung?

Perjalanan mencari dan menemui para Balian itu meninggalkan banyak pelajaran dan ingatan penting, melampaui apa yang bisa ditangkap visual. Rata-rata para Balian yang kami temui mengakui perjalanan hidupnya, dari derita dan berbagai cobaan, sampai menjadi “penyembuh”, adalah sebuah derita dan cobaan yang akhirnya menyeberangkannya ke pintu pengabdian. Hidup mereka akui sebagai perjalanan yang “digiring oleh sesuatu”.. Ada menyebut “sesuatu” itu sebagai “taksu”, ada juga menyebutnya sebagai sesuhunan. Sang Pemberi Kekuatan itu.

Mungkin karena ada “sesuatu” itu, variable niskala itu, secara umum, perasaan orang Bali jika diajak memikirkan Balian itu bermacam-macam: Takut, serem, ogah, tidak mau terima, takhayul, dan berbagai konotasi miring lainnya. Seakan-akan, memikirkan saja sudah deg-degan, apalagi ada yang suka rela menjalaninya sebagai sebuah karir atau cita-cita, sepertinya bisa dihitung jari, semuanya “panggilan niskala”. Paradoxnya, Balian tidak mau dijalani secara suka-rela, tapi sekaligus kadang-kadang diburu. Terutama ketika orang Bali sudah “kehabisan akal” alias sudah dirasa “mentok dengan logika”.

Pada saat orang Bali ingin tahu sesuatu yang melampaui logika, orang Bali masih gandrung sampai kini mencari jawab lewat Balian. Jadi, balian itu, berkontribusi? Emm.. tidak pernah diakui oleh publik, malah…

“Apapun kekuatan yang mendorong di belakang saya, ‘kekuatan itu’ meminta saya untuk berkontribusi pada karahayuan-kasukertan (keselamatan dan kesejahteraan) orang lain”, demikian aku salah satu dari mereka.

Belajar dari kisah-kisah hidup para Balian itu, saya mencatat dan belajar, banyak profesi, umumnya di pedesaan dan di pinggiran, yang mendalam “berkontribusi pada hidup” tidak dicatat oleh sejarah, bahkan dinafikan.

Terimakasih untuk Rama Surya atas perjalanan dan fotonya, terimakasih pada semua para Balian yang saya temui, yang telah dengan sukacita membukakan lontar dan juga berbagai kisah perjalanan serta “tetamban” yang menjadi “keahlian” mereka dalam melayani kehidupan. (T)

Catatan Harian 11 Februari 2018

*Rama Surya adalah salah satu fotografer Indonesia yang malang-melintang dengan karya potrait dan photography essays-nya. Lahir di Bukit Tinggi, 1970, karya yang membuat namanya dikukuhkan dalam dunia fotografi Indonesia adalah buku dan pamerannya yang berjudul ‘Yang Kuat Yang Kalah’ (The Strong Ones Are The Beaten Ones) in 1996. Ia telah berpameran di berbagai negara, seperti di Nikon Image House Gallery di Kusnacht, Switzerland (2000); Museum der Kulturen, Basel, Switzerland (2002; Museum for the World Cultures diFrankfurt, Germany (2004); Taksu Gallery, Jakarta (2004); Richard Meyer Culture Gallery, Petitenget, Bali (2006); the Sogan Gallery, Singapore (2012), berbagai ajang karya foto dunia lainnya. Buku terakhirnya berjudul: ‘A Certain Grace’ adalah rangkuman foto dari perjalanan memberi pelayanan mengajar anak-anak dan penyembuhan bagi masyarakat terasing di Papua.

Tags: baliandukunpengobatan
Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Foto: Ole
Esai

Apakah jika Orang Bali Baca Karya Neitzsche Bisa Disebut “Nyastra”? – Merunut Kembali Arti Kata Sastra

  BENTUKAN kata nyastra dalam bahasa Bali adalah hal yang sungguh menarik. Lihatlah kata nyaluk, berasal dari kata saluk (pakai). ...

February 2, 2018
Dongeng

Kisah Perjalanan Mangga dan Pisau Menuju Titik Nirwana

Pisau telentang di meja dapur. Di sampingnya, Mangga terkapar tak bergeming. Wajah Pisau merona merah cemburu pada langit sore. Ulat ...

December 18, 2019
Ulasan

Ulasan Buku Avianti Armand: Puisi dari Nama-nama Perempuan yang Dihapus

Judul : Perempuan Yang Dihapus Namanya Penulis : Avianti Armand Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Terbit : cetakan pertama ...

February 2, 2018
Sumber ilustrasi: youtube
Ulasan

Merayakan Hari Ibu: Memutar Kembali Film “Lemantun” di Kepala Kita

#Film Pendek: Lemantun (2015) #Sutradara: Raphael Wregas Bhanuteja #Pemain: Tatik Wardiono, Den Baguse Ngarsa, Agus Kencrot, Titik Renggani, Trianto Hapsoro, ...

February 2, 2018
Foto ilustrasi: Mursal Buyung
Esai

Tanah Air – Sebuah Renungan Tentang Kewarganegaraan

Sangat tepat bila dalam sebuah lagu dinyatakan, tanah air tanah pusaka. Pusaka warisan nenek moyang. Warisan yang tak pernah hapus ...

February 7, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In