31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pemilih Pemula, Mencoblos di Tengah Antipati dan Buta Politik – Catatan Jelang Pilgub

Made Surya HermawanbyMade Surya Hermawan
February 2, 2018
inOpini
16
SHARES

 

ADALAH mereka yang sudah berusia 17 tahun, maksimal tanggal 27 Juni 2018 nanti, bisa memilih calon gubernur dan wakil gubernurnya. Rata-rata dari mereka saat ini masih ada di bangku SMA. Selain itu, kakak-kakak mereka yang sedikit lebih tua, juga telah punya hak yang sama. Mereka saat ini ada di bangku kuliah.

Kedua golongan ini –siswa dan mahasiswa– sedang sibuk bergelut dengan tugas sekolah dan kuliah. Di bangku kuliah, tugas dosen bahkan datang bertubi tanpa permisi, tiada henti. Pun juga (mungkin) ada yang sekaligus sedang memperjuangkan nasib jodohnya, mengamankannya dari para penikung ulung.

Di balik perjuangan tentang jodoh tadi, kedua kelompok usia itu punya dua peran penting, atau mungkin tepatnya dua posisi penting di Pilgub Bali 2018. Sayangnya, kedua posisi itu tidak berdampingan, melainkan berhadapan, bahkan bertolak belakang.

Posisi pertama ada di zona putih, posisi yang dapat menjadikan mereka pemilih cerdas dan kritis. Kendati, ini mungkin menjadi pengalaman pertama mereka menentukan pilihan politiknya.

Sebaliknya, posisi kedua ada di zona hitam. Posisi yang dapat membentuk mereka menjadi pemilih antipati, kurang kritis, dan mengikuti arus mainstream. Celakanya, jika arus mainstream yang mereka ikuti adalah arus politik transaksional, yang mayoritas saat ini terjadi. Ya, kendati sekuat tenaga diupayakan untuk ditutupi.

Kedua posisi itu punya peluang yang sama untuk dimiliki, 50:50. Mengapa? Karena mereka pemilih pemula. Apa yang pertama kali mereka dapat, dengar, dan baca, kemungkinan akan menjadi dasar pikiran mereka selanjutnya. Akan menjadi putih ketika mendapat putih, pun akan menjadi hitam ketika menerima hitam.

Sayangnya, aroma bahwa mereka akan mengarah ke zona hitam lebih pekat terhirup. Ini bukan serta merta terjadi. Setidaknya ada satu alasan yang menyertai anggapan awal ini. Adalah bekal pandangan politik yang (mayoritas dari) mereka miliki bisa dibilang sedikit. Bahkan, mungkin kosong sama sekali.

Kenapa bisa begitu? Jawabannya hanya satu. Politik masih berbau busuk di hidung, masih terdegar bising di telinga, dan masih terasa pahit di lidah (sebagian) masyarakat. Ketiga indera itu mengirim sinyal ke otak, sehingga mereka secara simultan memunculkan persepsi bahwa politik itu buruk. Jangankan disukai, dikenalpun mungkin tidak mau. Titik.

Kalau mau ditelusuri, persepsi itu muncul karena ada stimulus. Saat ini, di era digital, stimulus yang paling keras adalah media. Hampir setiap hari media memuat berita politik. Sayangnya, mayoritas berita yang ditayangkan, diperdengarkan, dan digambarkan cenderung ke arah negatif.

Contoh, ketua umum partai politik terlibat kasus korupsi, perdebatan tentang politik identitas, hingga pertengkaran elit politik yang mempertahankan kebenaran versinya. Parahnya, kebenaran versi elit itu dipertahankan bukan atas dasar fakta kebenaran, melainkan opini pembenaran.

Wajar saja mereka antipati. Di saat seharian mereka belajar demi masa depan dan sesekali ingin mendapatkan hiburan di TV, misalnya, yang dilihat hanya perdebatan itu. Mayoritas elit politik mempertontonkan perdebatan bahkan pertengkaran yang, jujur saja, kadang memalukan. Suka tidak suka, ini fakta.

Stimulus itu justru diperkuat karena di tempat mereka, para pemilih pemula, berada saat ini juga antipati terhadap politik. Sekolah dan kampus (non FISIPOL) mungkin masih mengaharamkan politik masuk ke tempat mereka. Kalau partai politik yang diharamkan, masih bisa diterima. Karena lembaga pendidikan memang harus netral. Sayangnya, banyak dari mereka yang sampai mengaharamkan pendidikan politik masuk ke sana.

Kumpulan stimulus dan penguatnya itu bukan tidak mungkin menjadikan antipati terhadap politik sebagai sebuah kebenaran. Akan menjadikan buta politik sebagai sebuah kemelekan yang sesungguhnya. Dan, sikap tidak peduli politik adalah sebuah kebanggaan.

Kalau itu berlanjut, mungkin negara ini akan bubar. Pandangan ini memang ekstrim, tapi ini cukup logis. Karena, semua penyelenggara negara adalah produk politik. Karena, politik itu ilmu hidup. Semua hal sejak bangun tidur hingga beranjak tidur lagi diatur oleh produk politik. Harga beras, biaya serta kurikulum sekolah, ongkos rumah sakit, gaji pegawai dan masih banyak lagi, semua diatur oleh produk politik.

Apabila semua orang antipati dengan semua hal yang disebutkan tadi, akhirnya akan ada satu kata. Bubar.

Tentu, dalam hal ini, bubar bukan pilihan. Masuk begitu saja ke zona hitam bagi mereka para pemilih pemula juga bukan hal yang dianjurkan. Lalu, bagaimana?

Sebagai seorang yang baru akan menentukan pilihan politiknya, setidaknya dalam Pilgub Bali, mereka harus beranjak menuju zona putih. Atau, mungkin dituntun menuju ke zona putih. Oleh siapa? Oleh orang yang lebih tua, lembaga pendidikan, dan diri mereka sendiri.

Orang tua, dalam konteks Pilgub Bali, kendati tidak semua, dapat dikatakan masih terikat dengan politik transaksional. Meski berusaha dikaburkan, samar-samar itu masih terlihat. Banyak dari mereka masih cenderung menentukan pilihan politik atas dasar warna dan apa yang didapat dalam sekejap. Bukan figur, program, dan terobosan untuk perbaikan penyelenggaraan pemerintahan jangka panjang.

Contoh, calon yang apabila menang menawarkan pembangunan bale banjar akan lebih dipilih daripada calon yang menawarkan pemerintahan bebas dari KKN. Wajar, karena bale banjar tampak nyata, sedangkan pemerintahan bebas dari KKN wujudnya abstrak. Padahal, itu perbaikan mendasar.

Anak muda, para pemilih pemula, idealnya ditularkan sudut pandang politik yang berbeda, oleh mereka yang lebih tua. Bahwa pilihan politik bukan sekadar apa yang saya dapat ketika memilih siapa. Namun, dengan sudut pandang untuk menjalankan kewajiban berpartisipasi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang lebih baik. Untuk perbaikan mendasar yang bermanfaat bagi orang banyak. Untuk perbaikan mental masyarakat menjadi masyarakat dengan mental mandiri, bukan mental peminta-minta.

Selanjutnya, sekolah dan kampus sebagai lembaga pendidikan baiknya mengambil peran untuk memberi perlawanan terhadap berita-berita buruk politik tadi. Kedua lembaga itu alangkah baiknya mendidik para pemilih pemula yang ada di sana untuk tidak sekadar melek huruf, tapi juga melek politik. Sehingga, anak didiknya menjadi paham bahwa politik itu sebenarnya bukan apa yang mereka lihat dan dengar di media mainstream sekarang. Sehingga, anak didiknya paham bahwa politik merupakan seni bernegara untuk mencapai tujuan negara.

Terakhir, diri mereka sendiri, para pemilih pemula. Kemauan untuk melek politik setidaknya ditumbuhkan. Menunjukkan diri bahwa cara memilih pemimpin bagi orang yang terdidik di bangku sekolah dan kampus adalah berbeda. Pemilih pemula, yang ada di sekolah dan kampus, menggunakan nalar kritis dalam menentukan pilihan politik.

Mereka memiliki prinsip bukan tentang “apa yang saya dapat” melainkan tentang “apa yang Bali dapat”. Lalu, membuktikan diri, kendati sebagai pemilih pemula, mereka bukan ada pada posisi kebo mebalih gong. Yang manut, setuju, tanpa pertimbangan nalar politik yang logis. Sehingga, tujuan akhirnya adalah Bali memiliki gubernur dan wakil gubernur yang memang ada untuk semua orang Bali. Yang menuntun Bali menjadi santhi dan jagadhita. (T)

Tags: mahasiswapemilih pemulaPilkadaPilkada Balisiswa
Previous Post

Sinema Bentara: Cerita Sastra dalam Film Kita

Next Post

Konsep

Made Surya Hermawan

Made Surya Hermawan

Lahir di Denpasar, 7 Oktober 1993, tinggal di Kuta, Bali. Lulusan Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja, 2015. Gemar mendengar cerita politik dan senang berorganisasi. Setleah menamatkan studi pascasarjana di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, ia mengabdikan ilmunya dengan jadi guru.

Next Post

Konsep

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co