10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dilarang “Onani” di Teater Kalangan

Kadek Desi NuranibyKadek Desi Nurani
February 2, 2018
inEsai
37
SHARES

 

PERTAMA saya benar-benar ingin mengucapkan selamat pada Teater Kalangan. Tidak saja sekadar ucapan Tahun Baru, Hari Ibu, Natal, atau keberhasilan pementasan yang telah terselenggara selama tahun 2017. Selama satu tahun kemarin saya pikir adalah perjuangan terhebat bagi Teater Kalangan untuk melakukan kerja agar rumah (kelompok) tidak saja jadi tempat nongkrong “sesama jenis”.

Akan tetapi, sekali lagi selamat karena telah menjadikan Kalangan sebagai tempat yang tidak eksklusif di dunia yang sudah serba kotak-kotak, bulat, kubus, balok, dan bentuk lainnya yang tak berpintu.

Ucapan selamat pada Teater Kalangan juga sekaligus adalah rasa terima kasih saya. Terima kasih sudah membuat saya berani mengakui bahwa selama ini saya terlalau asik “onani”. Saya pikir selama ini kurangnya refleksi pada diri saya dalam menyikapi banyak hal, termasuk lingkungan telah membuat diri cukup sesat memaknai hidup. Sampai kemudian saya tiba pada titik penuh ketidakberteriman dan segala macam pertanyaan lengkap dengan sesalnya.

Mungkin patut kita renungkan bersama juga, bahwa tanpa kita sadari segala bentuk ketidakberterimaan yang kita alami ini karena kita membuat jarak yang terlalu jauh, hingga kita menjadi orang-orang yang sangat individualis dan fanatik pada selera. Yang terjadi kemudian adalah kecenderungan memisahkan diri dari yang kita angap berbeda pilihan, selera, dan cara pandang. Walhasil, karena tidak suka kita tidak berteman, karena tidak sejalan kita mencemooh, menghujat, dan menghakimi. Padahal untuk berkenalan saja kita belum pernah mencobanya.

Itu yang saya temukan kemudian dalam diri dan baru mampu saya sadari tiga bulan sejak Teater Kalangan mengucapkan selamat datang ke rumahnya pada saya. Rumah itu dihuni berbagai macam orang dari berbagai kalangan. Tidak saja orang-orang seni, tetapi juga pekerja, siswa, mahasiswa, pedagang, aktivis, bahkan pengangguran sekalipun. Mereka duduk bersama, bicara dari satu topik ke topik lain, dengan sungguh-sungguh atau sekedar candaan.

Ucapan selamat datang adalah ruang pengasingan bagi saya sebagai pengunjung baru. Undangan pertemuan terus berjalan dan pengasingan terus saya rasakan tanpa penyelesaian. Setiap kalimat dalam percakapan dari setiap orang adalah jarak yang panjang untuk ditempuh, untuk mampu masuk dalam percakapan. Itu melelahkan, meresahkan, menyedihkan, dan menyakitkan. Tapi satu hal penting yang kemudian saya pelajari dari kejadian itu, bahwa belajar adalah membawa diri ke dalam kekosongan yang perlu diisi. Ada kerendahan diri dan hati yang perlu dibina. Yang saya tahu kemudian bahwa kedatangan saya bukanlah sebagai “aktris teater” yang diundang untuk mengisi acara bersama Teater Kalangan.

Kepulangan jadi tanda-tanda tanya, kedatangan jadi keyakinan

Perlu waktu cukup lama untuk menyadari ini. Saya atau kita semua selama ini mungkin terlalu mabuk pada segala pujian dan tepuk tangan dari rumah kita sendiri-sendiri. Ini tentu tidak hanya terjadi di kelompok teater, tetapi juga di kelompok-kelompok lainnya, seperti halnya kelompok seni, seperti musik, seni gambar, vocal, dan tari. Begitu pula dengan lingkungan akademik yang masing-masing punya penjurusannya.

Saya rasa ruang-ruang itu yang selama ini sering kita jadikan batasan pertemanan atau pergaulan untuk membangun diri. Oleh karena itu, tidak salah kemudian apabila saya sebut diri saya atau kita semua yang masih melakukan hal demikian sebagai kalangan yang suka “onani”. Apa bedanya kemudian kecenderungan sikap kita selama ini dengan onanai yang sesungguhnya? Kepuasan, kebenaran, kesalahan, kita kungkung jadi milik sendiri, nikmat-nikmat sendiri, tanpa refleksi, tanpa diskusi, atau mencoba melihat dari sudut pandang lain di luar kelompok.

Hal itu kemudian saya kira disadari benar oleh Teater Kalangan dalam membina kelompoknya. Menghilangkan batasan-batasan pergaulan, dengan memasuki dan mengenal berbagai skena dalam pergaulan atau kehidupan. Ini adalah kunci membangun kehidupan kelompok yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan kemudian jika dalam berbagai produksi Kalangan selalau muncul wajah-wajah baru yang ikut jadi bagian di atas panggung mereka.

Kehadiran Nindya misalnya, seorang Mahasiswa Kedokteran yang mencintai musik serta Putu Deoris Mahasiswa Desain yang gila baca di TBK. Kawan-kawan yang sama sekali tidak pernah terlibat dalam teater ini tiba-tiba saja ada di Teater Kalangan, terlibat sebagai pemain atau tim pementasan. Ini adalah hal yang aneh bagi saya, yang terbiasa selalu bersama-sama dengan yang sealiran selera dan pilihan.

Prihal “onani” itu, bagi Teater Kalangan tentu saja tidak berhenti pada persoalan pergaulan dan anggota kelompok. Berikutnya saya sadari juga perihal membina orang-orang yang masuk ke dalamnya untuk tidak onani pada nyamannya mereka sendiri-sendiri. Maksudnya, yang bisa desain ya tidak selalu tugasnya harus desain, tapi bisa juga ambil belajar ambil kerjaan lainnya.

Dalam hal kedudukan di sebuah kelompok biasanya selalau diisi dengan jabatan-jabatan tertentu bukan? Di Teater Kalangan juga ada. Tapi ada perbedaan yang membelajarkan saya kemudian ketika ada di tengah-tengah mereka. Bahwa tidak ada aturan yang membatasi kalau sutradara adalah orang yang memimpin tetek bengak kegiatan latihan. Misalkan ya seperti saat latihan pemanasan. Siapa saja boleh memimpin. Sekali lagi, ini untuk menghindari kecenderungan kebiasaan “onani” yang saya maksudkan.

Ada yang terbesit kemudian dalam diri saya, bahwa kebiasaan kita menyikapi kedudukan sangatlah kaku dan patriarki. Mirip seperti kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah pada umumnya. Saya seorang guru, fenomena yang terjadi di Teater Kalangan sangat dekat dengan apa yang terjadi di lingkungan saya ketika berposisi sebagai guru di sekolah. Saya ingin mengajukan pertanyaan. Apa yang akan anda lakukan bila diposisikan sebagai siswa dalam sebuah ruang kelas, kalau seorang guru datang dan mengatakan, “Baik, hari ini kita jadikan ruang kelas sebagai taman kota. Pilih saja taman dalam kota seperti yang kalian inginkan. Semua boleh memilih tempat dan gayanya sendiri untuk selama dua jam pelajaran. Lakukanlah hal selayaknya di taman kota.”

Tindakan seperti apa yang anda pilih? Saya yakin benar jawabannya sangat bervariasi dan nampak sepakat dengan tawaran yang diberikan bukan? Dalam hal ini, karena saya ajukan kepada pembaca, jawabannya dapat saya duga seperti apa.

“Wah asik! Itu baru guru luar biasa.”

“Bah, kalau aku seneng banget!”

“Kalau aku mau main bola aja.”

“Aku pacaranlah! Di taman kota kan banyak yang pacaran.”

Lalu bagaimana jika anda yang sedang membaca tulisan ini bukan hanya sebagai pembaca, tetapi benar-benar sebagai siswa di dalam kelas? Semua jawaban di atas tentu tidak akan terjadi. Yang paling memungkinkan adalah, adanya pertanyaan, “Apa men ya yang dilakukan?”. Sebuah hal yang membingungkan bukan? Realitanya, ketika siswa diajak belajar selayaknya pembelajaran, yang terjadi antara guru dan siswa di dalam kelas sering dianggap tidak menyenangkan, kaku, membosankan, dan berbuah hasil tidak mengesankan. Ketika diberikan tawaran berlaku semaunya pun membuat semuanya kebingungan.

Lagi-lagi hal itu saya temukan kemudian di Teater Kalagan. Dalam proses latihan yang saya ikuti di Teater Kalangan, kecenderungan sikap menggurui karena kedudukan itu tidak pernah saya rasakan. Setiap anggota memiliki porsi yang sama dalam berpendapat atau berlaku. Hal itu ternyata menyangkut harapan dari Teater Kalangan untuk mencoba menjadikan siapa saja dalam kelompoknya dapat berperan menjadi apa saja. Entah itu sutadara, musik, desain, atau yang lainnya.

Hal itu dirintis pembinaannya dari kegiatan berlatih, atau model latihan yang dipilih. Pernah mencoba permen nano-nano? Nah, kurang lebih sensasinya seperti itu. Satu benda dihisap, dua-tiga rasa terlampaui. Ketika latihan misalnya, saya bisa merasakan sedang melakukan berbagai kegiatan yang membahagiakan. Tidak beban. Tidak tertekan.

Kurang lebih begitu, kenapa dilarang “onani” di Teater Kalangan. Kalau benar sama seperti yang saya pikirkan, harapan Teater ini selain membesarkan dirinya juga sedang membangun harapan untuk membesarkan setiap orang yang datang berkunjung dan berproses bersamanya untuk menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih saat keluar dari pintu rumah mereka.

Ya, sekurang-kurangnya mungkin seperti yang saya rasakan, pikirkan, dan lakukan. Bahwasanya, sesekali kita butuh ruang pengasingan sebagai refleksi untuk tetap belajar merendahkan diri dan hati. Menyadari, bahwa dunia ini lebih indah dari sekedar “onani” kalau kita mau jalan-jalan ke luar pagar rumah sendiri. (T)

Tags: KreativitasTeaterTeater Kalangan
Previous Post

Jalan Pulang Bernama Puisi – Pengantar “Catatan Pulang”

Next Post

“Chat Vs Surat” – Tentang Kesulitan Siswa Belajar Menulis

Kadek Desi Nurani

Kadek Desi Nurani

Pemain teater, juga menulis puisi dan cerpen. Puisinya terkumpul dalam antologi "Hadiah untuk Langit". Alumni Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha, Singaraja. Kini tinggal di Denpasar

Next Post

“Chat Vs Surat” – Tentang Kesulitan Siswa Belajar Menulis

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co