2 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Sudut indah Karangbinangun

Sudut indah Karangbinangun

Karangbinangun: Surgaku yang Malang – Catatan Kampung Halaman

Jaswanto by Jaswanto
February 2, 2018
in Esai
44
SHARES

SELASA, tanggal 9 bulan satu tahun baru 2018, pukul 6 sore WITA kala itu. Bus Puspasari mulai bergerak perlahan meninggalkan Terminal Banyuasri. Terlihat beberapa orang menyingkir ketika klaksonnya mulai berbunyi. Gaduh. Riuh. Suasana pasar dan terminal yang mulai hidup. Sedang disana, di barat sana, matahari tampak sejengkal. Begitu pasrah menyerahkan hari kepada gelap malam. Kemudian meninggalkan semburat kenangan yang penyair sebuat sebagai: senja.

Di dalam bus, para penumpang mulai beradaptasi dengan suasana bus—termasuk kami. Ya, kami berlima. Saya, Wiwik Dwi Andriani, Indriani Lestari dan Quratul Aen. Kami berlima akan menempuh 13 jam perjalanan dari Singaraja menuju Tuban dan transit di Surabaya dulu.

Quratul Aen dan Indriani Lestari, dua mahasiswi yang sedang berusaha keluar dari zona nyamannya. Mereka berdua, akan mengikuti Latihan Kader II (LK II) di HMI Cabang Tuban. Dan saya, mengantarkan mereka sampai tempat pelatihan. Sekalian pulang kampung, pikir saya.

Hari Rabu, sekitar pukul setengah 8 pagi WIB, kami sampai di Tuban. Wiwik, langsung dijemput oleh pamannya, sedangkan saya, nunggu Salekun dan panitia untuk jemput Quratul Aen dan Indri. Lama kami bertiga menunggu. Atul (panggilan Quratul Aen) mabuk perjalanan. Kasihan saya melihatnya. Kurang lebih setengah jam menunggu, panitia LK II datang untuk menjemput mereka—Atul dan Indri. Setelah itu, saya pulang menuju kampung halaman bersama Salekun.

*

Dusun Karangbinangun masih diam meskipun beberapa jenis satwanya sudah membuka mata menyambut hari baru. Kambing-kambing mulai mengembik. Kokok ayam jantan bersahutan. Burung sikatan mencicit sesekali menyambar tanah, ekor hitamnya mengembang sempurna. Dari sarangnya di atas pohon mangga keluar seekor bajing mencari pasangan. Seekor codot buru-buru melintas hinggap tepat di daun pisang yang masing kuncup. Jangkrik, orong-orong dan walang kerik sudah lama bungkam. Jangkrik menelusup lubang-lubang di pematang atau di bawah tumpukan jerami kering. Orong-orong menggali tanah, sedangkan walang kerik hinggap di dedaunan hijau.

Pertanian di Karangbinangun

Lebah madu dengan penuh ketekunan menghimpun sari bunga. Dengungannya bak suara gong ditabuh. Datar dan halus. Suaranya mengisi kelengangan pagelaran alam. Alam yang begitu harmoni. Bau tanah. Segarnya embun yang telah menangkap datangnya pendar cahaya dari timur.

Pancaran cahaya matahari adalah sebuah kehidupan. Membangkitkan kuncup jagung. Bergeliat muncul dari dalam tanah. Sinar itu membangunkan Dusun Karangbinangun dengan menyibak kabut yang menyelimutinya. Beberapa lesung sudah terdengar. Alu memukul dengan penuh kasih dan harapan. Menutu padi, daun yang nanti akan dijadikan pembungkus makanan. Di sampingnya lelaki tua menjambret daun pisang kering untuk menggulung tembakau. Di balik tumpukan jerami di atas pematang, seseorang jongkok. Tangannya mengibas mengusir lalat yang merubung kepalanya. Dusun Karangbinangun sudah terjaga. Surga saya. Surga semua masyarakatnya.

Ya, di dusun kecil inilah saya dilahirkan. Suatu ketika, pada hari Jum’at Pon, tanggal 1 Januari 1997. Bayangkan, betapa riuhnya kala saya dilahirkan. Di belahan dunia lain kembang api meledak-ledak menyambut tahun baru. Ketika kembang api meledak, pada saat itulah saya dilahirkan.

Dalam sebuah rumah sederhana berdinding kayu berlantai tanah merah yang tak rata, Emak menjerit. Mbokwo Ngaeni, seorang dukun bayi termasyhur kala itu, membantu Emak melahirkan. Bapak dengan perasaan gusar berjalan mondar-mandir di depan pintu. Semua tegang. Pukul dua belas malam lebih sedikit bayi itu lahir, Mbokwo Ngaeni bersorak. Saya menjerit untuk pertama kalinya. Dusun Karangbinangun, bagian terkecil dari dunia, yang pertama saya lihat. Tanah yang telah mengajarkan saya tentang norma-norma, merajut satu persatu aksara dan bahasa. Emak dan bapak, dua mahluk imigran surga yang telah mengenalkan saya tentang dunia. Karangbinangun, surga bagi saya.

Sawah ladang mengelilingi dusun kecil itu. pohon-pohon bambu berjejer bak benteng yang tak dapat ditembus. Padi-padi yang masih ranum. Sebelah selatan, bukit-bukit menyambung seperti tak ada putusnya. Sebuah telaga berada tepat di tengah persawahan, dengan sebuah pohon yang menghiasinya. Sungguh, Karangbinangun, nama itu, seperti telah terajut dalam lubuk hati saya yang paling dalam. Nama tanah air saya yang kecil itu selalu memanggil kemana pun kaki melangkah.

Tapi sayang, akhir-akhir ini, surga saya yang ranum itu mendapatkan masalah. Sebuah masalah yang muncul karena egoisme kekuasaan dan kepuasan lahiriah. Sebuah sengketa, yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan rasa keikhlasan. Sengketa yang sebenarnya tidak perlu ada. Saya begitu perihatin dengan surga kecil yang ranum ini.

Bagi warga Dusun Karangbinangun, tak ada satu pun titik yang indah kecuali melihat padi menguning, jagung mengering, termasuk mentimun segar ketika ketiga (kemarau) sehat terawat. Hingga suatu hari, kericuhan itu terjadi. Sawah-sawah warga tiba-tiba sudah beralih tangan menjadi milik sebuah pabrik semen. Entah, bagaimana ceritanya, semua surat-surat tanah itu sudah berada di tangan pabrik semen. Surga kecil yang malang.

Demo warga pun tak bisa dihindarkan. Berhari-hari Abu melakukan aksi demo memimpin warga Desa Gaji – termasuk warga Dusun Karangbinangun di depan Gedung DPRD, Kantor Bupati sampai memblokade jalan menuju pabrik semen. Ya, kejadian ini memang jalas kaum sosialis yang menentang kaum kapitalis. Revolusi? Entahlah.

*

Itulah, tanah kelahiran saya. Sungguh tak sampai hati saya memandang pemuda-pemuda kuli itu. Kutatap mata mereka dalam-dalam, tapi aneh, aku tak melihat mereka karena yang kulihat adalah wajah bangsa ini, seperti dalam novel Andrea Hirata, wajah-wajah para wakil rakyat dan pemimpin negeri ini, wajah para koruptor yang tertawa-tawa di layar televisi. Ke manakah orang-orang itu? Pagi ini pasti mereka tengah mengibas-ngibaskan koran pagi sambil menyeruput teh hangat.

Sayang mereka tak berada di sini untuk melihat sebuah pertunjukan sirkus. Anak manusia memanjat gedung setinggi tiga puluh meter lebih. Gedung pabrik yang mereka sebut silo, di bawahnya menganga lautan batu bara bergelora seperti api neraka, dan arwah-arwah yang menjerit meminta keadilan Tuhan. Apakah saya salah kalau saya berkata, “Tuban, Ironi kemiskinan di tanah industri?”

Ah! Entahlah. Nanti saya dikira pemberontak. Saya hanya berharap, semoga surga kecil saya yang malang itu akan kembali asri seperti dulu. Tanpa ada egoisme kekuasaan, atau bahkan penindasan   yang   memuakkan. (T)

 

Tags: desaIndustriJawa Timurkampungpertanian
Jaswanto

Jaswanto

Kader HMI Cabang Singaraja, penulis novel Munajat Hati.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Kapal pesiar di tengah lautan {foto Alit Jouli]
Khas

Surat Kecil Pekerja Kapal Pesiar dari Tengah Laut: “Saya Baik. Terima Kasih, Company!”

Seperti yang diberitakan awak media virus covid alias virus corona telah menyebar ke seluruh dunia. Kabar terbaru, Italia pecahkan rekor ...

March 20, 2020
Ulasan

Sesederhana Mencinta – [Ulasan Buku “Nyujuh Langit Duur Bukit”]

Baca juga: Inilah 1.001 Alasan Kenapa Buku “Nyujuh Langit Duur Bukit” Penting Dimiliki dan Dibaca Membaca buku, membuka ...

February 1, 2020
Opini

Mimpi Kecil Pedagang di Antara Mimpi Megah Pasar Banyuasri

Pasar Banyuasri berdiri kokoh nan megah dan mewah. Mimpi hebat dirancang untuk menghidupkan denyut nadi pasar. Mimpi itu, di sisi ...

January 28, 2021
Ilustrasi: Angga
Esai

Cerita Dewa Siwa dan Anaknya: Sains tentang Terapung dan Tenggelam

  PADA satu malam purnama di pengujung musim panas, zaman dahulu, Dewa Siwa sedang bermeditasi di bawah pohon beringin. Tiba-tiba, ...

February 2, 2018
Pameran "Blackscape  Series Gus Sindu" di Yogyakarta
Ulasan

Blackscape Series; Momentum Sindu Memaknai “Hening“

“Saya menampilkan seri karya yang sekarang (Black Scape Series) dengan kesadaran penuh. Dalam membaca dan merespon tema pameran “Peacefull Seaker ...

November 13, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co | Vincent Chandra
Esai

Di Nusa Penida, Ada Gadis Menikah dengan Halilintar

by I Ketut Serawan
March 1, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1418) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In