10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jembrana, Pusat Dunia yang Tak Pernah Selesai

Nanoq da KansasbyNanoq da Kansas
February 2, 2018
inOpini

Anak-anak Jembrana main jegog. /Foto: Yogi Periawan

29
SHARES

KARENA bumi bulat-bundar, maka setiap benda di dunia ini adalah pusat. Saya dan anda, masing-masing adalah pusat dunia atau pusat bumi. Setiap sebutir pasir atau sebutir atom adalah pusat dunia. Dan anjing saya yang selalu tidur di depan pintu dapur adalah pusat dunia.

Dan Kabupaten Jembrana, yang jika dilihat dari konsep arah mata angin terletak di bagian barat pulau Bali, adalah sudah pasti juga merupakan pusat dunia.

Setiap pusat dunia, entah sebutir pasir atau seekor anjing yang suka tidur di depan pintu dapur, pasti punya riwayat. Maka riwayat Jembrana konon adalah seperti ini; bahwa dulunya merupakan kawasan hutan belantara di kawasan barat Bali di mana para memedi, jin, wong samar, banas, temongkang, pepengkah dan sejenisnya beranak-pinak.

Sementara tetangganya di kawasan timur dan selatan serta utara telah berkembang membentuk kawasan dengan masyarakat yang mapan sehingga mereka merasa perlu sekali membangun puri-puri, membuat raja, membuat suatu pemerintahan dengan seluruh perangkat lunak maupun perangkat kerasnya yang berujung pada sikap dan jalan hidup bernama feodalisme.

Di saat feodalisme tumbuh dan hidup dengan subur serta mapan di kawasan lain Bali inilah Jembrana membentuk sejarahnya sendiri. Seolah sengaja sebagai penolakan akan suatu kemapanan, alam Jembrana menghimpun embrio-embrio tercecer yang terbuang ke dalamnya.

Embrio-embrio tersebut terdiri dari: (1) Orang-orang pintar, kritis dan ngeyel yang berani menentang atau melawan sikap maupun kebijakan para raja yang dibuang (diasingkan) ke Jembrana. (2) Orang-orang yang sangat jahat, kriminalis akut, begundal masyarakat yang dibuang (diusir) ke Jembrana. (3) Orang-orang yang miskinnya tak ketulungan, yang membuang diri ke Jembrana untuk mencari penghidupan.

Jadi, Jembrana konon terbentuk dari embrio-embrio buangan!

Maka, Jembrana berkembang dengan masyarakat yang yatim piatu secara kebudayaan!

Itulah sebabnya kemudian, di Jembrana lahir sebuah kesenian gamelan bernama Jegog. Logikanya, sebagai masyarakat buangan yang tentu saja miskin dan tidak mampu membeli perunggu untuk membuat gamelan seperti yang ada di tanah leluhur dan saudara-saudara mereka di kawasan timur, maka naluri dan kepekaan seni masyarakat buangan di Jembrana terasah secara alamiah untuk berbuat dengan apa saja yang memungkinkan dan ada di sekitarnya.

Mula-mula mereka membuat gamelan jegog dengan bahan dari pohon tertentu (semisal kayu balang) yang diraut menjadi serupa dengan bilah-bilah gamelan perunggu yang dijejer di atas telawah seperti pada gamelan gong. Tetapi ini tentu saja kurang efektif dan kurang efisien. Maka kayu diganti dengan bambu. Dan agar suara yang timbul bisa beresonansi mirip suara gamelan dari perunggu, maka dipilihlah batang-batang bambu raksasa.

Satu hal yang paling unik dari gamelan jegog ini adalah; diabaikannya “nada-nada feodal” yang telah mapan pada gamelan perunggu, baik gong, gender, maupun angklung, yaitu slendro maupun pelog. Jegog terlahir benar-benar sebagai sesuatu yang baru, orisinal, dengan notasi yang mimpas (keluar jalur) dari slendero maupun pelog. Nada pada gamelan jegog adalah nada yang tercipta dari suara alam, entah itu alam nyata atau alam tak nyata, entah itu berasal dari dunia memedi, dunia banas atau dunia antah-berantah lainnya.

Maka tidaklah mengherankan bila kemudian masyarakat Bali pernah tidak bisa menerima jegog sebagai salah satu dari kesenian tradisional Bali. “Orang Bali” merasa sangat asing dan bingung dengan suara (nada) jegog. “Orang Bali” merasa asing dan aneh melihat teknis dan pola menabuh gamelan jegog. “Orang Bali” merasa asing dan bingung kenapa mesti ada jegog mebarung – yakni lomba keras-kerasan suara gamelan dan kuat-kuatan menabuh.

Secara politik dalam sejarah modern, Jembrana itu telah membuktikan dirinya sebagai yang paling hebat di Bali. Gubernur pertama Bali adalah orang Jembrana. Bahkan bukan orang biasa yang konvensional, tetapi seseorang yang kontroversial. Dia seorang keturunan raja, memimpin Bali dalam sistem pemerintahan demokrasi yang pertama, tetapi pula dianggap sebagai seorang komunis dan akhirnya mengasingkan diri ke luar negeri.

Entah kapan dan di mana wafatnya (masyarakat tidak tahu), tetapi ketika Puri Negara menyelenggarakan upacara pengabenannya tahun 2007 yang lalu, upacara tersebut dihadiri oleh raja-raja di Bali, dihadiri tokoh-tokoh nasional. Sebuah upacara yang unik, karena tanpa adanya jasad dan diselenggarakan untuk seseorang yang pada sisa hidupnya dicap sebagai seorang komunis yang dalam pengertian Indonesia adalah tidak percaya agama dan Tuhan.

Di era reformasi pasca rezin Orde Baru, Jembrana juga dipimpin oleh seorang bupati yang tak kalah kontroversialnya. Seorang bupati yang bahkan berani “merusak” tatanan pemerintahan konvensional yang berlaku di Indonesia selama ini. Inilah satu-satunya bupati di Indonesia yang berani menggagas sekaligus menyelenggarakan pendidikan gratis bagi seluruh siswa dari tingkat SD sampai SMA dan akhirnya mengilhami program yang sama untuk skala nasional. Inilah satu-satunya bupati di Indonesia yang tanpa ragu-ragu berani merombak benang kusut penyakit birokrasi di Indonesia.

Dengan kompleksitas prosesi alamiah, baik dari sisi manusia, lingkungan, sosial, politik hingga spiritualitas yang sedemikian rupa, maka jadilah Jembrana sebagai salah satu pusat kebudayaan dunia. Bahwa misalnya, ternyata masyarakat Jembrana telah membentuk perilaku (baca: kebiasaan) dan bahasa tersendiri. Bahasa orang Jembrana paling berbeda di Bali. Di Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem hingga Buleleng, barangkali hanya dialek yang berbeda secara umum, tetapi di Jembrana mulai dari dialek hingga suku kata berbeda dengan Bali belahan lainnya.

Bahasa orang Jembrana itu “kaku”. Dan suku kata orang Jembrana tidak mengenal akhiran berkonsonan. Orang Jembrana mengucapkan kata “tabrakan” menjadi “tabraka”. “Orang Bali” mengatakan “ngalihin” (mencari), orang Jembrana mengatakannya “ngalihe”. “Semengan” menjadi “semenga”, “kundangan” menjadi “kundanga”, “mejalan” menjadi “mejala”, “kokohan” (batuk) menjadi “kokoa”, “jagurin” menjadi “jagure”, “mejaguran” (berantem) menjadi “mejagura”, “nyidaang” menjadi “nyidaa”, dan seterusnya.

Demikianlah Jembrana lahir dan mengada di bagian barat Bali. Jika kemudian Bali diistilahkan sebagai pulau surga (saya tak pernah mengerti dengan istilah ini karena jika Bali itu Surga tentu tidak ada orang miskin, tidak ada pengemis, tidak ada kejahatan, tidak ada penindasan, tidak ada ketidakadilan, tidak ada orang bokek, tidak ada korupsi, tidak ada partai politik, tidak ada perebutan kekuasaan sampai berdarah-darah), maka Jembrana adalah “tetangga” dari surga dan neraka.

Jembrana tidak selesai terbentuk, baik menuju bentuk surga maupun bentuk neraka. Dengan kata lain, Jembrana adalah kawasan yang dinamis, tidak stagnan, tidak ajeg! Jembrana adalah sesuatu yang harmoni dengan segala kehidupan yang serba mungkin di dalamnya! (T)

Tags: BahasabaliBudayajembrana
Previous Post

Mempelajari Implementasi Sastra Dunia di dalam Pengetahuan Bahasa dan Sastra

Next Post

Jomblo Jangan Resah, Perayu Ulung pun Bisa Tak Laku-laku

Nanoq da Kansas

Nanoq da Kansas

Dramawan, penulis puisi dan cerpen. Pendiri Komunitas Kertas Budaya di Jembrana. Kini nyambi jadi tukang cuci piring di Romprok Kopi, Negara, Bali

Next Post
Jomblo Jangan Resah, Perayu Ulung pun Bisa Tak Laku-laku

Jomblo Jangan Resah, Perayu Ulung pun Bisa Tak Laku-laku

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co