10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mati yang Menakjubkan

Aksan Taqwin EmbebyAksan Taqwin Embe
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi: Komang Astiari

8
SHARES

Cerpen: Aksan Taqwin Embe

Setiapkali ia merapal nama ibunya, airmatanya mengalir deras berkelok melintasi kerutan di bawah kelopak mata sampai di penghujung dagunya. Menetes sangat cepat. Pundaknya naik turun dengan degup jantung sesenggukan yang semakin tak beraturan. Sementara jarinya masih mengapit putung rokok yang hampir tuntas dihabiskan. Sesekali ia hisap rokok itu kemudian ia hempaskan ke semesta. Ia putar-putar putung rokok ke bungkus rokok yang terbuka sambil menghempaskan asap terakhir. Rokok telah habis, sementara keresahan belum usai.

Ia memandang dari kejauhan riuh jalanan yang basah usai hujan. Rumahnya yang terletak di bawah jembatan bilangan Jakarta Utara menebarkan bau sampah, dan botol bekas mineral ataubir. Matanya masih sayu. Bibirnya masih sesenggukan kemudian mencipta ketenangan redam dada diri sendiri. Kopi di atas meja mungil yang terletak di sudut teras rumah mulai dingin. Semut-semut membentuk barisan sangat panjang.Semut-semut itu keluar pelan-pelan dari lubang atap depan pojok dinding paling tepimenuju pisang goreng yang juga mulaiperlahan dingin.

Ia mengetuk-ketuk pisang goreng di atas piring kemudian memindahkan ke piring lain. Ia memaki-maki semut-semut yang tak beretika. Mengutuki dengan sumpah serapah. Kekesalannya terhadap semut sudah memuncak di atas ubun. Berkali-kali ia tidak jadi makan gara-gara semut yang lebih dulu mengerubungi makanannya. Janganpun makanan, air mineral saja semut tega menjarah. Pernah sekali waktu ia menggarisi tepian kursi sampai kaki meja dengan kapur ajaib yang dibeli dari warung kelontong, tapi hasilnya tetap tidak memuaskan.

Semut-semut lebih cerdas ketimbang dirinya. Semut-semut melintasi celah yang tidak tersentuh garis kapur tersebut. Sekali waktu ia ingin membeli obat cair pembasmi serangga, tapi ia harus berpikir dua kali. Sebab, buat makan saja harus berhemat apalagi harus membeli obat serangga, apalagi hasilnya pasti sia-sia.

Konon, jika kau membunuh satu semut, maka akan datanglah berkali-kali lipat semut lain kepadamu. Kau akan dibuat takluk kepada semut. Sehingga kau lebih baik makan mengibas-ngibas usir serangga terlebih dahulu, ketimbang kelaparan karena kegelisahan yang meradang.

“Panggil saja Tini. Namaku terlalu kampung, Mbak,” ucapnya.

Ibu dan bapaknya bersusah payah merayakan syukuran potong kambing untuk pelekatan namanya. Namun ia tak begitu bangga dengan namanya. Bapaknya sangat bahagia. Bercerita bahwa anaknya yang diidam-idamkan; yang diberi nama Wartini telah lahir dalam keadaan sehat berpipi rona.

Tini sedang berkunjung ke rumah Ningsih; tetangganya yang selama ini sangat berbaik hati. Mereka sering saling berbagi ketika mendapatkan rejeki berlebih. Mereka adalah perempuan yang lahir dari kota yang sama, namun beda kampung. Tini lahir di kampung Brondong, sementara Ningsih lahir di kampung Laren yang sama masuk dalam kabupaten Lamongan. Mereka terpaksa memiliki niat yang sama; berhijrah memperbaiki nasib di Jakarta.

“Suamimu kemana, Tin,”

Ningsih menatap lekat mata Tini yang masih basah. Pipinya bersinar seperti ada kilau air yang mengambang. Tini masih diam sambil menghempaskan napas berkali-kali.

“Tak perlu kau menyesali diri sendiribegitu, Tin. Beginilah hidup di Jakarta.” sambungnya.

Semenjak kematian bapak dan ibunya, kemudian pembagian warisan yang dibagi rata dengan empat saudaranya sesuai dengan ajaran agama, Tini sudah tidak memiliki tempat berpijak. Saudaranya mementingkan dunia dan kebahagiaanya masing-masing. Akhirnya ia mengajak suaminya untuk memperbaiki nasib seperti tetangga-tetangganya yang sukses di kota yang dianggap ladang kebahagiaan.

Tini membayangkan ketika sepulangan dari Jakarta ia bisa memiliki segalanya seperti karibnya, tetangganya, dan atau orang-orang tetangga kampung sebelah yang sukses di kota. Mereka pulang membawa keluarga dengan wajah yang bahagia. Ada yang bangga dan bercerita perihal kepulangannya naik pesawat, kereta, bahkan sampai ada yang membawa mobil mewah. Itu karena hasil upaya mereka menjual pecel lele atau soto lamongan di kota yang bergelimpangan uang di kepalanya.

“Seperti biasa, Mbak. Ia berada di pelabuhan. Membantu angkut barang-barang dari kapal,” ucap Tini.

“Seharusnya kau bahagia, Tin. Tidak seperti saya dan suami yang hanya mengumpulkan sampah-sampah,” ucap Ningsih.

Tini diam. Sudah tiga lebaran ia tidak pulang. Sementara Ningsih yang hanya mengumpulkan botol-botol, plastik, dan kardus bekas bisa rutin menegok kampung halaman.

***

“Mas, aku ingin pulang” ucap Tini.

Karmin menganggukan kepala. Sebelum Karmin berangkat ke pelabuhan ia berpesan agar menjaga diri dan rumah baik-baik.

Keduanya menyempatkan bercinta terlebih dahulu. Menghabiskan petang hingga larut malam. Pada tengah malamlah Karmin akan berangkat menuju pelabuhan. Naik motor honda astrea hitam keluaran tahun 90an. Karmin bisa berhari-hari bahkan seminggu tidak pulang karena menunggu kapal yang datang.

“Sabarlah sejenak. Aku yakin setelah beberapa kapal ini datang. Kita akan pulang. Bahkan aku pun sudah berjanji ingin membelikanmu emas berkadar 24 karat,” ucap Karmin.

“Setidaknya 10 gram cukup dan akan nampak cantik jika kalung itu melingkar di lehermu.” sambungnya.

Bunga-bunga tercium semerbak di wajah Tini. Bunga-bunga yang bermekaran di matanya, pipinya, dan juga bibirnya. Janji seorang suami adalah keyakinan dan kebahagiaan yang pasti terpenuhi. Di dalam diri Tini, merasakan ketenangan dan kedamaian. Ia sudah tidak sabar bisa bertemu dengan saudara-saudaranya, nyekar ke makam ibu dan bapaknya. Tini dan Karmin masih melanjutkan bercinta.

***

Hujan turun deras di pelabuhan Tanjung Priok. Sudah dua malam Karmin tidak pulang. Ia menunggu salah satu kapal; bos biasa ia bantudatang dari Tiongkok.

Pagi itu, hujan masih deras membasahi jalanan pintu gerbang pelabuhan yang sedikit berlubang. Rokoknya sisa sebatang, sementara ia pulang harus membawa uang. Ia membayangkan bahwa sepulangannya, ia akan membeli dua bungkus nasi padang dengan sayur daun singkong dan ikan bakar kesukaan istrinya.

Kapal itu datang perlahan, secara diam-diam. Karmin bergegas mematikan rokoknya. Ia hafal benar kapal yang ia tunggu bermalam- malam sampai rela tak pulang demi uang. Kapal itunampak dari kejauhan. Semakin dekat, semakin nampak jelas. Perahu itu perlahan bersandar. Mencari tepian dermaga yang lebih aman. Ia mengambil papan yang berserakan di atas pelabuhan. Perlahan memasang papan panjang yang biasa ia pasang di tepian dermaga kemudian dihubungkan dengan gladak kapal sebagai jembatan.

Ia menemui Lie—lelaki yang kerapdipanggil bos besar. Ia naik kapal secara hati-hati, melintasi papan panjang yang menghubungkan tepian dermaga dengan bibir kapal. Sebab setelah hujan, papan panjang yang dipasang untuk jalan menuju kapal sangat basah dan licin.

“Bawa ini. Angkatlah. Hati-hati jangan sampai terjatuh.” ucap Lie.

Karmin dan karyawan lain mengangkat secara hati-hati sesuai instruksi. Ia belum berani tanya kepada Lie apa yang dibawa hari ini. Kalau sebelum-sebelumnya, Lie membawa arak, wine, bir, dan juga ganja yang disebarluaskan ke bar-bar di bilangan Jakarta Utara sampai ke kota-kota besar lainnya.

Kotak panjang—peti kemas yang sedikit berlubang, diangkat Karmin dan beberapa karyawan Lie; kotak yang ke sembilan. Berkali-kali Karmin menahan rasa penasarannya dengan napas yang tersegal-sengal. Mereka masukan secara hati-hati ke dalam kotak kargo yang sudah menunggu lebih dulu ketimbang Karmin. Karmin meletuskan rasa penasarannya. Ia memandang kawan baru—karyawannya Lie itu dengan rasa sopan.

“Apa yang ada di dalam peti ini?” ucap Karmin.

Beruntungnya seluruh karyawan Lie adalah orang Indonesia. Sehingga bisa diajak bercakap dan mengalirkan suasana yang nyaman. Orang-orang itu hanya tersenyum. Ia tidak menjawab.

“Apakah ini wine atau bir? Biasanya peti kemasnya tak begitu panjang. Diangkat pun tak begitu berat, bukan?” sambungnya.

“Sudahlah, Mas. Tugasmu hanya mengangkut ke kotak kargosaja. Tak usah banyak tanya,” ucap Parlan.

Langit Jakarta masih muram. Hujan sudah diusaikan. Karmin membayangkan setelah ini pulang membawa uang dan nasi padang untuk istrinya yang sudah bermalam-malam menunggu. Wajah Karmin sudah tak nampak gelisah lagi. Sebab pekerjaan ini akan segera selesai.

“Sabar, sayang. Aku segera pulang. Kita bisa menabung untuk pulang kampung” batinnya.

Karmin mengangkat kotak itu bersama Parlan. Rupanya ia adalah sama orang Lamongan. Percakapan mereka samakin hangat dan mengalir. Sesekali Karmin ingin mengintip dari kotak yang berlubang itu, seketika itu rasa gemetar dan ketakutannya meledak-ledak. Lagi pula, tak akan nampak apa yang ada di dalam kotak itu. sebab ketika mengintip akan terlihat gulita.

“Jangan sekali-kali tanya apa yang dibawa Bos Lie, Mas. Kecuali ia bercerita sendiri. Apalagi kau tanya apa yang ada di dalam kotak ini. Aku pun tidak tahu. Tiba-tiba kotak-kotak itu sudah ada yang mengangkut dari kapal ke kapal ketika di dermaga Tiongkok.” ucap Parlan.

Ini adalah kotak yang kesepuluh. Mereka angkat secara pelan-pelan ke sisi kotak-kotak yang lainnya. Karmin menggeser secara hati-hati. Sesuai instruksi Lie bahwa kotak-kotak itu agar dibiarkan berjejer memanjang, jangan ditumpuk. Dalam batin Karmin kenapa kotak ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Cara meletakan dan menatapun berbeda. Ia masih mengambil napas. Napasnya tersengal-sengal, sementara Parlan sudah keluar dari ruang kotak kargoitu.

Karmin kembali menggeser dan menata kotak-kotak itu secara perlahan. Tiba-tiba ia mendengar suara perempuan yang merintih. Ia teringat istrinya yang sudah ditinggal dua malam. Ia teringat istrinya ketika menahan rasa nyeri atau merengek meminta sesuatu. Ia teringat istrinya ketika ingin pulang kampung dan menziarahi makam orangtuanya.

Sebisa mungkin ia lipat rapat-rapat suara itu. Ia urung dan segera menyelesaikan pekerjaan dengan menggeser-geser kotak itu. Ketika ia menggeser ujung kotak yang sedikit berlubang, tangannya tersentuh jari lentik dan halus keluar dari lubang. Jari itu bergerak-gerak sambil mengalun suara rintih-rintih kesakitan. Suara itu semakin lama semakin keras. Suara itu tiba-tiba menjadi banyak.

Karmin ketakutan langsung keluar kemudian menutup pintu kargo secara rapat. Ia masih mendengar suara perempuan yang semakin banyak dengan nada yang sama. Bergegas ia pulang setelah menerima upah dari Lie. Bahkan ketika membeli nasi padang pun ia masih terngiang-ngiang suara perempuan dan jari yang keluar secara perlahan.

***

“Mas, kita jadi pulang, kan?” ucap Tini.

Karmin masih diam dan melanjutkan kunyahannya. Sehingga Tini harus mengucapkan kembali kalimat yang sama.

“Iya, sayang. Tapi uang tabungan ini belum cukup. Tunggulah sebentar, duakali kapal datang; saya bekerja, kita segera pulang” ucap Karmin.

Tini mengeluh dan bercerita bahwa ia sudah tidak sabar segera pulang. Tini sudah tidak sabar bisa memandang lekat saudaranya. Mengirimkan doa-doa ke semesta di depan makam bapak dan ibunya. Ia merintih sambil memegang tangan Karmin. Rintihan itu terdengar jelas. Satu kali, dua kali, tiga kali. Mata Karmin mendadak mendelik. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya tersengal-sengal. Ia terjatuh kemudian tangan dan kakinya mengeras sambil kejang. Semut-semut berbaris panjang datang mendekat. Semakin dekat, semakin lekat. (T)

Gija’, 08 November 2017

Tags: Cerpen
Previous Post

Mari Menonton Film Lama: Radit & Jani, Cinta atau Gila?

Next Post

Politisasi Kalender Bali, Unik dan Absurd…

Aksan Taqwin Embe

Aksan Taqwin Embe

Masuk 16 penulis terpilih dalam perhelatan internasional Ubud Writers and Readers Festival 2017. Buku kumpulan cerpennya Gadis Pingitan, diterbitkan oleh BieM 2013, dan kumpulan cerpen Racik Kopi belum diterbitkan.

Next Post

Politisasi Kalender Bali, Unik dan Absurd…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co