1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Koruptor itu Sampah, Buanglah pada Tempatnya…

Made GunawanbyMade Gunawan
February 2, 2018
inOpini

Ilustrasi diolah dari karya Dek Omo

26
SHARES

 

DALAM negara demokrasi modern, kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Rakyat menjadi subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Oleh karena itu sewajarnya rakyat tak usah mengeluh karena buruknya administrasi pemerintahan, karena buruknya administrasi pemerintah mencerminkan keburukan karakter dari pada warga negara.

Keburukan karakter itu tercermin dari ketidakjujuran warga masyarakat dalam melaporkan pajak, menaati hukum, dan ketidakbecusan memilih wakil sebagai pengawas dan pemimpin sebagai pelaksana jalannya pemerintahan. Masyarakat yang tidak jujur sewajarnya melahirkan administrasi pemerintahan yang korup. Sebaliknya masyarakat yang baik pasti memiliki pelakasana pemerintahan yang baik pula.

Seperti sebuah perandaian, orang yang tinggal di lingkungan tempat penampungan sampah, tidak akan terganggu oleh bau sampah, karena hal itu sudah menjadi hal yang mereka alami sehari-hari. Namun bagi orang yang baru datang ke tempat itu, dipastikan ia akan segera menuntup hidungnya karena bau sampah yang tak sedap.

Pada zaman China, India, atau Majapahit kuno, mereka memiliki akademi calon pemimpin. Sebelum mereka mengambil tanggung jawab kemasyarakatan, ia harus lulus dan mendapat pendidikan dalam akademi ini. Calon-calon pemimpin yang pada umumnya pangeran dan para bangsawan maupun masyarakat biasa yang dipandang berbakat, dilatih ilmu politik, ekonomi, meliter, etika dan moralitas.

Dalam zaman Indonesia modern, cara ini diadopsi menjadi pendidikan modern, seperti IPDN, taruna nusantara atau sejenisnya, untuk dicetak menjadi pemimpin masyarakat. Pada awalnya sekolah-sekolah ini berjalan baik, dan cukup dihormati. Namun belakangan tampaknya lembaga ini mulai mendapat “pertanyaan-pertanyaan”.

Di Bali para pemimpin adat yang lahir dari rahim banjar tergolong mumpuni, dimana karakter dan mental seorang calon pemimpin itu diuji dan digodok dalam dinamika masyarakat adat melalui pesamuan, rapat, dan segala kegiatan yang berhubungan dengan tradisi adat. Dalam forum banjar akan terlihat mana seorang yang memiliki kecakapan dan kemampuan sebagai pemimpin dan mana yang tidak memenuhi standar.

Yang menjadi acuan pokok dari proses seleksi itu adalah skill yang benar-benar menjadi kebutuhan banjar tersebut, bukan kekayaan ataupun gelar akademik. Segala tindak tanduk pemimpin banjar di awasi langsung oleh warga banjar tersebut. Sedikit saja ada penyelewengan, hal itu akan langsung menjadi obrolan warga banjar. Dalam forum ini korupsi berarti kematian. sanksi yang didapat meskipun bukan sangsi fisik, namun sungguh lebih berat berupa sanksi moral.

Namun sungguh malang, dalam masyarakat demokrasi dewasa ini, pemimpin tidak lahir dari proses pendidikan sebagai calon pemimpin yang memadai. Akibatnya kualitas mereka sungguh jauh dari nilai ideal, bahkan sudah sangat merosot sekali.

Korupsi sebagai penyakit masyarakat modern, bersifat efidemic, dan mengglobal. Penanganannya tidak bisa bersifat parsial. Jika ditelisik korupsi memiliki dua aspek yakni moral dan material. Moral menyangkut agama dan etika. Sedangkan material berhubungan dengan sistem tatanan kemasyarakatan.

Dalam masyarakat yang penuh dengan hal-hal melanggar moral seperti pelacuran, perjudian, narkoba, obat terlarang, atau terbukanya tempat minum minuman keras, dipastikan sifat korupsi ada didalamnya. Perjudian, minuman keras, obat terlarang, dan pelacuran adalah akar dari munculnya segala perbuatan jahat dan kriminalitas lainya.

Secara moral dan agama sikap korupsi berarti sebuah kebodohan, karena sudah begitu gamblang dalam banyak kitab suci dikatakan bahwa perbuatan korupsi akan membawa seseorang jatuh dalam siksa neraka. Secara kasat mata pun korupsi, yang berawal dari hasrat membahagiakan anak istri, atau sekedar mendapatkan pengakuan dan prestise duniawi, harus dibayar mahal dengan hancurnya “masa depan” sang jiwa.Ditegaskan jiwa seorang koruptor akan mendapat siksaan yang tak terperi di akhirat nanti.

Nasehat bijak kehidupan menjelaskan bahwa dalam hidup ini, untuk membahagiakan anak istri, keluarga, atau mencari penghidupan, jangan sampai kita membahayakan “kehidupan” kita sendiri.

Kisah Rsi Walmiki

Ada sebuah cerita yang indah mengenai hal ini; Diceritakan bahwa penulis kitab Ramayana Rsi Walmiki dulunya bernama Ratnakara. Dalam menghidupi anak istrinya ia bekerja sebagai seorang begal dan perampok. Siang malam ia tak kenal lalah dan takut bekerja keluar masuk hutan, demi agar bisa membawa sesuatupulang, yang diharapkan dapat membahagiakan anak istrinya.

Suatu hari, setelah beberapa hari berada di hutan, dan tanpa hasil, ia bertemu dengan seorang brahmana. Karena hasrat untuk memberi sesuatu kepada keluarganya besar, ditambah kelelahan tanpa hasil, ia memutuskan merampok dan membegal brahmana itu.

Setelah berada di hadapan brahman itu, diluar dugaan brahmana itu tak terkejut sama sekali dengan ancaman dan rupa ratnakara yang menyeramkan, sebaliknya brahmana itu berkata lembut kepadanya: ” wahai ratanakara, engkau melakukan kerja tercela ini untuk anak istrimu, coba kau tanya mereka apakah mereka akan mau menemanimu dipenjara jika engkau ditangkap aparat kerajaan?

Apakah mereka mau ikut denganmu ke neraka, jika engkau mati nanti? Pergilah kepada anak istrimu, dan tanyakan hal ini pada mereka”

Ratnakara termenung mendengar hal ini, hatinya terasa tertampar. Bergegas ia pulang dan meninggalkan brahmana itu. Sesampainya di rumah, ditanyakanya hal itu pada anak istrinya. Jawaban istrinya di luar dugaannya. “Enak aja aku kau suruh ikut dipenjara atau ke neraka bersamamu, mencari nafkah itu kan urusanmu, jangan bawa-bawa aku. Aku tak mau tahu kau mendapatkan uang dengan cara apa, itu urusanmu.”

Hati Ratnakara hancur. Ia telah berkorban bekerja siang dan malam untuk mereka. Namun apa lacur, cintanya tak berbalas sesuai apa yang ia bayangankan. Ia berjalan gontai dan kembali menemui brahmana itu.

Diceritakan jawaban anak istrinya. Ia merasa putus asa. Lalu kepada brahmana, yang tiada lain adalah Rsi Narada, ia memohon petunjuk dan berguru. Rsi Narada menganjurkan Ratnakara meninggalkan pekerjaan sebagai perampok dan mulai menekuni keinsafan diri. Lalu Ratnakara rajin berlatih yoga dan bertapa hingga tubuhnya diserubungi semut.

Mulai saat itulah ia dikenal sebagai Rsi Walmiki, dan mendapat visi ilahi mengenai cerita Ramayana. Walmiki sendiri berarti semut.

Semoga cerita ini terngiang di telinga para koruptor atau calon koruptor yang hendak menyalurkan hasrat mereka untuk korupsi, dan berpikir beribu kali untuk melakukanya.

Kisah Bung Hatta

Lantas korupsi dilihat dari aspek material, tak lepas dari berkembangnya sistem ekonomi libral kapitalis, yang melahirkan sikap hedonisme dan konsumerisme. Bung Hatta mengatakan bahwa korupsi bermula dari sikap hidup mewah para istri pejabat. Awalnya nyonya-nyonya pengusaha swasta mengajak ibu-ibu pejabat untuk ikut pesta-pesta dansa. Dilihatnya para nyonya swasta hidup penuh kemewahan, lantas mereka menyuruh suami-suami mereka untuk mengumpulkan kekayaan, walau itu lewat cara korupsi.

Bung Hatta sendiri adalah tokoh bangsa yang menjadi ikon hidup pejabat yang sederhana. Ia dikenal tak berhidup mewah dan menolak sikap korupsi. Dalam sebuah cerita ia membeli rumah dari hasil menulis buku, yang ia tabung sekian lama.

Ada juga cerita lain bagaimana Bung Hatta sangat ingin memiliki sebuah sepatu idamannya. Namun sayang sampai akhir hayatnya uangnya tak penah cukup, dan sepatu idamanya tak pernah terbeli. Hanya sebuah potongan Koran bergambar sepatu idamannya tersimpan diantara buku-bukunya. Bung Hatta memegang pedoman hidup “simple life high thinking”, hidup sederhana namun berpikir mulia.

Itu Dulu, Kini Beda

Tapi itu dulu. Zaman telah berubah dan tak mungkin kita menyuruh pegawai negara sekarang mengikuti langkah Bung Hatta itu. Tak diragukan apa yang dilakukan dan bagaimana teguhnya Bung Hatta memegang prinsip, tak akan mungkin bisa dilakukan orang, baik sekarang maupun dimasa depan. Atau setidaknya perbuatanya sulit untuk dilampaui. Ia telah berhasil meletakkan standar moral yang begitu tinggi.

Di tengah budaya hedonis dan kunsumtif kapitalis, dipastikan kecendrungan melakukan perbuatan korupsi sangat besar. Mengharapkan korupsi ditengah budaya hedonis dan konsumtif kapitalis adalah ibarat pekerjaan menangkap angin.

Politik liberal telah melahirkan pemimpin-pemimpin yang lihai menggunakan uang negara untuk menyuap pemilih-pemilihnya. Pajak-pajak yang semestinya dikumpulkan untuk kemakmuran rakyat, malah digunakan untuk membiayai kenyamanan hidup administrator negara, melalui gaji tinggi dan tunjangan-tunjangan lainya. Ini sungguh sangat mengerikan..

Hanya ada dua pilihan, mengurangi sikap hedonis dan budaya konsumtif, dan membawa kembali masyarakat seperti era sebelum ekonomi liberal kapitalis, atau menggunakan cara menangkal kecendrungan korupsi akibat sebab material. Artinya pejabat dan penyelenggara negara digaji layaknya professional, digaji besar, ditarget, dan diawasi kerjanya. Ruang geraknya dibatasi.

Jika tidak memenuhi harapan dapat diturunkan kapanpun. Prosudur penurunan dan pengangkatanya dipermudah. Tentunya semua dari kita tak ingin memilih option pertama, disamping hasilnya belum tentu lebih baik, juga tak mungkin gerak sejarah dibawa mundur.

Kini yang terpenting, hal yang di depan mata, yakni pilkada serentak. Masyarakat harus dididik untuk memilih pemimpin yang bersih, dan memiliki komitmen pemberantasan korupsi. Orang-orang yang bersih didorong untuk terlibat aktif dalam politik. Selanjutnya reformasi sistem kepartaian, yang mana sekarang dirasa sangat tertutup dan dominan. Desentralisasi partai yang memungkinkan munculnya tokoh lokal yang bersih.

Terakhir, menyitir kata Bung Hatta, kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun tidak jujur sulit diperbaiki. Janganlah pilih pemimpin yang sudah jelas-jelas menjadi terdakwa kasus korupsi, karena itu sungguh-sungguh kedunguan yang akut.

Ketimbang dipilih, baiknya koruptor itu dibuang pada tempatnya, karena ia adalah sampah… ! (T)

Tags: Hari Anti KorupsiKorupsiSampah
Previous Post

Rai Sri Artini# Puisi-puisi: Rendezvous Biru, Di Sebuah Kapela

Next Post

Sekar Sumawur: Dialog Kosong tentang Jalan Seribu Tanda Tanya

Made Gunawan

Made Gunawan

Orang Negaroa, Jembrana Bali, aktivis jurnalisme warga yang menulis di berbagai media. Bisa ditemui di akun facebook bernama Gunawan Golokadas

Next Post

Sekar Sumawur: Dialog Kosong tentang Jalan Seribu Tanda Tanya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co