31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tradisi “Ngedeblag” di Kemenuh: Menakut-nakuti dan Berteman dengan Ketakutan

Ida Ayu Putri AdityarinibyIda Ayu Putri Adityarini
February 2, 2018
inFeature

Tradisi Ngedeblag di Kemenuh, Gianyar. /Foto-foto: Moe Umezawa

20
SHARES

 

INI berarti sejak dua puluh lima tahun yang lalu saya sudah hidup bersama Tradisi Ngedeblag di desa saya, Kemenuh, Gianyar, Bali. Mungkin juga lebih karena ketika saya berada di dalam kandungan ibu saya, saya juga mungkin sempat diajak mengikuti tradisi ini.

Beberapa menit sebelum saya menulis catatan ini, saya mencoba mencari informasi di internet tentang Tradisi Ngedeblag. Dari sana saya tahu bahwa sudah banyak tulisan mengenai makna dan fungsi Tradisi Ngedeblag. Mulai dari tulisan populer dengan tujuan promosi pariwisata sampai penelitian ilmiah dengan tujuan lulus kuliah. Oleh karena itu, dalam catatan ini saya tidak akan menulis lagi, mungkin menulis sedikit saja, tentang makna dan fungsi Tradisi Ngedeblag ini.

Yang ingin saya tulis dalam catatan ini adalah sesuatu yang baru saja saya sadari setelah dua puluh lima tahun atau lebih saya hidup bersama tradisi ini dan juga tradisi-tradisi serupa lainnya yang ada di Bali.

Jadi, begini. Sejak saya sadar bahwa saya hidup dan mulai mengenal lingkungan di sekitar saya, Ttradisi Ngedeblag adalah tradisi yang sangat dinanti di desa saya, terutama oleh anak-anak. Saya juga termasuk orang yang selalu antusias menunggu tradisi ini sejak saya masih kecil sampai sekarang.

Bahkan, dulu ketika saya masih SD, seingat saya, sekolah saya biasanya memulangkan siswanya lebih awal saat Ngedeblag. Ini bukan karena Ngedeblag tercantum dalam kalender pendidikan sekolah, melainkan karena antusiasme siswa, yang sebagian besar berasal dari desa saya, untuk mengikuti tradisi ini.

Menuju tengah hari, para laki-laki dari segala usia sudah siap dengan penampilan mereka: riasan wajah dan tubuh; pakaian dan atribut; serta berbagai macam benda yang bisa menimbulkan bunyi-bunyian yang cukup keras. Dulu saya menganggap hal ini adalah hal yang biasa karena memang itulah bagian tradisi ini. “Nak mula keto” pikir saya.

Saya larut dalam antusias, kegembiaraan, dan kemeriahan Tradisi Ngedeblag ini. Namun, akhir-akhir ini, tepatnya setelah saya mengikuti tradisi Ngedeblag pada Oktober lalu ada satu hal yang baru saya sadari.

Ada sesuatu yang tersembunyi di balik hal-hal yang saya anggap biasa di dalam Tradisi Ngedeblag. Tepatnya pada riasan wajah para lelaki yang memang merupakan hal biasa dalam tradisi ini. Sesuatu yang tersembunyi itu menurut saya adalah semacam perlawanan terhadap rasa takut. Pun sebaliknya, juga sekaligus sebagai ungkapan pertemanan terhadap sumber ketakutan itu.

Dari cerita-cerita yang saya dengar dari para orang tua di desa saya dan dari beberapa tulisan tentang Ngedeblag yang saya baca, pada dasarnya tradisi ini bermakna penyeimbangan alam untuk menyambut musim baru atau dalam kalender Bali disebut sebagai peralihan sasih kalima menuju sasih kaenem. Dalam penghitungan musim di Indonesia, biasanya ini adalah waktu peralihan musim kemarau menuju musim hujan. Nah! Di sinilah sumber ketakutan itu berasal.

Peralihan musim atau pancaroba adalah sebuah waktu yang sangat rawan. Rawan penyakit dan rawan bencana. Dari cerita-cerita yang saya dengar juga, di sinilah sang waktu menunjukkan kekuatannya. Mungkin, itu sebabnya tradisi ini digolongkan sebagai bhuta yadnya. Upacara persembahan kepada kekuatan alam. Kepada kekuatan waktu. Kepada kekuatan kala.

Ini juga merupakan suatu bentuk penyadaran untuk diri kita bahwa betapa sebenarnya kita tidak berdaya di hadapan kekuatan kala. Ia bisa membawa kita ke mana saja, bertemu, dan berpisah dengan (si)apa saja. Seperti kata pepatah; hanya waktu yang tahu, biarkan waktu yang menjawab. Begitulah. Kekuatan waktu begitu besar, misterius, dan menakutkan.

Saya yakin hal ini sudah sangat disadari oleh para tetua, para leluhur kita. Dengan naluri mereka terhadap alam dan rasa yang terus terasah, terciptalah simbol-simbol kekuatan waktu dan ketidakberdayaan kita terhadap kekuatan itu.

Dan menurut saya, Ngedeblag adalah salah satu wujud kesadaran itu. Kita berada dalam siklus waktu yang terus berputar. Ketika kita berada di titik bawah, saat waktu menunjukkan kekuatannya yang paling kuat, kita harus membuat semacam perlawanan terhadap hal negatif yang muncul dari kekuatan itu. Bentuk perlawanan itu tampak pada riasan para lelaki saat Ngedeblag yang (ceritanya) menyeramkan.

Itu dilakukan karena kita tidak pernah bisa mendeskripsikan dan mengukur kekuatan kala. Yang kita tahu kala mempunyai wujud yang sangat menyeramkan. Untuk melawan wujud yang menyeramkan itu, kita berusaha menjadi lebih menyeramkan. Menjadi lebih menakutkan. Kita mencoba menakut-nakuti kala. Menakut-nakuti ketakutan. Kita mencoba menjadi lebih menakutkan daripada ketakutan itu sendiri.

Dengan begitu, kita berharap hal-hal negatif yang muncul dari kekuatan kala tidak akan berani mendekati kita.

Di sisi lain, mungkin saja, riasan para lelaki ketika Ngedeblag yang (ceritanya) menyeramkan itu adalah juga bentuk pertemanan terhadap kala. Ini didasari juga oleh kesadaran bahwa kehidupan kita tidak akan pernah bisa lepas dari kala. Kala-lah yang membuat kita hidup. Kala sangat berharga dalam hidup kita. Kala adalah uang. Time is money, kata orang.

Karena kesadaran itulah, kita berusaha menyampaikan salam pertemanan kepada kala dengan mencoba menjadi sama-sama menakutkan dan menyeramkan. Kita mencoba menunjukan bahwa kita dan kala adalah teman baik. Dengan berteman baik dengan kala, kita berharap kala juga akan baik kepada kita sehingga kita bisa terhindar dari hal-hal negatif yang muncul dari kekuatannya.

Kita akan selalu berada dalam siklus waktu. Dalam siklus itu kita tidak akan pernah berhenti melawan sekaligus berteman dengan kekuatan waktu. Kekuatan kala. Kekuatan yang kita takuti. Kekuatan yang begitu menyeramkan sekaligus begitu berharga. Sekali waktu kita mencoba menakut-nakutinya. Kali lain kita berusaha menjadi temannya. Begitulah seterusnya dan seharusnya. (T)

Tags: agamaBudayaGianyarkebudayaanTradisi
Previous Post

Mahasiswa Akademis vs Mahasiswa Aktivis – Mana Lebih Baik, Mana Lebih Buruk?

Next Post

Menulis Cerpen, Bacalah Cerpen! – Berita Lomba Cerpen UKM Pelana Undiksha

Ida Ayu Putri Adityarini

Ida Ayu Putri Adityarini

Pernah kuliah di Singaraja. Kini terus menulis puisi dan cerpen sembari bekerja di Balai Bahasa Provinsi Bali

Next Post

Menulis Cerpen, Bacalah Cerpen! – Berita Lomba Cerpen UKM Pelana Undiksha

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co