.
MESKI berasal dari institusi pendidikan seni yang berbeda, tujuh perupa ini tak surut untuk bersatu dan saling menawarkan kelebihan dalam pameran bersama di Bentara Budaya Bali yang dibuka Kamis, 12 Oktober dan berlangsung hingga 22 Oktober 2017. Mereka memamerkan hasil karya mereka dalam tajuk “Abstract is?”.
Tujuh perupa itu: Tien Hong dan Agus Murdika adalah alumni dari ISI Denpasar, Kenak Dwi Adnyana dan Sastra Wibawa adalah alumni dari ISI Yogyakarta, Adi Wirawan dan Darmanegara adalah alumni dari Undiksha Singaraja. Sedangkan Wayan Piki Suyestra saat ini masih menempuh studi di ISI Yogyakarta.
Kurator pameran itu adalah I Made Susanta Dwitanaya. Kata Dwitanaya: “Merumuskan pandangan para perupa yang memilih berkarya dengan mengeksplorasi seni lukis abstrak, dan abstraksi, dan ini menjadi penting untuk dihadirkan, sebab ini adalah salah satu jalan untuk mempresentasikan pernyataan perupa atas karyanya,” kata I Made Susanta Dwitanaya saat pembukaan pameran.
“Abstract Is?” adalah sebuah frame kuratorial yang mencoba untuk mengajak tujuh perupa muda Bali yang memiliki kecenderungan berkarya itu pada jalur seni lukis abstrak maupun abstraksi untuk merumuskan dan mendefinisikan proses kreatif mereka dalam berkarya di jalur seni lukis abstrak maupun abstraksi.
Seni abstrak sarat dengan ekspresi personal seniman dalam ranah kerupaan yang esensial. Garis warna bidang tekstur ruang, serta unsur rupa dan unsur estetik lainya kerap menjadi hal yang paling sering dibahas atau diwacanakan ketika mengapresiasi karya seni abstrak sehingga, sekali lagi, seni abstrak sangat lekat dengan persoalan formalisme.
Menurut Susanta, pameran ini adalah sebuah upaya dari para perupa yang tampil dalam pameran ini dalam mempresentasikan gagasan-gagasannya yang tertuang dalam karya ihwal kecenderungan seni lukis abstrak yang mereka tekuni saat ini.
Menelisik karya-karya yang ditampilkan ketujuh perupa muda ini maka terbaca ihwal pilihan kecenderungan bahasa visual beserta gagasan-gagasan yang menjadi fokus eksplorasi mereka selama ini. Sebagian memilih pendekatan yang abstraktif, dimana unsur-unsur representasi alam masih terlihat di dalam karya mereka.
Lihat misalnya karya Kadek Darmanegara yang menunjukkan abstraksi atas image bukit, gua, ataupun rumah. Yang juga menarik pada karya-karya Darmanegara yang ditampilkan dalam pameran ini adalah persoalan presentasi karyanya. Ia menghadirkan karya pada susunan bidang bidang kanvas terpisah membentuk satu gugusan komposisi karya dengan potongan karya berbentuk lingkaran yang menjadi pusat gugusan itu.
Sedangkan karya Ketut Agus Dangap Murdika menghadirkan karya memasukkan unsur medium logam, ini menunjukkan upayanya dalam mempertanyakan batas batas dalam seni lukis. Dangap sedang mencoba mengeksplorasi kemungkinan kemungkinan medium semisal plat logam dengan segala karakteristiknya untuk dihadirkan dalam sebuah karya abstrak. Eksplorasi yang ia lakukan akan segera berhadapan dengan karakteristik medium plat logam itu sendiri berbagai kemungkinan dan karakteristik visual yang dimiliki oleh medium plat logam itu sendiri adalah potensi yang sesungguhnya dapat terus digali dan diolah lebih jauh olehnya. (T)