TIDAK sulit sebenarnya memahami bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak akan mungkin bangkit kembali. Sebagai sebuah gerakan politik, partai yang mengusung ideologi komunisme tidak memiliki cukup “oksigen” untuk dapat hidup di era kekinian. Meski saat ini kemiskinan masih sangat banyak dan ketimpangan sosial lumayan tajam, namun kondisi ekonomi, politik dan kultur masyarakat telah menjadi ladang tandus bagi komunisme hidup sebagai partai politik.
Sebenarnya, kegagalan komunisme dalam tataran praksis/politik dapat diprediksi dari ketiadaan perubahan struktur ekonomi sebagai cikal bakal penindasan kelas seperti yang diramalkan dalam teori-teori Marx. Kemajuan teknologilah yang dianggap sebagai penyebab kuatnya struktur ekonomi kapitalis. Perkembangan teknologi berupa mesin-mesin industri yang menyisihkan peran tenaga manusia, melemahkan posisi tawar kaum buruh/proletar. Akibatnya revolusi kaum proletarpun seolah-olah hanya menerpa ruang-ruang kosong.
Sementara itu, gelombang kemajuan teknologi komunikasi yang memasifkan jangkauan komunikasi massa, melalui media massa seperti media cetak, radio dan televisi dan kini jaringan internet ditunjang perangkat gadget yang makin canggih, telah dengan cerdas dipergunakan kapitalis sebagai sarana penyebaran kesadaran-kesadaran palsu. Inilah yang menjadikan manusia sulit membedakan antara keinganan (want) dengan kebutuhan (need). Lebih jauh kesadaran palsu ini membentuk manusia yang merasa bahwa semakin rakus dirinya, maka semakin baiklah dia (greed is good).
Secara politik, demokrasi telah menjadi pemenang sejarah mengalahkan komunisme. Runtuhnya negara-negara komunis menunjukkan kegagalan total komunisme di ranah praksis politik. Kalaupun kini ada negara-negara yang masih dikuasai partai komunis, kondisi hidup rakyatnya memprihatinkan. Kecuali Tiongkok yang ekonominya tumbuh menjadi raksasa dunia. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa struktur ekonomi Tiongkok menganut kapitalisme bukan komunisme. Tiongkok menerapkan apa yang disebut dengan state capitalism (kapitalisme yang dikendalikan negara).
Untuk saat ini, marxisme dan komunisme dalam ranah teoritis masih relevan sebagai alat kajian dan paradigma berpikir. Teori-teori marxisme adalah alat untuk membongkar ketidakadilan didalam masyarakat. Namun khusus untuk komunisme, masih terlalu jauh untuk bisa mewujud dalam tataran praksis apalagi sebagai gerakan politik.
Ada satu kondisi dimana komunisme dalam tataran praksis akan berjaya kembali yakni ketika dunia ini hancur secara fisik akibat bencana terutama jika terjadi perang dunia ke-3 dengan melibatkan senjata nuklir yang massif. Saat struktur ekonomi hancur total, dan teknologi manusia kembali ke titik nol, saat itulah mungkin manusia akan berpaling kepada komunisme. (T)