15 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto: FB/Erwin Widyaswara

Foto: FB/Erwin Widyaswara

Zona Aman, Antara Tenang dan Cemas

I Putu Supartika by I Putu Supartika
February 2, 2018
in Esai
16
SHARES

 

SEBANYAK 51 desa di Karangasem ditetapkan sebagai zona aman dan tidak masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Agung. Tapi ditengarai banyak warga dari desa-desa yang dianggap aman itu mengungsi dan kini hendak dipulangkan. Kenapa mereka mengungsi padahal berada di zona aman? Tentu, kemungkinan terbesar, mereka tetap merasa tak tenang.

Desa di wilayah Kecamatan Manggis, daerah tempat saya lahir, juga ditetapkan sebagai zona aman dari kemungkinan terkena dampak erupsi Gunung Agung. Namun saya dan keluarga tetap merasa khawatir juga, tentu karena Gunung Agung terasa dekat. Gempa yang dirasakan oleh warga di desa-desa di Karangasem lainnya, juga dirasakan oleh warga di wilayah Manggis.

Karena masuk zona aman, Kecamatan Manggis kini juga digunakan sebagai salah satu lokasi pengungsian dari warga lain di Karangasem. Jika datang ke daerah Manggis kini, tentu akan mendapati warga atau penduduknya melakukan aktivitasnya seperti biasa. Pedagang akan tetap berdagang, siswa akan datang ke sekolah pagi-pagi menggendong tas yang penuh buku, nelayan akan tetap melaut, dan kantor-kantor juga akan tetap buka.

Namun, di balik semua itu, apakah penduduk di wilayah Manggis tidak khawatir atau waswas dengan status Gunung Agung sebagaimana penduduk yang wilayahnya masuk KRB? Rasa itu sudah pasti ada. Bagaimana biasa tidak? Bayangkan saja, sejak Gunung Agung bergejolak, statusnya dinaikkan jadi siaga dan berlanjut menjadi awas, dan ketika berita-berita tentang situasi Gunung Agung berseliweran di media, termasuk medsos, penduduk di sana juga ikut merasakan gempa.

Ya gempa, walaupun tidak separah daerah yang berada di kaki Gunung Agung. Getaran demi getaran mereka rasakan setiap saat. Dan bahkan belakangan, dalam sehari mereka akan merasakan gempa dengan kekuatan kecil hingga lumayan besar sampai puluhan kali. Itu biasa dirasa sebagai tanda bahwa Manggis terasa dekat dengan Gunung Agung.

Ketika gempa itu datang dan mereka rasakan kekuatannya cukup besar, sudah tentu mereka akan berhamburan keluar rumah, dan sebagaimana di wilayah itu saat ada gempa mereka akan memukul kentongan lalu bergumam atau setengah berteriak “idup…idup…idup…”.

Dari pengakuan beberapa warga, mereka khawatir dengan keadaan ini, bahkan ada yang mengatakan kakinya gemetar karena takut ketika merasakan gempa yang kekuatannya cukup besar.

Itu kalau gempanya siang hari, bagaimana jika malam. Cobalah lihat status facebook beberapa kerabat kita yang ada di wilayah Manggis. Setiap ada gempa mereka akan update status, semisal: ada gempa, kekuatannya lumayan besar, atau status lain: lagi-lagi gempa. Bahkan ada yang mengatakan sampai sulit tidur akibat kepikiran, dan ada juga yang takut seandainya ada gempa dengan kekuatan besar saat mereka tidur lelap.

Jadi, agak bisa dimaklumi juga banyak warga yang desanya tidak masuk dalam zona KRB tapi tetap ikut mengungsi. Mereka mungkin tetap merasa takut meski desanya masuk zona aman. Mungkin juga mereka berpikir bagaimana kalau peta zona aman itu meleset? Daripada cemas, maka mereka memutuskan untuk ikut mengungsi.

Berita trebaru, pemerintah akan memulangkan pengungsi dari desa yang masuk zona aman. Karena sesuai data yang dikeluarkan pemerintah, 51 desa dari keseluruhan 78 desa yang terdapat di Kabupaten Karangasem, sesungguhnya berada di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Agung. Hanya ada 27 desa yang berada di dalam radius berbahaya jika Gunung Agung meletus.

Ya, memang, Manggis berada di luar KRB, namun bagaimanapun juga Manggis berada di Kabupaten Karangasem dan lokasinya (dirasakan) tidaklah terlalu jauh dari Gunung Agung. Jika mengacu pada saat Gunung Agung meletus tahun 1963, Manggis memang aman dari terjangan lahar atau sejenisnya.

Namun resah tetap ada. Berada di zona aman, namun rasa takut tetap mengintai. Itu adalah beban psikis tersendiri bagi warga. Lalu bagiama caranya mereka menghadapi hal ini? Mengungsi? Ya, sudah jelas itu tidak mungkin. Bagaimana mau mengungsi, daerah mereka masuk zona aman, dan lokasi pengungsian juga ada di daerah mereka. Ini bukan masalah percaya atau tidak percaya dengan zona yang telah ditetapkan oleh pemerintah, namun ini masalah rasa, masalah perasaan yang akan membebani warga.

Bisa dikatakan Manggis adalah daerah abu-abu. Jika dilihat dari zona yang telah ditetapkan memang aman, bahkan dijadikan salah satu tempat pengungsian yang kini tersebar di beberapa titik semisal Pelabuhan Tanah Ampo, Lapangan Ulakan, dan Pasar Manggis. Namun di sisi lain, ketakutan masih tetap ada, salah satunya ya takut karena tetap merasakan gempa.

Lalu bagimana jika mereka juga berpikir untuk ikut mengungsi ke daerah lain semisal Buleleng? Lalu bagaimana pula jadinya penduduk yang mengungsi ke Manggis menyaksikan warga Manggis juga berpikir untuk ikut mengungsi?

Tapi tampaknya hingga kini warga masih tetap percaya dengan peta penetapan zona yang dikeluarkan pemerintah bahwa wilayah Manggis masuk zona aman. Itu jadi jaminan sehingga rasa aman tetap jauh lebih besar dibandingkan dengan rasa resah dan takut. Tapi bagaimana kalau meleset. Semoga tidak meleset. Semoga semua rahayu. (T)

Tags: erupsiGunung Agungkarangasem
I Putu Supartika

I Putu Supartika

Pengamat cewek teman dan peternak sapi ulung yang tidak bisa menyabit rumput. Belakangan nyambi menulis cerpen

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Ilustrasi diolah dari seumber gambar di Google
Esai

Fiksi yang Bukan Fiksi: Siswa Nyeleneh Paling Diingat Guru

HARI guru sudah lewat, namun ada satu cerita yang masih meninggalkaan bekas. Siang itu, aku sedang membeli rujak di warung ...

November 29, 2018
Ulasan

Mencari Kebajikan Politik pada Politisinya – Bedah Buku tentang Kiprah Politik Surya Paloh

ISTILAH Politik Kebajikan, mungkin terdengar ‘antik’ dalam realitas politik yang sedang mengalami senjakalanya. Suatu keadaan yang ditandai setidaknya oleh tiga ...

February 2, 2018
Workshop bersama Afrizal dan Samar Gantang di Rumah Belajar Komunitas Mahima
Khas

Mendengar Afrizal Malna & Samar Gantang: Terjebak Dalam Bahasa

KETAKUTAN itu jangan dibiarkan manja. Kalimat itulah yang terngiang-ngiang di kepala saya usai mengikuti kegiatan workshop di Rumah Belajar Komunitas ...

November 2, 2018
Ulasan

Perempuan yang Bersuara, Perempuan yang Berkarya || Pengantar Buku “Suara Tepi Hati”

Judul: SUARA TEPI HATI - Catatan Kecil 9 PerempuanAuthors Ni Luh Putu Mustika Praptiwi, Kadek Ridoi Rahayu, Putu Mariati Kaman ...

December 22, 2020
Pemutran film serangkaian workshop pembuatan film di Desa Pedawa, Banjar, Buleleng, Bali, 1-2 JUni 2019 (Foto: Dok Minikino)
Khas

Di Pedawa, Minikino Bikin Workshop Film, Agar Anak Muda di Desa Tua itu Kian Kreatif & Eksperimental

Anak-anak muda di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, yang merupakan salah satu desa tua di Bali, sejak beberapa tahun belakangan ...

June 4, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In