31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

5 Hal Unik Pagerwesi di Buleleng – Dari Pegorsi, Rent Car, hingga Makan di Kuburan

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inEsai

Karikatur: Made Bleloss. Sumber: Akun Facebook Putu Erick Rico

39
SHARES

 

PERAYAAN Hari Pagerwesi di Buleleng lebih meriah dari daerah-daerah lain di Bali. Banyak yang menyebut Pagerwesi adalah Galungan-nya orang Buleleng. Artinya, kemeriahan saat Pagerwesi di Buleleng sama dengan kemeriahan saat Galungan di Bali (terutama di bagian selatan).

Meski tahu bahwa Pagerwesi di Buleleng ramai, namun banyak yang tak tahu hal-hal dan fakta-fakta menarik di seputar Hari Pagerwesi di Bali Utara.

  1. Katakan Pegorsi

Hari Pagerwesi di Buleleng diucapkan dengan lapal yang berbeda. Banyak orang lebih suka menyebutkan Pegorsi, ketimbang secara jelas menyebut Pagerwesi. Saat ditanya ke sejumlah orang, sebagian besar mengatakan bahwa mereka lebih suka melapalkannya dengan kata Pegorsi ketimbang Pagerwesi. Jika diminta menuliskannya, mereka tetap menulis dengan kata Pagerwesi.

“Uli imaluan bungute biasa ngorahang Pegorsi,” kata seorang nelayan di wilayah Pantai Penimbangan. Artinya, “Dari dulu mulutku biasa mengucapkan Pegorsi.”

Soal pelapalan ini mungkin ahli bahasa bisa menjelaskannya. Tapi dari sisi psikologis (hehehe, gawat gati), Pegorsi bisa jadi merupakan bentuk kegagahan bahwa Pagerwesi di Buleleng itu lain daripada yang lain. Pegorsi memang bentuk kata yang lebih simpel dari kata aslinya, namun kata Pegorsi sesungguhnya bisa dianggap sebagai bentuk kata melebih-lebihkan, menguatkan, menegaskan, bahwa perayaan ini milik Buleleng, Bro…

Lawar Penampahan Pagerwesi. /Foto: Dekpas Kocok Buleleng

2. Lawar di Penampahan

Pada rangkaian Hari Galungan, warga di Bali mengenal Hari Penampahan Galungan (sehari menjelang Galungan). Saat rangkaian Pagerwesi, warga di Buleleng juga mengenal Hari Penampahan Pagerwesi (sehari menjelang Pagerwesi).

Sama seperti penampahan Galungan, saat penampahan Pagerwesi warga memotong babi dengan cara mepatung, yakni seekor babi dibeli bersama-sama dengan warga lain dalam satu kelompok seperti kelompok dadia, banjar, atau kelompok suka-suka, lalu dipotong bersama-sama. Tapi itu dulu. Kini warga lebih suka membeli daging babi sendiri-sendiri ke pasar, karena dianggap lebih praktis.

Yang menarik, pada saat penampahan Pagerwesi di Buleleng menu lawar hampir selalu menjadi menu utama. Warga seperti berlomba cepat-cepatan mengadon lawar, lalu yang lebih dulu selesai akan dengan bangga mengundang warga di sekitar atau menelepon teman untuk makan bersama. Di era media sosial saat ini, foto lawar yang sudah siap disantap biasanya diungah di akun facebook atau instagram dengan caption menarik, semisal: “Yang mau silakan mendekat”.

Jika lawar di wilayah Bali selatan biasanya terdiri darii campuran daging dan nagka, di wilayah Buleleng lawar biasanya lebih banyak daging dicampur parutan kelapa tanpa sayuran. Banyak juga warga membuat lawar getih, yakni lawar yang hanya terdiri dari bahan daging, jeroan, dan darah segar.

Warga menghaturkan punjung dan makan bersama di kuburan saat Pagerwesi. /Foto: dok ole
  1. Makan Bersama di Kuburan

Tepat pada Hari Pagerwesi, sejak sekitar pukul 05.00 dini hari, warga berbondong ke kuburan atau setra desa adat. Mereka datang untuk menghaturkan punjung (sesaji persembahan) kepada orang tua atau keluarga yang sudah meninggal, yang jasadnya masih dikubur di setra, karena keluarga yang ditinggalkan belum bisa melakukan upacara ngaben.

Punjung dihaturkan di kuburan sebagai simbol ucapan terima kasih dan permintaan maaf karena keluarga belum bisa melakukan upcara ngaben. Punjung dihaturkan agar roh anggota keluarga yang sudah meninggal namun belum diupacarai secara ngaben tidak “marah” menjadi buta cuil yang bisa “menyakiti” keluarga yang ditinggalkan.

Tradisi memunjung ke kuburan secara beramai-ramai tak banyak dilakukan di wilayah Bali bagian selatan pada hari-hari raya semisal Galungan atau Kuningan. Namun di Buleleng tradisi itu sudah diwarisi sejak turun-temurun.

Yang menarik, punjung biasanya berisi nasi lengkap dengan lauk-pauknya, kue dan buah-buahan, dalam jumlah yang sengaja dibikin banyak. Karena surudan punjung, atau punjung yang sudah dihaturkan, akan dimakan bersama keluarga di kuburan.

Maka jangan heran, pagi-pagi di Hari Pagerwesi, setra di Desa Adat Buleleng atau di setra di Banyuasri, akan tampak ramai dengan kelompok-kelompok keluarga yang makan bersama sambil bercengkerama, selayaknya orang yang bertamasya di kuburan.

Suatu masa di Hari Pagerwesi bisa saja tampak sepi karena sedikit sekali orang yang menghaturkan punjung. Itu terjadi biasanya setelah Desa Adat menggelar upacara ngaben massal. Artinya, banyak jasad warga yang sudah meninggal sudah diupacara ngaben sehingga sudah dianggap tidak terkubur lagi di setra. Sehingga tak perlu lagi di-punjung.

Lalu-lintas ramai di sekitar hari Pagerwesi di kawasan puncak Wanagiri, Buleleng. /Foto: dok ole
  1. Berbondong Pulang Kampung

Belum ada data valid tentang berapa jumlah warga Buleleng yang merantau di wilayah Bali bagian selatan seperti di Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Namun yang pasti jumlahnya banyak. Dan itu bisa dilihat dari jumlah arus pulang kampung warga Buleleng dari Bali selatan ke Bali utara melalui jalur Kintamani, Bedugul, Banyuatis, dan Pupuan.

Sejumlah warga Buleleng yang merantau di Bali selatan biasanya memilih untuk pulang kampung bersama seluruh anggota keluarga pada Hari Pagerwesi. Jika pada hari-hari raya yang lain, bagi mereka, boleh-boleh saja tidak pulang kampung. Atau jika pun harus pulang kampung, mereka tak akan memaksakan diri untuk mengangkut seluruh anggota keluarga.

“Ini seperti tradisi leluhur, dorongan yang sangat kuat. Di Hari Pagerwesi kami merasa harus pulang kampung. Di hari lain ya boleh-boleh saja tak pulang, hari Pagerwesi tak enak tak pulang kampung. Terasa ada yang hilang,” kata seorang teman, warga Liligundi, ketika ditanya saat Pagerwesi.

Warga perantauan Buleleng yang sudah memiliki penghasilan besar mungkin kini akan gampang saja pulang kampung kapan pun yang mereka mau. Namun bagi warga dengan penghasilan pas-pasan tentu akan memilih dengan cermat kapan mereka harus pulang kampung, dan kapan harus tetap bekerja di tanah rantau. Pilihan itu biasanya datang di Hari Pagerwesi.

Dari cerita-cerita warga pekerja hotel atau restoran di daerah pariwisata, seperti di Kuta dan Nusa Dua, banyak warga dari Buleleng akan berusaha menukar hari libur dengan temannya yang berasal dari Badung atau Tabanan. Jauh sebelum Pagerwesi mereka akan rela menggantikan jam kerja teman-temannya, dengan tujuan agar bisa libur dalam waktu yang cukup lama dan bisa pulang kampung ke Buleleng di saat Pagerwesi

Yang menarik lagi, warga di Buleleng yang belum punya mobil akan berusaha menyisihkan lebih banyak uangnya agar bisa menyewa mobil (rent car) saat pulang kampung. Bukan soal gengsi, tapi tujuannya agar semua anggota keluarga terangkut ke kampung. Namun ada juga warga yang nekat naik sepeda motor dengan membonceng semua keluarga: satu anak di depan, satu anak dijepit atau digendong di belakang.

Kini, tentu saja sudah banyak warga perantauan hidup berkecukupan dan memiliki mobil sebagai sebuah kebutuhan. Sehingga cara pulang kampung dengan rent car juga berkurang.

Dua hari atau sehari menjelang Pagerwesi, jalur Singaraja-Denpasar via Bedugul, akan menyuguhkan pemandangan menarik: mobil dan sepeda motor akan berderet nyair tanpa putus menuju kea rah utara. Pemandangan sebaliknya terjadi setelah Pagerwesi: banyak deretan mobil dan sepeda motor menuju ke selatan (arus balik dari kampung). Bahkan terkadang, wilayah di seputaran puncak, di wilayah persimpangan Wanagiri terjadi kemacetan lalu-lintas yang cukup parah.

  1. Lebih Meriah di Dangin Enjung

Mungkin salah kaprah jika dikatakan bahwa perayaan Pagerwesi meriah di seluruh Kabupaten Buleleng. Yang sebenarnya terjadi, kemeriahan Pagerwesi terjadi di wilayah Kecamatan Buleleng, yakni di wilayah kota Singaraja dan sekitarnya. Atau lebih luas lagi, kemeriahan terjadi di wilayah Dangin Enjung, yakni dari wilayah Lovina ke timur hingga ke Tejakula.

Penjelasan yang sempat diperoleh dari para peneliti kebudayan Bali Utara, secara budaya Kabupaten Buleleng sebenarnya dibagi dua wilayah, yakni Dangin Enjung dan Dauh Enjung. Perbatasannya diperkirakan berada di wilayah Enjung Sangyang, Kecamatan Banjar. Di timur Enjung disebut Dangin Enjung, di sebelah baratnya disebut Dauh Enjung.

Pagerwesi lebih meriah diadakan di wilayah Dangin Enjung. Namun belakangan, seiring dengan perkembangan ekonomi dan kebudayaan, sejumlah warga di wilayah Dauh Enjung juga turut merayakannya secara lebih meriah. (T/sejumlah sumber)

Tags: balibulelenghindupagerwesi
Previous Post

Bebunyian: Apa yang Harus Dibunyikan? – Catatan Penata Bunyi Sebelum Pentas

Next Post

Juniarta: Gerakan Penyeragaman Kebudayaan Bali Itu Wajah Fundamentalisme

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Juniarta: Gerakan Penyeragaman Kebudayaan Bali Itu Wajah Fundamentalisme

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co