2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sumbang Ide Buleleng Festival 2018: Bayar Utang Drama Kolosal, Kolaborasi Musik, dan Lolot-Balaganjur

Eka PrasetyabyEka Prasetya
February 2, 2018
inOpini

Buleleng Festival 2017./Foto: Istimewa

96
SHARES

 

JENGAH. Itu kata yang memicu lahirnya Buleleng Festival, lima tahun silam. Bagaimana tidak jengah? Kesenian Buleleng hanya menjadi penonton pada ajang kesenian tingkat provinsi.

Pada Pesta Kesenian Bali misalnya. Semasa gong kebyar menjadi salah satu lomba, Buleleng hanya sekali mencicipi gelar juara. Selebihnya, Gianyar, Badung, Denpasar, giliran meraih gelar juara. Padahal gong kebyar lahir di Buleleng pada 1913-1915 silam.

Buleleng tak ingin jadi penonton. Seniman harus berdikari dan terus mengembangkan daya cipta serta kreasinya. Karena rasa jengah itu, akhirnya dicetuskan Buleleng Festival. Event yang hakikatnya menggali sebanyak-banyaknya kesenian Buleleng, terutama yang klasik.

Buleleng Festival juga menjadi sarana diplomasi budaya untuk menunjukkan eksistensi kesenian Buleleng. Termasuk menunjukkan bahwa seni budaya Buleleng memiliki perbedaan dari Bali Selatan. Event ini sekaligus menjadi sarana menumbuhkan kebanggaan (bahkan fanatisme) pada kesenian khas Buleleng dari generasi ke generasi.

Seniman klasik diberi ruang tampil pada panggung yang glamour dan megah. Mereka tampil untuk menunjukkan bahwa kesenian khas Buleleng masih eksis. Tak peduli penonton suka atau tidak. Tak peduli yang menonton ramai atau sepi.

Masyarakat terpaksa (tepatnya dipaksa) menonton kesenian klasik di panggung utama, agar mereka tahu dengan kesenian khas Buleleng. Setelah tahu, mereka akan paham. Setelah paham, mereka akan bangga. Setelah bangga mereka akan mewarisi dan melestarikan kesenian itu, biar tak punah. Begitulah ruh Buleleng Festival sesungguhnya.

Sekarang mari move on dari masa lalu lahirnya Bulfest. Mari bicara tentang masa depan. Pikirkan apa yang harus dibuat pada Bulfest tahun depan. Mari bicarakan konten apa yang sekiranya layak tahun depan.

Pertama, bentuk tim kurator. Bulfest memiliki visi-misi yang adiluhung. Sebab itu, Bulfest harus memiliki kurator. Pada pundak kurator kita bebankan agar Bulfest tak kehilangan jati dirinya. Tetap on the track. Tidak lagi dituding hanya sekedar mendatang keramaian.

Kedua, rencakan Bulfest sejak setahun sebelumnya. Visi-misi Bulfest sangat tendensius. Memilih tema memang mudah. Menyesuaikan konten dengan tema, itu masalah lain. Di sini lah Bulfest sangat membutuhkan kurator. Kurator akan menyeleksi siapa-siapa saja yang layak tampil, sehingga tema sesuai dengan konten. Semua itu butuh proses panjang, tak bisa direncanakan dalam waktu empat bulan.

Khusus untuk kehadiran bintang tamu, ini juga perlu melalui proses ketat. Tahun 2015 lalu, Bulfest sudah mengangkat diri menjadi festival yang sangat mentereng. Terutama setelah kehadiran Slank. Gengsi festival ini sudah disejajarkan setinggi itu.

Bintang tamu yang dihadirkan harus terpilih. Bukan sekadar bisa menghadirkan banyak penonton, tapi juga bisa menghadirkan sajian yang tidak monoton. Buat apa mengundang bintang tamu yang hanya menyanyikan lagu milik orang lain.

Tahun depan, Iwan Fals sebaiknya diundang sebagai bintang tamu. Kehadiran sang legenda di panggung utama Bulfest, akan semakin meningkatkan gengsi Bulfest.

Buleleng Festival adalah panggung istimewa bagi masyarakat Buleleng, maka penampilnya juga harus istimewa. Seniman yang tampil di panggung utama harus tampil all out dan sebisa mungkin menampilkan karya baru. Band-band yang tampil juga harus all out. Kalau perlu, bukan hanya menampilkan karya sendiri, tapi juga kolaborasi.

Oh ya, soal kolaborasi, saya mendadak punya ide. Bagaimana jika tahun depan, musisi Buleleng diberi kesempatan khusus untuk tampil di panggung utama. Misalnya saja band-band yang tergabung dalam Singaraja Music for Unity (Simfony) tampil dalam konsep ala-ala Konser Kemerdekaan.

Dalam konser ini mereka tampil membawa lagu baru, yang khusus dibuat untuk menyesuaikan tema Bulfest. Tentu mengesankan melihat Ake Buleleng yang beraliran pop, Rastafara Cetamol yang berkiblat reggae, The Souled Out dengan blues, Poleng Band yang mebasa Bali, hingga Makan di Warung (MDW) yang mengusung post hardcore, tampil dalam satu panggung besar dan berkolaborasi.

Anggap saja kini band di bawah naungan Simfony ada 20 dari berbagai genre. Mereka masing-masing menciptakan satu lagu yang disesuaikan dengan tema Bulfest tahun depan. Mereka juga menciptakan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh all artist. Jika itu terealisasi, tahun depan Simfony bisa membuat sebuah album kompilasi yang khusus dirilis saat Bulfest. Simfony lalu minta Bupati bantu promosi, siapa tahu laku seribu copy.

Saya juga usul agar tahun depan Lolot diundang lagi. Kenapa harus Lolot? Alasannya sederhana, salah satu personilnya, Lanang Botax berasal dari Buleleng. Dari Desa Temukus tepatnya. Jadi Lolot memiliki darah Buleleng. Alasan lainnya, Lolot punya ribuan fans fanatik dalam wadah Bali Rockers. Alasan lain lagi, sebagai sebuah band mebasa Bali, Lolot sangat produkfit menelorkan album.

Dengan catatan tahun depan Lolot harus menampilkan sesuatu yang istimewa. Tak cukup lagu baru. Tapi harus tampil kolaborasi. Misalnya Lolot berkolaborasi dengan seniman asal Runuh, Wayan Jingga, sambil membawakan lagu Capung Gantung. Bisa juga tampil dengan salah satu sekaa baleganjur di Buleleng dan berkolaborasi membawakan lagu Cek-Cek serta Barong Bangkung sebagai tampilan pamungkas. Dahsyat kan?

Oh iya satu lagi, panitia Bulfest sejak tahun 2014 sampai tahun 2017 punya utang janji. Janji itu adalah membuat dramatari kolosal. Tahun depan, ada baiknya Bulfest dibuka oleh sebuah dramatari kolosal yang mengambil cuplikan kisah dalam epos Ramayana. Kenapa harus Ramayana? Ini tidak ada hubungannya dengan isu politik Rai Mantra-Agus Suradnyana.

Epos Ramayana harus dipilih, agar kesenian Wayang Wong bisa ikut serta terlibat dalam garapan kolaborasi ini. Wayang Wong hanya bisa dipentaskan dengan mengambil cuplikan epos Ramayana. Wayang Wong harus dilibatkan, karena dia warisan budaya dunia tak benda yang berasal dari Buleleng. Kalau bukan kita yang bangga, siapa lagi? Apa harus menunggu klaim negara tetangga baru kita bangga? Tentu tidak.

Sebenarnya masih ada banyak lagi catatan tentang Bulfest yang belum ditulis. Tapi biar tidak terlalu panjang lebar bin dawe melembot, cukup sekian saja.

Mudah-mudahan tahun depan saya dapat undangan menghadiri Bulfest. Jika saya dapat undangan, pasti saya simpan dengan rapi biar tidak nyelip. (T)

Tags: bulelengbuleleng festivalSeni
Previous Post

Drama Dokumenter: Buah Pala yang Membangkitkan Nasionalisme

Next Post

Nonton “Revolusi di Nusa Damai” – Gus Martin: Saya Salut dengan Putu Satria Kusuma

Eka Prasetya

Eka Prasetya

Menjadi wartawan sejak SMA. Suka menulis berita kisah di dunia olahraga dan kebudayaan. Tinggal di Singaraja, indekost di Denpasar

Next Post

Nonton “Revolusi di Nusa Damai” - Gus Martin: Saya Salut dengan Putu Satria Kusuma

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co