18 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
ilustrasi: kerajaannusantara.blogspot.co.id

ilustrasi: kerajaannusantara.blogspot.co.id

Catatan Harian Sugi Lanus: Mada & Prapanca

Sugi Lanus by Sugi Lanus
February 2, 2018
in Esai
23
SHARES

Dalam Buddhisme, ‘mada’ dan ‘prapanca’ adalah dua istilah yang tidak direkomendasikan untuk diikuti.

– ‘Mada’: “self-satisfaction”, “self-infatuation”, or “mental inflation”.

‘Mada’ mengandung makna “kepuasan diri yang secara mental susah terpuaskan”.

Dalam Kitab Abhidharmasamuccaya disebutkan ‘mada’ merupakan salah satu dari 20 upakleśa (emosi yang merusak). Dalam bahasa Pali ini disebut ‘Pamāda’. Bahkan ada pembahasan dalam bagian kitab ‘Mada Sutta’ yang secara khusus menjelaskan bagaimana ‘mada’ merupakan ‘akusala mūla’ (akar kelobaan, kebencian, dan keruh pikiran).

– ‘Prapañca’: “diffuseness”, “manifoldness” of the world; and it may also refer to the “phenomenal world” in general, and to the mental attitude of “worldliness”.

‘Prapañca’ (dalam bahasa Pali ‘Papañca’) sangat luas maknanya, ini merupakan akar dan sekaligus proses munculnya ketidakjernihan kita melihat dunia, merasa diri ‘terpisah/tersekat’ sebagai diri yang betul-betul ada (sehingga terobsesi dan ingin memiliki), terikat dengan keduniawian oleh karena pemahaman terhadap hidup kita serahkan pada panca indera dan apa yang dirasa/serap tubuh kita. Pikiran (dan hidup) pun akan bingung/kalut ketika kita serahkan pada persepsi indera dan obesesi indera semata. Hal ini disebut dalam Madhupindika Sutta sebagai ‘papañca-saññā-sankhā’.

Kebingungan akibat ‘papañca’ dikupas dalam Kitab Dhammapada, Majjhima nikaya, dan kitab lainnya yang membahas “akar ketidakjernihan berpikir”.

Kenapa Mpu Mada dan Mpu Prapanca?

Dalam ajaran Siwaisme yang tercermin dalam Kakawin Smaradahana disebutkan ‘Madanadahana’ (yang telah mampu membakar ‘mada’) atau Kamadewa (yang dikisahkan mampu menghancurkan ‘mada’-nya sampai jadi abu). Madanadahana adalah salah satu gelar Bhaṭāra Siwa. Lenyap atau terbakarnya ‘mada’ adalah pencapaian tertinggi di jalan Siwaisme.

Sementara itu, kebalikan dari ‘prapañca’ adalah ‘nisp(r)apañca’ atau ‘nippapañca’ (Pali), yaitu kondisi pikiran dan kesadaran yang bebas dari ‘prapañca’.

Dhammapada 254, menyebutkan:

“Akaseva padam natthi

samano natthi bahire

papañcābhiratā pajā

nippapañca tathāgatā”.

“Tidak ada jejak di angkasa,

tidak ada orang suci di luar Dhamma.

Umat manusia bergembira di dalam belenggu,

tetapi Para Tathagata terbebas dari papañca”.

Para Tathagata (Yang tercerahi) adalah yang terbebas dari belenggu ‘prapañca’. Pencapaian tertinggi dalam perjalanan penganut Buddhisme adalah menuju Tathagata atau menuju ‘nisp(r)apañca’ atau ‘nippapañca’. Pencapaian kesadaran ini adalah pencapaian pada ‘nirvana’ atau ‘nibbana’.

Mpu Mada dan Mpu Prapanca, sepertinya dua nama ‘ngesorang raga’ (merendah) bagi dua sosok penting sejaman di era keemasan Kerajaan Majapahit, yang di dalam namanya terukir secara sublim cita-cita terdalamnya yang sejalan menuju ‘madanadahana’ atau ‘nir-mada’ dan ‘nisp(r)apañca’ atau ‘nippapañca’.

Keduanya memberi kita “peta perjalanan ke dalam” bahwa untuk menuju tujuan tertinggi perjalanan spiritual, kita tiada boleh lengah dan tidak boleh menyerah, tanpa bosan-bosan terus mengupayakan padamnya ‘mada’ dan ‘prapañca’.  (T)

Catatan Harian, 14 Juli 2017

Tags: BahasaBuddhismelontarsastra
Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Salah satu angkot yang masih tersisa di Buleleng
Esai

Angkot Singaraja-Seririt, Kenangan Saat SMK dan Harapan Kini

Penulis: Gede Febry Dirgantara ________ Ini kenangan tahun 2005, pada masa saya mulai bersekolah menengah tingkat atas tepatnya di SMK ...

December 22, 2020
Karya Dudik Ariawan merespon puisi Sutan Takdir Alisyahbana
Esai

Pelukis Dudik Ariawan Merespon Puisi Sutan Takdir Alisyahbana

Puisi dan seni rupa (seni lukis) dua karya seni berbeda medium. Jikapun keduanya disatukan dalam sebuah karya hasilnya akan jauh ...

October 17, 2019
Novel Kunang-kunang Hitam
Ulasan

Kunang-kunang Hitam: Sebuah Narasi Tentang Perempuan dan Alam

Judul: Kunang-kunang HitamPenulis: Geg Ary SuharsaniPenerbit: Binsar Hiras, 2020ISBN: 978-623-92658-1-4Cetakan pertama, Januari 2020, 14x20cm,166 halaman Perkembangan industri pariwisata di Bali ...

December 20, 2020
Sumber foto: youtube/video Tuak adalah Nyawa
Opini

Demokrasi, Korupsi, dan Filsafat “Sekeha Tuak”

BELAKANGAN ini ketenaran tuak atau dalam versi dan varian lain biasa disebut lau mencapai puncaknya. Dari anak baru gede (abege), ...

February 2, 2018
Opini

Golput dan Apolitisme Milenial pada Pilpres 2019

Jika sastra mampu meluruskan politik yang bengkok, maka suara kita dalam pemilu akan menghalangi orang jahat berkuasa, So, let’s vote ...

April 7, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]
Esai

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

by Gus Surya Bharata
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1349) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In