10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Realita Agama dalam Sepakbola: Tangan Tuhan atau Tangan Setan, Dari Maradona hingga Gonzales

Kambali ZutasbyKambali Zutas
February 2, 2018
inOpini

Peristiwa terjadinya gol tangan Tuhan oleh Maradona di perempat final Piala Dunia 1986 (kiri), Gonzales (kanan)/ Foto-foto Google

20
SHARES

GOL Diego Armando Maradona ke gawang Inggris di perempat final Piala Dunia 1986, tepatnya 22 Juni 1986, menjadi sejarah, legenda, mitos, hingga disakralkan. Gol yang dielu-elukan suporter, fans, dan warga Argentina, tetapi tidak bagi suporter dan masyarakat Inggris yang menjadi “korban” dalam catatan hitam dunia sepak bola itu. Sebuah gol kontroversial yang mencederai semangat fair play yang selalu didengung-dengungkan di jagat sepakbola. Gol paling istimewa sekaligus paling menyakitkan.

Gol di Stadion Aztec, Mexico City, itu mendapatkan tempat tersendiri. Padahal, gol lahir melalui tangan yang seharusnya “haram” dalam sepak bola manapun. Maradona melesakkan bola ke gawang dengan menggunakan tangan kirinya. Maradona melewati lima pemain Inggris lalu diumpan sampai bola melambung ke atas. Maradona menyambut dengan tangannya yang tampak seperti mengenai kepalanya. Bola pun masuk ke gawang Inggris pada menit 51′. Wasit utama Ali bin Nasser asal Tunisia yang memimpin laga itu pun mengesahkan. Laga tersebut sebenarnya berjalan dramatis. Argentina keluar sebagai pemenang dengan unggul melalui gol Maradona tersebut.

Gol itu kemudian disebut sebagai “gol tangan Tuhan”. Ada campur tangan Tuhan dalam proses gol tersebut. Jika terjadi peristiwa serupa maka rujukannya “gol tangan Tuhan milik Maradona”. Dan kenyataan dari masa ke masa gol bak Maradona tercipta dengan tokoh lain. Dalam wikipedia banyak pemain yang disebut “the next Maradona” seperti Pablo Aimar, Hernan Crespo atau Gabriel Omar Batistuta, Lionel Messi pernah mempraktikkan gol tangan Tuhan. Lionel Messi misalnya melakukan pada saat Barcelona menghadapi Espanyol di semi final Copa Del Rey pada 9 Juni 2007 lalu. Messi yang berada di bawah bola langsung berlari dan berusaha menyundul bola menggunakan tangannya mengelabuhi kiper Espanyol, Idriss Carlos Kameni. Wasit menganggap gol Messi tersebut sah meski para pemain Espanyol memprotesnya.

Gol tangan Tuhan pun tak hanya di ajang bergengsi, di liga-liga top dunia, namun di tanah air pun terjadi. Dalam Liga I Indonesia, tentu kita masih ingat betul gol milik Cristian “el Loco” Gonzales striker Arema FC ke gawang Bali United (BU) yang dijaga Kadek Wardana, Sabtu (17/06/2017). Kala itu, Singo Edan menjadi tuan rumah meladeni skuat “Serdadu Tridatu” Bali United di Stadion Gajayana Kota Malang, Jawa Timur.

El Loco memborong dua gol Arema FC melalui penalti pada menit 38′ dan satu gol tambahan pada menit 52′. Proses gol kedua El Loco terjadi setelah ia meneruskan umpan Adam Alis. Namun sebelum masuk ke gawang, bola terlihat memantul dari tangan Gonzales. Bahkan jelas sekali tampak dalam tayangan ulang di TV, yang kemudian menyebar di youtube, bola memantul dari tangan Gonzales sebelum meluncur ke gawang. Gol itu menuai protes pemain Serdadu Tridatu namun wasit tetap “memberikan” gol tersebut.

Berkat gol itu, tuan rumah memantapkan diri sebagai pemenang pada laga terakhir sebelum jeda kompetisi. Bahkan bagi fans Arema FC tentu gol tersebut mungkin identik dengan “gol tangan Tuhan” milik Maradona. Namun bagi suporter dan penonton Bali United, gol Gonzales itu bisa jadi disebut “gol tangan setan”. Gol yang amat kontroversial. Dan gol itu bakal selalu diingat ketika Arema FC bertemu BU pada pertandingan-pertandingan berikutnya. Bukan soal skor, siapa, dan bagaimana jalannya pertandingan, tetapi peristiwa gol tangan Gonzales.

Apa benar ada campur tangan Tuhan dan setan dalam gol di arena sepak bola? Biarkan Maradona dan Tuhan yang tahu, begitu juga dengan Gonzales. Dalam muara gol keduanya telah terjadi pertemuan sebutan “Tuhan” dan “Setan”. Dua kata yang merujuk pada agama. Tuhan adalah kebaikan dan setan adalah kejelekan dan kesesatan. Realita agama dalam sepak bola begitu tampak. Simbol-simbol agama masuk dalam sendi-sendi altar jagat sepak bola.

Bagaimana kita melihat sejumlah pemain-pemain top dunia mengekspresikan diri setelah mencetak gol. Pemain pun melaksanakan bentuk ritual, ketaataan, keyakinan tentang ajaran agama yang dianutnya. Lionel Messi misalnya, selalu membuat tanda salib dengan tangannya usai mencetak gol. Begitu juga dengan pemain Arsenal Mesut Oezil yang selalu berdoa dan membaca Al-Fatihah di atas lapangan sebelum laga dimulai.

Jauh lebih dalam, ketika kita bicara sepak bola Brasil. Di negara kelahiran Neymar ini, praktik permainan sepak bola bahkan sering diaduk rata dengan ritual agama. Tingkah laku pemain di dalam dan luar lapangan mewakili kehidupan beragama. Semua pemain memulai pertandingan dengan membuat tanda salib. Keyakinan tumbuh siapapun yang mencatatkan gol pertama untuk Brasil, Yesus dianggap berperan.

Dalam sebuah laporan yang dirilis BBC, Profesor Carmen Rial, pakar antropologi sosial dari Universitas Federal di Santa Catarina menyebutkan, perayaan kemenangan tim nasional Brasil sangat kentara menunjukkan ketaatan beragama para pemain.

Simbol agama juga begitu jelas ketika perayaan trio pemain Bali United, Ngurah Nanak, Miftahul Hamdi, dan Yabes Roni saat Bali United melawan Perseru Serui di Stadion I Wayan Dipta Gianyar, Minggu (04/06/2017). Nanak yang beragama Hindu menangkupkan tangannya ke atas di depan dahi. Yabes yang beragama Nasrani berlutut sambil mencium kedua tangannya, dan Hamdi bersujud syukur dengan kepala menyentuh rumput lapangan.

Momen tersebut diabadikan fotografer Jawa Pos Radar Bali, Miftahuddin Halim. Foto yang kemudian menjadi viral di media sosial hingga berbagai media dalam negeri maupun luar negeri beberapa waktu lalu. Apalagi waktu itu, Indonesia sedang dilanda isu intoleransi antarumat beragama. Simbol dalam lapangan sepak bola itu disebut-sebut sebagai inspirasi dan penggerak bagaimana membina kerukunan antarumat beragama. Simbol dan ekspresi itu menular ke sejumlah pemain di Liga Indonesia.

Kovak (1976) seperti dituliskan Iswandi Syahputra (KPG: 2016) menilai semua peristiwa olahraga dalam kompetisi sama dengan sebuah liturgi atau upacara keagamaan yang secara ketat memisahkan yang sakral dan profan. Dalam Sosiologi Agama Durkheim, terdapat argumen kausalitas yang menjelaskan bagaimana upacara kolektif dari sebuah ritual keagamaan mampu memunculkan keyakinan kolektif.

Dalam gambaran, simbol, dan gejala-gejala di sepak bola maka tidak salah dan keterlaluan jika sepak bola merupakan agama, minimal agama populer. Penegasan MU for everyman a relegion di Manchester atau munculnya gereja Maradonian di Argentina merupakan hilir dari fenomena sepak bola sebagai agama populer yang diproduksi oleh suatu kebudayaan massa melalui medai massa. Sejumlah syarat ilustrasi sepak bola sebagai agama pun terpenuhi. Agama terutama dalam agama Abrahamik ditandai setidaknya empat hal. Adalah pengakuan terhadap kitab suci, nabi pembawa ajaran, pengikut, dan ritual keagamaan.

“Kitab suci” dalam agama sepak bola statuta FIFA yang diakui seluruh anggota. Kemudian sepak bola juga memiliki “nabi-nabi” kontemporer yang menjadi panutan setiap masa. Pada era tahun 1970-an misalnya, “nabi” dalam sepak bola ada nama Pele dari Brasil, kemudian Johan Cruff dari Belanda. Pada era 1980-an muncul “nabi” Diego Armando Maradona dan Michael Platini (Perancis). Di era 1990-an muncul Reberto Baggio, namun diakhiri Zinedine Zidane dan David Beckham.

Lalu syarat adanya ritual keagamaan juga begitu tampak dalam sepak bola. Ritual yang dalam skala internasional dapat disaksikan dalam hajatan World Cup yang digelar 4 tahun sekali. Sepak bola juga memiliki pengikut bahkan pemuja fanatik dengan jumlah yang melintasi benua, agama, dan negara.

Seperti agama lain, sepak bola mengenal mazhab permainan, misalnya mazhab Samba atau Joga Bonito dari Brasil, Tanggo Argentina, dan total football yang ditemukan Rinus Michels. Ilustrasi tersebut menunjukkan ciri yang melekat dalam suatu agama Abrahamik yang juga dimiliki oleh industri sepak bola.

Dalam skala dan konteks yang berbeda, sepak bola yang telah mengalami proses industrilisasi mampu menempati posisi sosial, kultural, dan religius sekaligus cukup terhormat, setara dengan kedudukan sebuah agama. Lalu apakah sepak bola benar-benar menjadi agama? Sebuah refleksi bagi agamawan dan sosiolog yang mendalami sosiologi agama. (T)

Tags: agamasepakbolasetanTuhan
Previous Post

Bagaimana Perasaanmu saat Kakak Perempuan Menikah? Ya Senang, Ya Sedih Juga

Next Post

“Aku, Kimia, dan Mereka” – Cerita Ajar dari Guru Kimia

Kambali Zutas

Kambali Zutas

Lahir di Nganjuk, Jawa Timur, kini tinggal di Denpasar, Bali. Kesibukan sehari-hari selain jurnalis, juga menulis esai, puisi, dan cerpen. Berkecimpung di organisasi profesi sebagai Anggota Bidang Etika dan Profesionalisme AJI Kota Denpasar.

Next Post

"Aku, Kimia, dan Mereka" - Cerita Ajar dari Guru Kimia

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co