HAMPIR semua pemeluk agama memvisualisasikan tuhan sebagai sosok laki-laki. Sebagian besar sebagai laki-laki yang berkharisma dan berwibawa. Ini merupakan wujud dari berjayanya ideology patriarki dalam peradaban manusia. Dalam struktur alam semesta, penunjukkan kekuasaan laki-laki, sering digambarkan dalam kata “Bapa langit/angkasa dan Ibu Pertiwi/Bumi”. Bapa diatas, Ibu dibawah.
Namun dalam film “The Shack”, tuhan diwujudkan berjenis kelamin perempuan berdarah American Afro (kulit hitam).
Film The Shack ini diangkat dari novel laris karya penulis Kanada William P. Young, yang diterbitkan pada Juli 2007. Novel ini mula-mula diterbitkan sendiri tetapi kemudian menjadi buku laris versiUSA Today karena terjual 1 juta eksemplar pada Juni 2008. Versipaperback (buku murah) masuk daftar New York Times best seller sejak Juni 2008 sampai 2010.
Film yang menceritakan tentang seorang ayah bernama MacKenzie Allen Philips yang mengalami penderitaan akibat anaknya dibunuh secara kejam oleh penculik, bertemu dengan sosok tuhan. Hal ini terjadi setelah Mackenzie mengalami kecelakaan, dan dalam keadaan koma itulah ia bertemu dengan tuhan yang digambarkan sebagai seorang perempuan di sebuah pondok (shack) yang sangat indah dan eksotis.
Tidak saja dengan tuhan, Mackenzie juga bertemu dengan sosok yang digambarkan sebagai Yesus sebagai anak tuhan dan Sarayu (angin kehidupan) sebagai roh kudus. Dalam sejumlah ulasan mengenai film ini, ketiga tokoh merupkan gambaran trinitas. Uniknya Bapa digambarkan sebagai perempuan dan Roh Kudus (Sarayu) juga digambarkan sebagai sosok perempuan.
Tentu saja Film “The Shack” ini memunculkan kontroversi akibat penggambaran sosok tuhan dan roh kudus di film ini adalah seorang perempuan. Di Amerika, banyak kritik yang diberikan atas film ini karena bertentangan dengan isi Holy Bible yang diyakini penganut Kristen. Ada juga yang menyerukan memboikot film yang dirilis Maret 2017 ini.
Namun terlepas dari kontroversi tersebut, ada alasan kuat cerita film ini menggambarkan tuhan sebagai sosok perempuan. Ketika terjadi dialog antara Mackenzie dengan sosok tuhan perempuan yang bernama Elousia, MacKEnzie bertanya “mengapa sosok Bapa, berwujud seorang perempuan?”.
Elousia pun menjawab “Jika aku mengambil sosok seorang ayah, tentu engkau akan berpandagan berbeda karena engkau memiliki trauma terhadap sosok ayah”. Memang diawal film diceritakan bahwa Mackenzie memiliki seorang ayah pemabuk yang keras kepada istri dan anaknya.
Jika ditelaah dengan mendalam, sosok tuhan seharusnya memang tidak berjenis kelamin. Tuhan tidaklah laki-laki ataupun perempuan, karena jika dilekatkan pada sosok yang berjenis kelamin, tentu akan terjadi kontradiksi didalamnya mengingat tuhan adalah roh atau Dzat yang tidak terjelaskan.
Dalam konsep Hindu yang pernah saya tahu, memang ada tuhan yang tidak berjenis kelamin. Misalnya dalam simbol Sanghyang Acintya yang biasanya dimunculkan dibagian atas bangunan suci Padmasana. Pada bagian yang pada anatomi tubuh manusia terdapat alat kelamin, disana muncul gambar trisula, sama dengan gambar pada titik-titik vital lainnya pada sosok penggambaran Acintya.
Tuhan itu sebaiknya tidak berjenis kelamin, bahkan mungkin lebih baik lagi jika tidak beragama. Karena jika Tuhan beragama, rentan dijadikan rebutan yang malah memunculkan peperangan manusia. (T)