30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Hari Ibu”, “Mulut”, “Tua”: Tiga Perempuan Mematangkan Jiwa Keaktoran dalam Diri

A.A.N. Anggara SuryabyA.A.N. Anggara Surya
February 2, 2018
inUlasan

Desi Nurani saat mementaskan lakon Mulut karya Putu Wijaya dalam Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di Kampus Undiksha, Kamis 23 Maret 2017. /Foto: Mursal Buyung

118
SHARES

DENGAN sangat percaya diri harus diakui Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya memberi sumbangan yang besar dalam membentuk aktor untuk menjadi lebih matang. Aktor muda meningkatkan kepercayaan dirinya untuk belajar, berproses, dan bereksperimen, agar pada pementasan berikutnya ia menjadi lebih jago mengusai tubuh sendiri sekaligus menguasai panggung, baik panggung pementasan maupun panggung kehidupan teater yang lebih luas.

Hal itu bisa dilihat pada hari kedua serangkaian pembukaan Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya yang berlangsung pada hari Kamis 23 Maret 2017 pukul 19.00 di ruang teater Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha. Malam itu ditampilkan tiga pementasan dengan aktor/aktris yang semuanya perempuan. Ketiga-tiganya masih bisa disebut muda secara usia maupun pengalaman pentas.

Hari kedua Festival Monolog Putu Wijaya itu dimulai dengan orasi budaya oleh Hardiman Adiwinata. Setelah itu dilanjutkan dengan monolog “Hari Ibu” oleh Teater Kampus Seribu Jendela. Pementasan monolog kedua oleh Komunitas Mahima yang mementaskan “Mulut”. Pementasan terakhir oleh Teater Arik Sariadi yang memainkan naskah “Tua”.

Pembukaan diawali dengan orasi budaya oleh Hardiman Adiwinata tentang “Seni, Ambiguitas dan Manusia”. Secara garis besar, Hardiman mengatakan bahwa teoritikus dan kritikus yang membaca karya seni pada hari ini banyak mengabaikan ‘apa yang tampak,’ semacam persoalan bentuk, wacana, tubuh, teks.

Para teoritikus dan kritikus lebih tertarik kepada isi, muatan, atau konteks atau ‘apa yang disampaikan’. Pembacaan yang tenang dengan tata cahaya yang agak redup, Hardiman menyampaikan orasi selama sekitar 13 menit. Selama itu pula, penonton tetap duduk santai dan sesekali mengabadikan orator yang pada saat itu berada di pojok kiri ruang teater.

Hari Ibu

Dilanjutkan pementasan Teater Kampus Seribu Jendela dengan aktor Yusna Safitri dan disutradarai langsung oleh Hardiman Adiwinata. Pementasan dengan judul Hari Ibu itu dimulai dengan tembakan LCD ke arah kain putih yang menampilkan lukisan perempuan. Tentu saja, sebagian kecil sinar LCD menembus kain putih sehingga membuat langit-langit ruang teater ikut terkena cahaya, namun hal itu justru menambah keindahan artistik pementasan ini.

Yusna Safitri mementaskan lakon Hari Ibu karya Putu Wijaya dalam Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di Kampus Undiksha, Kamis 23 Maret 2017. /Foto: Mursal Buyung

Suara nyanyian serta percikan air ditampilkan secara live di sisi kiri ruang teater. Lalu siluet aktor yang muncul di tengah-tengahnya. Impresi awal yang luar biasa. Yusna semacam memberi keteduhan satir seorang ibu. Tidak ada emosi yang meledak-ledak dan terkesan bermain tegang namun santai. Hal menarik dari pementasan ini adalah repetisi dari salah satu adegan yang cukup membuat penonton kebingungan.

Sehingga tepuk tangan penonton terjadi lebih dari tiga kali. Satu hal yang disayangkan adalah tehnik muncul aktor. Pada dasarnya, jika kostum dan make up sudah dikenakan maka disitulah aktor harus sudah menanggalkan identitas dirinya dan mulai mengenakan identitas panggung.

Sedangkan pada pementasan ini, aktor muncul seolah-olah belum berakting atau barangkali memang sengaja dibuat demikian. Selain hal itu, pementasan ini luar biasa.

Mulut

Berlanjut ke pementasan kedua oleh Komunitas Mahima dengan aktor Desi Nurani dan Sutradara Kadek Sonia Piscayanti. Pementasan berjudul Mulut ini lebih minimalis dan memfokuskan pada kekuatan aktor. Bisa dikatakan minimalis karena tata suara hampir tidak ada dan artistik di panggung hanya sebuah kursi, sebuah meja dan satu kotak kecil make up.

Desi Nurani bermain total saat mementaskan lakon Mulut karya Putu Wijaya. /Foto: Mursal Buyung

Panggung dibuat lebih sempit dengan tata cahaya yang hanya berfokus pada bagian kanan panggung. Memang, keaktoran Desi Nurani layak diacungi jempol. Mulai dari pengaturan tempo sampai stamina mampu dijaga dengan sangat baik dan yang terpenting, pesan dari naskah ‘Mulut’ sampai ke telinga penonton.

Terlepas dari sedikit adegan di mana Desi hampir terperosot akibat lantai yang agak licin dan kursi yang salah satunya kakinya patah akibat dihentakkan terlalu keras, pementasan ini tidak kalah menarik.

Tua

Pementasan terakhir, naskah ‘Tua’ oleh Teater Arik Sariadi yang dimainkan dan disutradarai oleh Arik Sariadi. Tidak jauh berbeda dengan pementasa sebelumnya, pementasan ini juga mengambil tempat yang sama dengan setting lampu yang lebih general. Tata suara pementasan ini hanya biola dan gitar yang dimainkan secara live di belakang layar.

Arik Sariadi memainkan lakon Tua karya Putu Wijaya. /Foto: Mursal Buyung

Memanfaatkan kursi patah yang digunakan saat pementasan tadi dan kain berwarna biru, Arik Sariadi memainkan naskah Tua dengan sangat ciamik. Permainan tempo Arik Sariadi sangat rapat sehingga hampir tidak ada jeda bagi penonton untuk sekedar menghembuskan nafas lega. Suasana agak mencekam dari awal sampai akhir ditambah tata suara yang demikian pas, membuat penonton tidak bisa memalingkan mata dari panggung.

Pada hari kedua ini, fokus pementasan memang lebih banyak ke aktor. Terlepas dari perbedaan naskah, ketiga aktor bisa dibilang bermain dengan porsi yang cukup. Tentu keaktoran untuk setiap naskah berbeda-beda. Sehingga agak tidak mungkin mengatakan pementasan A lebih baik dari pementasan B. begitu pula sebaliknya.

Sehingga barangkali apa yang paling penting dari sebuah pementasan bukanlah hari H saat pementasan. Melainkan proses menuju pementasan. Perlu diingat bahwa proses tidak akan menghianati hasil. Maka jalanilah proses dengan sungguh-sungguh. Salam budaya dan selamat menyaksikan monolog selama tahun 2017. (T)

Singaraja, 2017

Tags: baliFestival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologPutu Wijayaseni pertunjukanTeaterUndiksha
Previous Post

Semua Kucing itu ada di Penjara

Next Post

Film Dokumenter sebagai Perangkat Penelitian Antropologi

A.A.N. Anggara Surya

A.A.N. Anggara Surya

Pemain teater, menulis puisi dan cerpen. Tulisannya berupa ulasan pementasan teater sering dimuat di media massa. Kini sedang menempuh pendidikan di jurusan Bahasa Inggris, Undiksha, Singaraja.

Next Post

Film Dokumenter sebagai Perangkat Penelitian Antropologi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more

“Punia Digital”: Dari Kotak Kayu ke Kode QR

by Dede Putra Wiguna
May 30, 2025
0
“Punia Digital”: Dari Kotak Kayu ke Kode QR

SETELAH melaksanakan persembahyangan di sebuah pura, mata saya tertuju pada sebuah papan akrilik berukuran 15x15cm, berdiri tenang di samping kotak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co