9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Hari Ibu”, “Mulut”, “Tua”: Tiga Perempuan Mematangkan Jiwa Keaktoran dalam Diri

A.A.N. Anggara SuryabyA.A.N. Anggara Surya
February 2, 2018
inUlasan

Desi Nurani saat mementaskan lakon Mulut karya Putu Wijaya dalam Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di Kampus Undiksha, Kamis 23 Maret 2017. /Foto: Mursal Buyung

118
SHARES

DENGAN sangat percaya diri harus diakui Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya memberi sumbangan yang besar dalam membentuk aktor untuk menjadi lebih matang. Aktor muda meningkatkan kepercayaan dirinya untuk belajar, berproses, dan bereksperimen, agar pada pementasan berikutnya ia menjadi lebih jago mengusai tubuh sendiri sekaligus menguasai panggung, baik panggung pementasan maupun panggung kehidupan teater yang lebih luas.

Hal itu bisa dilihat pada hari kedua serangkaian pembukaan Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya yang berlangsung pada hari Kamis 23 Maret 2017 pukul 19.00 di ruang teater Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha. Malam itu ditampilkan tiga pementasan dengan aktor/aktris yang semuanya perempuan. Ketiga-tiganya masih bisa disebut muda secara usia maupun pengalaman pentas.

Hari kedua Festival Monolog Putu Wijaya itu dimulai dengan orasi budaya oleh Hardiman Adiwinata. Setelah itu dilanjutkan dengan monolog “Hari Ibu” oleh Teater Kampus Seribu Jendela. Pementasan monolog kedua oleh Komunitas Mahima yang mementaskan “Mulut”. Pementasan terakhir oleh Teater Arik Sariadi yang memainkan naskah “Tua”.

Pembukaan diawali dengan orasi budaya oleh Hardiman Adiwinata tentang “Seni, Ambiguitas dan Manusia”. Secara garis besar, Hardiman mengatakan bahwa teoritikus dan kritikus yang membaca karya seni pada hari ini banyak mengabaikan ‘apa yang tampak,’ semacam persoalan bentuk, wacana, tubuh, teks.

Para teoritikus dan kritikus lebih tertarik kepada isi, muatan, atau konteks atau ‘apa yang disampaikan’. Pembacaan yang tenang dengan tata cahaya yang agak redup, Hardiman menyampaikan orasi selama sekitar 13 menit. Selama itu pula, penonton tetap duduk santai dan sesekali mengabadikan orator yang pada saat itu berada di pojok kiri ruang teater.

Hari Ibu

Dilanjutkan pementasan Teater Kampus Seribu Jendela dengan aktor Yusna Safitri dan disutradarai langsung oleh Hardiman Adiwinata. Pementasan dengan judul Hari Ibu itu dimulai dengan tembakan LCD ke arah kain putih yang menampilkan lukisan perempuan. Tentu saja, sebagian kecil sinar LCD menembus kain putih sehingga membuat langit-langit ruang teater ikut terkena cahaya, namun hal itu justru menambah keindahan artistik pementasan ini.

Yusna Safitri mementaskan lakon Hari Ibu karya Putu Wijaya dalam Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di Kampus Undiksha, Kamis 23 Maret 2017. /Foto: Mursal Buyung

Suara nyanyian serta percikan air ditampilkan secara live di sisi kiri ruang teater. Lalu siluet aktor yang muncul di tengah-tengahnya. Impresi awal yang luar biasa. Yusna semacam memberi keteduhan satir seorang ibu. Tidak ada emosi yang meledak-ledak dan terkesan bermain tegang namun santai. Hal menarik dari pementasan ini adalah repetisi dari salah satu adegan yang cukup membuat penonton kebingungan.

Sehingga tepuk tangan penonton terjadi lebih dari tiga kali. Satu hal yang disayangkan adalah tehnik muncul aktor. Pada dasarnya, jika kostum dan make up sudah dikenakan maka disitulah aktor harus sudah menanggalkan identitas dirinya dan mulai mengenakan identitas panggung.

Sedangkan pada pementasan ini, aktor muncul seolah-olah belum berakting atau barangkali memang sengaja dibuat demikian. Selain hal itu, pementasan ini luar biasa.

Mulut

Berlanjut ke pementasan kedua oleh Komunitas Mahima dengan aktor Desi Nurani dan Sutradara Kadek Sonia Piscayanti. Pementasan berjudul Mulut ini lebih minimalis dan memfokuskan pada kekuatan aktor. Bisa dikatakan minimalis karena tata suara hampir tidak ada dan artistik di panggung hanya sebuah kursi, sebuah meja dan satu kotak kecil make up.

Desi Nurani bermain total saat mementaskan lakon Mulut karya Putu Wijaya. /Foto: Mursal Buyung

Panggung dibuat lebih sempit dengan tata cahaya yang hanya berfokus pada bagian kanan panggung. Memang, keaktoran Desi Nurani layak diacungi jempol. Mulai dari pengaturan tempo sampai stamina mampu dijaga dengan sangat baik dan yang terpenting, pesan dari naskah ‘Mulut’ sampai ke telinga penonton.

Terlepas dari sedikit adegan di mana Desi hampir terperosot akibat lantai yang agak licin dan kursi yang salah satunya kakinya patah akibat dihentakkan terlalu keras, pementasan ini tidak kalah menarik.

Tua

Pementasan terakhir, naskah ‘Tua’ oleh Teater Arik Sariadi yang dimainkan dan disutradarai oleh Arik Sariadi. Tidak jauh berbeda dengan pementasa sebelumnya, pementasan ini juga mengambil tempat yang sama dengan setting lampu yang lebih general. Tata suara pementasan ini hanya biola dan gitar yang dimainkan secara live di belakang layar.

Arik Sariadi memainkan lakon Tua karya Putu Wijaya. /Foto: Mursal Buyung

Memanfaatkan kursi patah yang digunakan saat pementasan tadi dan kain berwarna biru, Arik Sariadi memainkan naskah Tua dengan sangat ciamik. Permainan tempo Arik Sariadi sangat rapat sehingga hampir tidak ada jeda bagi penonton untuk sekedar menghembuskan nafas lega. Suasana agak mencekam dari awal sampai akhir ditambah tata suara yang demikian pas, membuat penonton tidak bisa memalingkan mata dari panggung.

Pada hari kedua ini, fokus pementasan memang lebih banyak ke aktor. Terlepas dari perbedaan naskah, ketiga aktor bisa dibilang bermain dengan porsi yang cukup. Tentu keaktoran untuk setiap naskah berbeda-beda. Sehingga agak tidak mungkin mengatakan pementasan A lebih baik dari pementasan B. begitu pula sebaliknya.

Sehingga barangkali apa yang paling penting dari sebuah pementasan bukanlah hari H saat pementasan. Melainkan proses menuju pementasan. Perlu diingat bahwa proses tidak akan menghianati hasil. Maka jalanilah proses dengan sungguh-sungguh. Salam budaya dan selamat menyaksikan monolog selama tahun 2017. (T)

Singaraja, 2017

Tags: baliFestival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologPutu Wijayaseni pertunjukanTeaterUndiksha
Previous Post

Semua Kucing itu ada di Penjara

Next Post

Film Dokumenter sebagai Perangkat Penelitian Antropologi

A.A.N. Anggara Surya

A.A.N. Anggara Surya

Pemain teater, menulis puisi dan cerpen. Tulisannya berupa ulasan pementasan teater sering dimuat di media massa. Kini sedang menempuh pendidikan di jurusan Bahasa Inggris, Undiksha, Singaraja.

Next Post

Film Dokumenter sebagai Perangkat Penelitian Antropologi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co