PADA suatu hari di Dunia Krayon. Krayon Merah, Krayon Ungu, dan Krayon Coklat Muda sedang sibuk mewarnai buah-buahan di hutan. Krayon Merah sibuk mewarnai buah apel. Krayon Ungu sedang asik mewarnai anggur. Dan, Krayon Coklat Muda sedang khusyuk mewarnai buah sawo.
“Krayon Merah, apakah apelnya sudah selesai kamu warnai?” tanya Krayon Ungu tanpa menoleh ke arah Krayon Merah.
“Sudah mau selesai. Ini tinggal lagi satu buah apel,” jawab Krayon Merah.
“Gimana dengan kamu, Krayon Coklat Muda? Apakah kamu sudah selesai mewarnai buah sawo?” tanya Krayon Ungu agak teriak. Sebab, tempat Krayon Ungu agak berjauhan dengan posisi Krayon Coklat Muda.
“Ini lagi dua buah sawo belum diwarnai,” teriak Krayon Coklat Muda yang hampir jatuh dari pohon sawo.
Mereka pun menyelesaikan kegiatan itu dengan penuh kepuasan. Dan, dengan rasa kekaguman, mereka beristirahat menikmati warna-wani buah itu dari rumah pohon.
Tiba-tiba, jauh di bawah, mereka melihat Krayon Abu-abu berlari dikejar-kejar Si Gajah.
“Krayon Abu-abu, tunggu aku! Jangan lari terus! Tubuhku belum selesai kamu warnai,” teriak Si Gajah.
“Mengapa Krayon Abu-abu lari dari Si Gajah?” tanya Krayon Merah kepada temannya di atas pohon. Mereka melihat bersama-sama dengan perasaan heran.
Dari atas pohon, Krayon Ungu, Krayon Merah dan Krayon Coklat Muda, melihat Si Gajah terus mengejar Krayon Abu-abu. Sampai Si Gajah kehabisan tenaga. Ia tak memiliki kekuatan lagi mengejar Krayon Abu-abu yang berlari begitu kencang. Si Gajah pun berhenti.
“Mengapa Krayon Abu-abu lari sebelum selesai mewarnai tubuhku? Ah, aku sudah lelah. Nanti saja aku mencari Krayon Abu-abu,” keluh Si Gajah sambil terengah-engah.
Si Gajah beristirahat dan tertidur di bawah pohon.
Krayon Merah, Ungu, dan Coklat turun dari pohon, lalu mendekati Krayon Abu-abu yang sedang kelelahan sehabis berlari.
“Krayon Abu-abu, apa yang terjadi antara kamu dan Si Gajah?” tanya Krayon Merah.
“Aku lelah mewarnai Si Gajah yang besar itu. Lihat tubuhku ini yang semakin kecil karena harus mewarnai Si Gajah Besar yang besar.” cerita si Krayon Abu-abu dengan wajah bersedih.
Krayon Merah, Ungu, dan Coklat Muda pun mendekati Si Gajah yang sedang tertidur.
“Ternyata benar kata Krayon Abu-abu, Si Gajah memang begitu besar,” gumam Krayon Merah.
“Bukankah kita melihat Si Gajah terlihat kecil?” ucap Krayon Ungu yang masih heran.
“Itu kan karena kita berada di atas pohon,” terang Krayon Merah.
Krayon Merah, Ungu, dan Coklat meninggalkan Si Gajah yang sedang tertidur lelap. Mereka berjalan perlahan-lahan agar tidak membangunkan si Gajah. Mereka pun kembali menemui Krayon Abu-abu.
“Krayon Abu-abu, benar perkataanmu. Gajah itu begitu besar,” ungkap Krayon Coklat Muda.
“Sudah aku bilang, Si Gajah itu begitu besar. Aku tidak sanggup lagi mewarnainya,” ucap Krayon Abu-abu yang mulai dipahami oleh teman-temannya.
“Kami akan membantumu mewarnai Si Gajah. Benar kan, Kroyon Merah dan Coklat?” kata Krayon Ungu.
Krayon Merah dan Coklat muda mengangguk tanda setuju. Krayon Abu-abu merasa lega.
Mereka pergi mendekati Si Gajah yang sedang tertidur.
“Pelan-pelan, jangan sampai membangunkan Si Gajah,” bisik si Krayon Abu-abu.
Mereka mulai mewarnai Si Gajah dengan hati-hati. Kulit Si Gajah menjadi berwana merah, ungu, coklat muda, dan abu-abu.
“Si Gajah pasti senang tubuhnya berwarna-warni,” kata Krayon Coklat Muda.
“Iya, pasti Si Gajah akan terlihat lucu,” ucap Krayon Abu-abu.
Ketika Si Gajah bangun, ia heran dengan tubuhnya yang warna-warni.
“Ini bukan warna kesukaanku. Warna kesukaanku adalah abu-abu,” kata Si Gajah sedih.
Si Gajah lari mendekati sungai dan menceburkan dirinya.
***
Dongeng tentang Krayon Abu-abu dan Si Gajah itu sebenarnya adalah karangan Wayan. Ia sedang mempersiapkan bahan mengajar untuk anak-anak PAUD (Pendidikan Usia Dini). Dengan dongeng itu, ia ingin memberitahu anak-anak PAUD tentang warna.
Ketika sedang suntuk masuk ke Dunia Krayon, Wayan tak sadar bahwa sebenarnya dia sedang rapat bersama guru-guru lain. Ia tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya.
“Yan, sudah dapat ide cerita untuk berbicara soal topik warna abu-abu bersama anak-anak?” tanya Angga tiba-tiba.
Wayan gelagapan.
“Sebelumnya kita sudah membahas topik warna merah, ungu, dan coklat muda. Kini gliran membahas topik warna abu-abu” tanya Angga lagi memecah kekhusyukkan Wayan yang tampaknya masih larut dalam Dunia Krayon.
“Sudah, Ga. Kita akan mengawali dengan dongeng ‘Krayon Abu-abu dan Si Gajah’,” jawab Wayan setelah benar-benar sadar ia sedang berada di tengah rapat.
“Lalu apa lagi?” ucap Angga yang ingin mendengar penjelasan lebih lanjut. Wayan pun mengerti yang dimaksud Angga.
“Dari cerita, kita berbicara perasaan Krayon Abu-abu dan seperti apa keluhan si Krayon Abu-abu? Apa saja yang berwarna abu-abu? Kita juga membicarakan soal kerjasama warna yang menimbulkan perpaduan warna yang indah. Kita juga bicara soal riwayat Krayon Abu-abu yang lahir dari pencampuran hitam dan putih, lalu kita membuktikannya dengan mencampur warna bersama anak-anak,” terang Wayan.
“Bagaimana kalau anak-anak juga diajak bermain mewarnai gajah tetapi dengan mata tertutup,” ucap Ibu Nengah mengusulkan idenya.
“Bagaimana cara bermainnya?” tanya Wayan yang tertarik dengan ide itu.
“Kita siapkan sketsa gambar-gambar gajah yang besar dan ditempel di papan. Lalu, anak berpasangan, satu anak ditutup matanya dan pasangannya memberikan instruksi daerah mana saja yang harus diwarnai,” kata Ibu Nengah bersemangat.
“Aku setuju idenya Ibu Nengah,” celetuk Juli.
Mereka pun mempersiapkan semua bahan yang diperlukan dalam kegiatan PAUD besoknya. Namun, Wayan lupa pada Si Gajah yang menceburkan diri di sungai. Ia pun kembali masuk ke Dunia Krayon untuk melihat kejadian yang dialami Si Gajah.
***
Ajaib, setelah menceburkan diri ke sungai, seluruh tubuh Si Gajah berubah menjadi berwarna abu-abu. Si Gajah begitu bahagia melihat kulitnya sesuai dengan warna kesukaanya.
“Ah, aku tak kan lagi menyusahkan Krayon Abu-abu lagi, kasihan dia tubuhnya makin pendek saja,” ucap Si Gajah dalam hatinya. Si Gajah pun pergi ke tengah hutan. (T)