27 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Peristiwa
Konser Ake Buleleng. Foto: Rika/koranbuleleng

Konser Ake Buleleng. Foto: Rika/koranbuleleng

Konser Ake Buleleng: “Timpal Ake, Timpal Ente,” Semua Top…

Made Adnyana Ole by Made Adnyana Ole
February 2, 2018
in Peristiwa
79
SHARES

DALAM konser promo album grup musik Ake Buleleng di Gedung Kesenian Singaraja, Kamis 2 Maret 2017 malam, semua timpal ake datang. Mereka bersorak, mereka ikut bernyanyi.

Timpal ake artinya “teman aku” adalah sebutan untuk fans setia Ake Buleleng. Tapi, bukan hanya timpal ake saja yang datang, nonton, dan bersorak-sorak bergembira. Timpal ente (temen kamu) juga datang.

“Lho, timpal ake, kan timpal ente juga?”

“Ya, tentu saja, timpal ente itu juga timpal ake!”

“Timpal ente itu berteman sama timpal ake!”

“Ente metimpal jak ake! Jadi, timpal-timpal ente dan timpal-timpal ake metimpal masi! Jadi, timpal ente metimpal jak ake, ake metimpal jak timpal ente!”

Nah, bingung kan? Ya, bingung!

Begitulah musik membuat pertemanan jadi begitu membingungkan. Maka, intinya, dalam musik, dalam menikmati musik, semua adalah teman, hanya namanya berbeda-beda. Kelompoknya berbeda-beda, grup musiknya berbeda-beda.

Dalam konser Ake Buleleng di Gedung Kesenian hampir bisa dipastikan semua pemain musik dan vokalis, yang berada di atas panggung, dari kelompok mana pun mereka, adalah berteman.

Maka itu, massa yang datang ke Gedung Kesenian pada malam yang bergembira itu belum tentu semuanya penggemar Ake Buleleng, belum tentu semuanya kelompok “Timpal Ake”. Bisa jadi mereka penggemar mati-matian Motifora, fans sangat berat Navicula dan Rastafaracetamol. Atau timpal setia Empat Detik Sebelum Tidur.

Mereka mungkin timpal ente, tapi ketika bersama-sama mendengar musik yang sama, apalagi di satu tempat yang sama, maka mereka adalah timpal ake.

Cub malu. Ini mau ngomongin timpal atau ngomongin musik? He he he, sori, ini mau ngomongin kedua-duanya. Karena musik dan per-timpal-an memang sangat erat berkelindan-berkaitan.

Jika tak metimpal, mana mau Motifora, Navicula, Rastafaracetamol, Empat Detik Sebelum Tidur, Hari PW Bintang dan Gaguk Gitar, berada di atas panggung, padahal acara itu bertajuk adalah promo lagu Ake Buleleng. Analoginya, mana mau Mc.Donald berjualan di tempat yang sama padahal saat itu KFC sedangn promo menu baru.

Mereka mau karena timpal. Mungkin ada honornya, tapi bukan semata duit yang membuat mereka bersemangat turut-serta, tapi timpal. Itulah yang membedakan dengan konser besar di sebuah tempat yang terdiri dari berbagai jenis grup musik, tapi mereka datang karena dibayar oleh satu promotor. Di arena konser itu, penontonnya adalah masing-masing penggemar grup, tak ada timpal ake tak ada juga timpal ente.

Musik adalah bahasa yang paling abstrak. Meski abstrak, musiklah yang mampu menggerakkan emosi manusia. Termasuk emosi dalam berteman, berkelompok, dan bergandengan.

Timpal ake, Plato, seorang filsuf dari zaman Yunani Kuno, mengatakan musik mampu membuat suatu negara memiliki kekuatan yang besar serta kejayaan, sebaliknya musik juga mampu mendorong kejahatan dan meruntuhkan pemerintahan.

Jadi, ake ingin mengatakan Konser Promo Album Ake Buleleng, memang berhasil menghadirkan konsep kebersamaan dalam perbedaan. Selaras, meski beda lirik. Yang satu liriknya polos-mekeplos, yang satu liriknya puitis. Sepakat, meski beda nada. Yang satu bernada kasar, yang satu nadanya mellow.

Ake Buleleng kolaborasi dengan dolanan dari Sanggar Manik Utara. Foto: Kardian Narayana

Dalam konser itu, Ake Buleleng yang digawangi Budi Kurniawan alias Unyil (drum), Ngurah Noky (bass), Gde Kurniawan (gitar), Yoga (vokal), Andik (vokal), Agus Jrink (vokal), dan Pande Unyil (vokal) itu, memainkan lagu-lagu yang ada di album perdana “Yuk ke Buleleng”.

Dengan kerendahan hati, mereka juga mengcover lagu “Ciri-Ciri” milik penyanyi pop Bali, Yong Sagita, yang terkenal pada tahun 1990-an. Pada beberapa lagu, Ake Buleleng memainkannya secara kolaborasi bersama musisi lain, seperti Gitaris Bintang Hari PW dan Gaguk gitar.

Jika bicara soal timpal-metimpal, kolaborasi semacam itu tak bisa dilakukan dengan apik jika  mereka tak berteman dari hati ke hati. Karena kolaborasi bukan soal main bersama, tapi bagaimana antar mereka saling menyentuh, saling memasuki. Misalnya Gede Kurniawan seakan ikut memetik gitar Hari PW, dan Hari PW seakan ikut memainkan vocal Yoga atau Andik.

Yang menarik, Ake Buleleng melakukan kolaborasi dengan Sanggar Manik Utara pada lagu Megoak goakan. Lagu itu diawali dengan dolanan megoak-goakan, disusupi kemudian dengan lagu Megoak-goakan ciptaan Ake Buleleng. Dolanan adalah jenis musik (bunyi-bunyian) yang dikenal manusia Bali saat kecil, dan itu seakan menjadi pengingat bahwa Ake Buleleng tak pernah melupakan akar, asal-usul, atau riwayat.

Jadi, siapa pun yang berada di atas panggung itu, apakah timpal ake, apakah timpal ente, pokokne semuanya top. (T)

Tags: Ake Bulelengbulelenglagumusik
Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Net
Esai

Kisah Petani Kopi, Burung Punglor, dan Mistis Spiritual Bali di Batas Wallacea

Kisah Petani Kopi DI sebuah desa di Tabanan Kauh, Bali, seorang petani kopi sibuk bekerja di kebun  merabas rumput. Karena ...

February 2, 2018
Foto: Van Amri
Opini

Galungan dan Anggota Dewan: Kena “Todong”, Ada HP Mati, Ada Tenang Saja

HARI Raya Galungan dan Kuningan tentu saja disambut bahagia semua umat Hindu di Bali. Namun, tak begitu dengan sejumlah anggota ...

February 2, 2018
Esai

Perjuangan, Kerinduan dan Keyakinan

Lima tahun yang lalu saya memutuskan banting setir dan berangkat ke kapal pesiar. Semua pekerjaan yang saya lakoni, saya tinggalkan. ...

April 16, 2020
Tim Film Kanya dari SMAN 3 DEnpasar/ist
Kilas

Film “Kanya” karya Ning Gayatri dari SMAN 3 Denpasar Juara di LKAS 2018

Setelah filmnya menjadi pemenang dalam Lomba Film Dokumenter Kategori Pelajar Denpasar Film Festival (DFF) 2018, kini sutradara AAI Sari Ning ...

October 6, 2018
Pementasan teater anak-anak tunanetra dari Komunitas Teratai di Taman Budaya Denpasar
Kilas

“Kekuatan Mata Hati” – Ketika Penyandang Tunanetra Bermain Drama

  KOMUNITAS Teratai tampail lagi bermain teater. Jika sebelumnya mereka bermain di Bentara Budaya Bali, pada Jumat sore 19 Agustus  ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Bermain sky di Jepang {foto Riris Sanjaya]
Khas

Bermain Ski ala Pandemi di Awal 2021 | Kabar dari Jepang

by Riris Sanjaya
January 26, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Made Adnyana Ole [Ilustrasi Nana Partha]
Esai

Filosofi Luluh Sate

by Made Adnyana Ole
January 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1362) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In