26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Ist

Ist

Lebih Baik “Maceki” daripada ke Alexis

Made Adnyana Ole by Made Adnyana Ole
February 2, 2018
in Esai
279
SHARES

KETIKA Alexis tiba-tiba jadi bahan debat pasangan calon (paslon) Pilkada DKI Jakarta yang disiarkan secara luas melalui jaringan TV nasional, orang-orang di desa yang sepi pun kini dengan pasih bisa ngobrol tentang Alexis.

Usai debat, seorang teman yang tinggal di wilayah pantai di Bali Timur menulis di laman facebook-nya: “Nelayan di teluk paling sepi di ujung Bali Timur pun sekarang tau apa itu Alexis dari debat calon gubernur DKI. Alexis dapat iklan gratis…”

Baru-baru ini saya kaget dengar percakapan sejumlah ABG di sebuah kampung. Mereka berkelakar saat ditanya mau ke mana oleh teman-temannya?

“Ke Alexis jep.  Kal milu? Adep tanahe malu!”  Begitulah jawab kelakar itu, yang kemudian diikuti tawa berderai dari teman-temannya yang bertanya. “Ke Alexis sebentar saja. Mau ikut? Jual tanahmu dulu!”  Ha ha ha…

Saya sendiri benar-benar tak tahu apa itu Alexis. Benar-benar tak tahu. Tidak tahu secara teks, artinya tak pernah membaca tentang Alexis di buku atau di media massa. Tidak tahu juga secara fisik, artinya mungkin saya pernah lewat di depannya, tapi tak pernah melihat apalagi memasukinya.

Sampai akhirnya Alexis muncul dalam debat pilgub DKI itu. Dan saya baru kitip-kitip cari tahu makhluk apa yang didebatkan itu. Ah, malu saya jadi wartawan.

Dari pengetahuan yang saya dapat di mesin pencari milik Pekak Google akhirnya bisalah saya membayangkan apa itu Alexis.  Dalam bayangan saya, benda yang dihebohkan  itu hanya hotel yang berisi tempat hiburan. Itu biasa. Sungguh biasa. Banyak hotel yang seperti itu. Hanya konon tarif hiburannya di Alexis sangat mahal, mungkin setara dengan harga 500 piring tipat cantok, atau setara dengan harga 1.000 gelas daluman.

Hiburan seperti apa semahal itu? Itu mungkin pertanyaan yang agak luar biasa. Maaf, saya benar-benar tak mau sok tahu menjawab hanya dengan membaca keterangan sepenggal-sepenggal lewat google. Tapi dari sepenggal-sepenggal itu saya punya imajinasi. Imajinasi aneh. Hanya imajinasi, karena lewat mimpi pun saya tak pernah masuk ke situ.

Apakah imajinasi saya sesuai kenyataan? Iseng-iseng saya melakukan investigasi kecil-kecilan. He he he, investigasinya bukan ke Alexis, tapi cukup mencari informasi dari sejumlah teman yang saya duga pernah ke tempat itu. Saya ingin mendengar cerita dari narasumber yang benar-benar pernah menikmati hiburan  yang konon seperti sorga dunia itu. Namun investigasi saya gagal. Tak satu pun narasumber mengaku pernah ke sana.

Seorang teman pemandu wisata yang kerap bolak-balik Jakarta-Bali ngantar rombongan turis mengaku tak pernah ke tempat yang bagi saya sangat imajiner itu. Ia memang ingin ke situ, tapi tak mampu. Mahal, katanya. “Sempat mencoba masuk sampai di depan saja, begitu tahu tarifnya, saya langsung ngelingus. Malu!” ujarnya.

Beberapa teman pejabat, baik di lembaga ekskutif maupun legislatif, yang kerap melakukan kunjungan kerja (kunker), studi banding, atau urusan pemerintahan ke ibukota, yang sempat saya mintai info juga mengaku tak pernah ke tempat itu. Tak pernah. Sumpah.

Tapi saya sempat mendapat jawaban menarik.  Katanya: “Lebih baik maceki daripada ke Alexis!”

Saya tertawa, lalu mengambil kesimpulan bahwa mereka, narasumber yang kebanyakan memang teman-teman saya, baik dari kalangan pengusaha maupun pejabat, ternyata masih punya pikiran jernih untuk tidak memenuhi nafsu mencari hiburan di ibukota, apalagi pada saat bekerja. Apalagi tarif hiburannya tak hanya bisa menguras uang saku bekal kantor, tapi juga membobol uang cadangan SPP anak-anak yang siap dibayarkan saat pergantian semester. Syukurlah.

Eh, agar tak salah paham, ungkapan “lebih baik maceki” itu jangan kemudian diartikan bahwa para pejabat yang kunker ke Jakarta itu benar-benar suka maceki  di kamar hotel tempat mereka menginap. Bukan begitu maksudnya. Jangan salah paham.

Ungkapan itu hanya perumpamaan belaka. Artinya jika harus memilih, maka mereka akan memilih lebih baik maceki di kamar hotel tempat mereka menginap, ketimbang ke Alexis. Artinya mereka tak benar-benar maceki.

Sekali lagi, itu hanya perumpamaan, pengandaian. Karena kalau ke Alexis yang hiburannya bertarif mahal  itu, mereka pasti pulang dengan “kekalahan”, uang terkuras. Tapi kalau maceki, uang mungkin terkuras karena kalah, tapi mungkin juga bertambah karena menang. Jadi, dalam maceki masih ada kemungkinan menang. Paham kan?

Tapi, kalau pun mereka benar-benar maceki, ya tak apa-apa juga. Saya yakin banyak yang mendukung, terutama para istri. Ya, daripada ke Alexis…  (T)

Tags: AlexisDKI Jakartagaya hiduphotelPilkada
Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Sumber foto: antaranews.com
Opini

“Om Telolet Om” Mungkin Rencana Tuhan di Tahun Baru – Tapi Pedagang Terompet tak Ngerti…

DI sejumlah tempat di Denpasar, misalnya di sepanjang Jalan Sudirman, sejumlah pedagang terompet meraup rejeki musiman menjelang Tahun Baru 2017. ...

February 2, 2018
Tari, Musik dan lagu, partisipasi Konsulat Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali - Senin, 17 Juni 2019, 19.30 wita.(Foto Widnyana Sudibya)
Kilas

Ada Cina di Pesta Kesenian Bali

Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 ini diwarnai juga oleh tari dan lagu-lagu dari seniman-seniman Tiongkok atau Cina. Mereka, ...

June 18, 2019
Motor replika Ducati. # Foto ilustrasi: Google
Opini

Anak SD dan Motor “Keren”-nya

MOTOR, siapa sih yang tidak tahu apa itu motor? Lah, motor digunakan untuk sarana transportasi untuk mencapai tujuan. Lalu bagaimana ...

February 2, 2018
Esai

Solidaritas Nak Buleleng

Kamis (7/3/2019) dini hari. Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Beberapa jam lagi, Nyepi sudah dimulai. Untuk pertama kalinya ...

March 8, 2019
Acara

Luh Menek, Made Sidia dan Ayu Laksmi, Gelar Karya di Bentara Budaya Bali

Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkerja sama dengan Bentara Budaya Bali mengetengahkan Pentas Cantrik Maestro 2019. ...

July 12, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In