11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Masa Depan Kekuasaan Preman di Negeri Kita

Riki Dhamparan PutrabyRiki Dhamparan Putra
February 2, 2018
inOpini

Sumber foto: google

3
SHARES

DALAM sejarah budaya kita, kadang-kadang semangat cinta tanah air dibangun dengan imajinasi premanisme. Artinya masyarakat memproduksi tokoh-tokoh fiktif berlatar belakang preman (orang tahanan, jawara, centeng) untuk melakukan propaganda anti penjajah.

Tokoh-tokoh fiktif itu, biasanya juga bertindak dengan cara-cara preman, seperti membunuh polisi, membongkar tangsi, atau menciptakan kegiatan-kegiatan huru-hara yang prinsipnya berlawanan dengan hukum-hukum resmi.

Inilah yang kita lihat pada fenomena cerita si Pitung dan Sakerah misalnya. Yang meminjam unsur heroisme lokal untuk menciptakan tokoh-tokoh fiktif yang berani menentang kemapanan hukum kolonial.

Dua cerita itu, sangat populer, (khususnya Jawa dan Betawi) sejak dari akhir abad 19 di masa pemerintahan Hindia Belanda. Pak Sakerah sendiri pernah sangat populer dalam kesenian ludruk Jawa Timur pada kisaran akhir abad 19 hingga awal-awal republik. Bahkan menurut budayawan Madura, D Zawawi Imron, Pak Sakerah masih digemari sampai era 1950-an dan masih menyertai streotipe negatif yang ditimpakan kepada orang Madura hingga hari ini.

Sungguh menarik mengamati, karena ternyata pada zaman republik, cerita-cerita itu kembali direproduksi dan diselebrasi lewat media filem. Pak Sakerah misalnya, pertama difilemkan pada tahun 1988 oleh perusahaan film PT Merdeka Jaya Putra, diskenario dan disutradarai oleh B. Z. Kadaryono.

Sedang si Pitung jauh hari sebelumnya, yakni pada 1931 telah difilmkan menurut versi kolonial. Kemudian pada tahun 1970 muncul pula film Si Pitung versi baru yang skenarionya ditulis seniman Betawi S.M Ardan dan disutradarai Nawi Ismail.

Terlepas dari upaya sejumlah peneliti sosial budaya yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh tersebut hanya fiksi, toh, kenangan terhadap mereka masih hidup pada angan masyarakat. Malahan, di Jakarta Utara rumah Si Pitung dijadikan cagar budaya, serta pernah dijadikan tempat deklarasi Capres pada 2014 lalu.

Ini menandakan bahwa ikon-ikon budaya bernuansa jawara, selalu potensial untuk berkorelasi dengan kegiatan politik kekuasaan.

Masa Depan

Belum ada referensi yang meyakinkan apakah budaya jawara memang mempunyai akar yang kuat dalam budaya tradisi masyarakat kita. Meskipun kita mendapati sejumlah cerita rakyat mengenai kependekaran dan kejawaraan mulai tumbuh semenjak adanya kolonialisme sebagai latar belakang baru.

Lagi pula, bahan-bahan tertulis mengenai cerita jawara itu, yang dapat digunakan sebagai referensi otentik untuk mengukur kebenaran realitasnya, jarang sekali. Tidak semudah memperolehnya dari cerita-cerita lisan yang kebanyakan muncul pada abad 19. Umpamanya melalui roman sejenis “roman pergaoelan” atau setipe komik yang menampilkan semangat percentengan itu.

Satu hal yang bisa dipastikan, munculnya figur-figur mitos para jawara ini – yang menonjolkan kesaktian fisik dan memuja aspek kriminalnya – pada dasarnya bertentangan dengan bahan-bahan budaya tradisional mengenai “orang yang layak dihormati”.

Sebagai misal, dalam kebudayaan Jawa umumnya, tokoh-tokoh idola yang dijadikan teladan adalah mereka yang alim seperti pemimpin agama, ulama dan raja-raja yang adil. Hal ini berlangsung semenjak dari masa Hindu-Budha dan Islam. Malahan, tokoh-tokoh sejarah yang kental dengan unsur keragaan kebanyakan diproduksi oleh babad yang tidak jelas sumbernya.

Contoh yang kuat untuk mengemukakan pendapat ini adalah dengan memperhatikan kisah-kisah pewayangan yang tokoh-tokoh ceritanya melambangkan berbagai karakter manusia. Meskipun tokoh-tokoh pewayangan mempunyai ilmu kesaktian beragam rupa, bahkan ada yang sampai bisa memindahkan gunung, tidak ditonjolkan aspek fisiknya itu. Melainkan yang ditonjolkan nasehat di balik kisah-kisah tersebut.

Berdasarkan itu, sementara pengkaji lebih melihat fenomena budaya preman atau jawara ini, dalam sejarahnya merupakan dampak dari kegagalan pemerintah kolonial menegakan hukum. Pada tahap berikutnya, yakni pada fase republik, para preman ini muncul berbarengan dengan upaya pengorganisasian massa di zaman revolusi kemerdekaan, yang berlanjut pada pengorganisasi massa ketika republik sudah terbentuk untuk kepentingan politik golongan.

Fase ketiga, pada Zaman Pembangunan, munculnya kota-kota megapolitan pada awal 1980-an tampaknya disertai dengan menggejalanya kecenderungan untuk mengidentifikasi sebuah kota sebagai daerah preman dalam imajinasi masyarakat. Ini bisa dilihat misalnya, dari semboyan-semboyan yang melekat pada sebuah kota para kurun 80-an itu. “Awas, ini Medan Bung”, dan serupanya.

Fase yang paling buruk tampaknya terjadi pasca reformasi, ketika budaya preman menjadi gejala umum dalam politik. Hal inilah yang kerap dikritik pengamat telah terwujud dalam fenomena satgas partai, laskar dan milisi-milisi yang mempunyai kontak serius dengan partai politik. Belakangan nama-nama dan simbol organisasi itu malahan banyak menggunakan simbol-simbol dan atribut budaya lokal.

Apakah masyarakat takut? Tentu saja takut, karena nyatanya organisasi-organisasi massa seperti itu sering terlibat bentrok satu sama lain. Namun yang lebih menakutkan adalah ketika para pemimpin mereka muncul sebagai orator politik, ketua badan pemenangan pemilu dari partai yang didukungnya, menjadi bupati, dan mempunyai posisi atau pengaruh yang signifikan dalam kekuasaan. Realitas ini, tak terpungkiri, makin meyakinkan kita, bahwa preman selalu punya masa depan di negeri kita. (T)

Tags: Indonesiakekuasaanpreman
Previous Post

Saraswati, Krisna-Arjuna, dan Guru Tercinta – Renungan Kritis Pendidikan Kita

Next Post

“Ngidu di Bungut Paon”: Dialog Masa Lalu dan Nikmat “Sambel Matah”

Riki Dhamparan Putra

Riki Dhamparan Putra

Lahir di Padang, pernah tinggal di Bali, kini di Jakarta. Dikenal sebagai sastrawan petualang yang banyak penggemar

Next Post

“Ngidu di Bungut Paon”: Dialog Masa Lalu dan Nikmat “Sambel Matah”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co