10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kematian Bahasa Daerah di Uni Eropa – Perbandingan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN

Kadek Heny SayuktibyKadek Heny Sayukti
February 2, 2018
inEsai

Phillipe Grangé (kiri), pakar bahasa dari Universitas La Rochelle di Perancis, pada Forum Ilmiah XII tentang “Peranan Bahasa pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), 26 Oktober 2016. #Foto: koleksi penulis

89
SHARES

TIDAK banyak yang mengira bahwa kini masyarakat Eropa ternyata malas dalam mempelajari bahasa asing. Meski perkembangan pendidikan di Eropa sangatlah pesat, siapa sangka bahwa mereka merasa itu tidak penting.

Salah satu contoh di Perancis, masyarakat beranggapan dengan menguasai bahasa nasionalnya saja mereka sudah dapat pekerjaan layak sehingga belajar bahasa asing hanyalah buang-buang energi dan biaya. Sikap fanatik dengan bahasa nasional ini juga didukung oleh banyaknya sistem terjemahan di negara tersebut. Bahkan film-film dan tayangan televisi asing banyak yang di-dubbing dengan bahasa Perancis sehingga memperkecil peluang bahasa asing untuk terekspos di negeri tersebut.

Berbeda dengan ASEAN yang memiliki bahasa pengantar berupa Bahasa Inggris, Uni Eropa mempekerjakan banyak sekali penerjemah untuk 23 bahasa dari seluruh 27 negara. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan unit kerja bahwa setiap negara berhak mendapatkan surat atau pemberitahuan dalam bahasa nasionalnya masing-masing sehingga hal itu menjadi sebuah panen raya bagi para penerjemah.

Bagi Phillipe Grangé, seorang pakar bahasa dari Universitas La Rochelle di Perancis, biaya pengadaan penerjemahan ini bisa saja terkesan pemborosan tapi jika ditelusuri dari segi pajak, masing-masing masyarakat Uni Eropa hanya menghabiskan 2,3 euro dari seluruh pajak yang mereka bayarkan.

Lalu, kenapa masyarakat Eropa masih malas mempelajari bahasa asing meski peluang bekerja sebagai penerjemah sangat besar di sana? Melalui Forum Ilmiah XII tentang “Peranan Bahasa pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), 26 Oktober 2016, Philippe Grangé menjawab semua keanehan dan keunikan eksistensi bahasa daerah dan bahasa asing di Uni Eropa. Naasnya, bahasa daerah sudah hampir punah, khususnya di Perancis.

Dalam sambutan pembukaan, Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI, Didi Suherdi menegaskan agar masyarakat Indonesia bisa “mengutamakan Bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahasa asing”.

Namun, hal ini sangat berbeda dengan sejarah revolusi Perancis yang meletus pada tahun 1789. Menurut Grangé, yang terjadi di sana adalah “utamakan Bahasa Perancis, musnahkan bahasa daerah dan abaikan bahasa asing.” Buruknya, revolusi besar-besaran tersebut melahirkan keegoisan rasa nasionalisme yang terlalu tinggi sehingga mendorong masyarakat untuk membenci negara lain.

Membenci negara lain berarti membenci bahasanya. Tidak hanya di Perancis, negara seperti Italia, Jerman, Inggris, Rusia dan lainnya juga cenderung fanatik dengan bahasa nasionalnya saja. Inilah yang mendorong kemalasan akan mempelajari bahasa negara tetangga di Uni Eropa.

Apakah sampai sekarang mereka masih benci-bencian? Tentu tidak, hanya saja masih malas untuk memahami bahasa satu sama lain.

Bahasa Daerah, Bahasa yang kotor

Jika di Indonesia seorang anak dengan fasihnya bisa menguasai bahasa daerah, bahasa nasional dan bahasa Inggris, di Perancis banyak masyarakatnya yang monolingual seumur hidup. Sebenarnya ada banyak sekali bahasa daerah yang tersebar di Perancis sebelum revolusi pecah, salah satunya adalah bahasa latin.

Meskipun sekitar 200 tahun yang lalu pendidikan sangat rendah, masyarakat masih banyak yang bilingual dan menggunakan bahasa latin. Justru menginjak zaman globalisasi, terjadi penurunan kemampuan berbahasa. Ini juga sebuah keanehan karena sistem pendidikan di Perancis sudah jauh berkembang dibanding dengan era sebelum revolusi.

“Bahasa nasional Perancis adalah bahasa daerah yang punya tentara,” ungkap Grangé yang sangat fasih berbahasa Indonesia ini. Bisa juga dikatakan sebagai bahasa kerajaan yang digunakan oleh bangsawan elit Perancis. Dikatakannya punya tentara, untuk menekankan betapa kuatnya bahasa itu dikawal.

Anehnya lagi, ketakutan akan perpecahan menimbulkan anggapan bahwa bahasa daerah adalah sebuah ancaman besar sehingga dikeluarkannya peraturan resmi dari pemerintah untuk melarang penggunaan bahasa daerah. Salah satu dampaknya adalah banyak tulisan-tulisan berbahasa latin yang diubah menjadi bahasa Perancis.

Yang paling aneh adalah pemerintah juga membentuk sebuah bahasa rekayasa yang merupakan gabungan dari beberapa bahasa daerah. Konyolnya, masyarakat menganggap itu bukanlah sebuah bahasa karena terkesan sangat manipulatif dan dipaksakan. Sementara di sekolah-sekolah, berbahasa daerah dianggap kotor layaknya meludah.

Perumpaaan ini adalah sebuah doktrin bagi anak-anak agar mereka paham betapa buruknya berbahasa daerah. Jika ada anak yang diketahui berbahasa daerah, maka ia berhak diberi hukuman fisik. Jadi, hanya ada satu bahasa yang bertahan hidup yakni Bahasa Perancis.

Apakah bahasa daerah bisa dimekarkan lagi di Perancis? Tampaknya ini sangat sulit karena jumlah penutur bahasa daerah yang sudah berkurang. Selain itu, masyarakat tidak pernah merasa itu sebuah kekhawatiran yang besar karena mereka merasa tenang-tenang saja selama ini tanpa mengenal bahasa daerahnya.

Salah satu fenomena unik adalah saat Grangé menanyakan mahasiswanya tentang seberapa dalam mereka memahami bahasa daerah di kampungnya masing-masing. Sayangnya, kurang dari 2% yang tahu bahasa daerah dan itu pun tidak bisa dibilang fasih karena mereka hanya bisa mengucapkan 3 sampai 4 patah kata saja.

Lemahnya pertahanan bahasa daerah di Perancis membuat Grangé merasa iri terhadap nasib bahasa-bahasa daerah di Indonesia.

Beruntungkah Bahasa Indonesia?

Ada negara yang terbentuk karena kesamaan bahasa tuturnya. Ada juga yang terbentuk karena kesamaan suku dan agama. Di Perancis, bahasa sangat dipertimbangkan sebagai pembentuk negara. Namun, Indonesia adalah negara yang terbentuk karena kebhinekaannya dan tidak banyak negara yang mampu berdiri dalam sebuah kebhinekaan.

Meski penutur bahasa daerah di Indonesia juga mengalami penurunan, untungnya kita tidak pernah merasa keberadaan bahasa daerah adalah sebuah ancaman. Justru keberagaman budaya adalah fakta yang patut dirayakan.

Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), bahasa Indonesia berpeluang tinggi untuk menjadi bahasa pengantar di ASEAN. Dilihat dari jumlah penuturnya, 1/3 penduduk ASEAN adalah penutur Bahasa Indonesia dan jika digabungkan dengan ragam bahasa Melayu lainnya yakni bahasa Malaysia dan Brunei Darusalam, maka berkisar 45% penduduk ASEAN adalah penutur Bahasa Melayu.

Lalu, kenapa masih saja menggunakan Bahasa Inggris? Padahal sudah tahu bahwa Bahasa Inggris hanyalah bahasa yang digunakan oleh kalangan pejabat dan birokrat saja, dan tidak bisa mengakrabkan komunikasi masyarakat ASEAN. Mungkin penduduk di Indonesia sendiri belum tentu semua sadar akan dirinya adalah warga ASEAN.

Maka, bercermin dari bahasa unit kerja Uni Eropa, mungkin ASEAN tidak perlu menerapkan aturan ekstrim yang menyulut fanatisme akan bahasa nasional masing-masing. Akan tetapi, alangkah indahnya jika bahasa dan budaya negara ASEAN masing-masing dapat saling dipelajari di negara lainnya sehingga timbul kolaborasi yang kokoh dalam melestarikan bahasa dan budaya, termasuk bahasa-bahasa daerah di masing-masing negara. (T)

Tags: aseanBahasabahasa daerahperancisuni eropa
Previous Post

Pameran Qilin: Membaca Kisah Tionghoa-Singaraja dalam Karya Rupa

Next Post

“Dear Para Jomblo, Kita Beruntung!” – Sebuah Perspektif dari Orang Jomblo

Kadek Heny Sayukti

Kadek Heny Sayukti

Lahir di Gianyar, Bali. Suka menulis dan melukis. Begitu lulus dari Pendidikan Bahasa Inggris, Undiksha, Singaraja, sempat mengajar di Denpasar. Kini tinggal di Bandung, menempuh pendidikan English Language Teaching di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Next Post

“Dear Para Jomblo, Kita Beruntung!” – Sebuah Perspektif dari Orang Jomblo

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co