11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mengurus Hidup, Merawat Mati, di Bali

Gde Aryantha SoethamabyGde Aryantha Soethama
February 2, 2018
inOpini

Foto: Mursal Buyung

114
SHARES

MENYELENGGARAKAN ngaben megah menghabiskan banyak uang, diurus oleh beratus-ratus orang dengan uang ratusan juta rupiah, adalah salah satu contoh, betapa orang Bali senang sekali merawat kematian dengan sangat serius, seksama, hati-hati, penuh perhitungan.

Sering kali kematian dianggap lebih penting tinimbang hidup. Bagi orang Bali, jika kematian dirawat dengan apik, kelak roh akan menitis kembali lebih sempurna.

Namun, tiada mati jika tak ada hidup. Bagi kebanyakan orang Bali, bagaimana mengurus hidup, sering tidak ada kaitan dengan bagaimana mengurus kematian.

Seorang lelaki, ayah empat anak lanang, kakek belasan cucu, bisa menjadi contoh, alangkah buruk orang-orang terdekat mengurus hidupnya, namun mereka merawat kematian dirinya dengan sangat baik, megah, meriah.

Lelaki itu seorang petani, tak punya cukup uang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya sampai ke sekolah tinggi. Yang diajarkan adalah, hidup harus diurus dengan ulet, teguh, bermartabat. Anak-anak itu kemudian menjadi pekerja keras.

Seorang jadi pegawai negeri, meneruskan sekolah setelah bekerja dengan biaya sendiri, jadi profesor. Seorang jadi politikus dengan banyak pengikut. Dua yang lain jadi pengusaha. Semua anak-anak itu sukses, jadi manusia-manusia terpandang.

Mereka tinggal berpencar di kota-kota di Jawa. Untuk menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai krama (warga) banjar, laki-laki itu melakoninya sendiri sampai tua renta. Tak seorang pun di antara anak-anak itu sudi pulang kampung. Mereka mengaku, harus banting tulang mencari penghidupan, buat biaya sekolah anak-anak, cucu-cucu si kakek, agar mereka bisa menikmati sekolah lebih baik dibanding orang tuanya.

Kakek itu pun hidup kesepian. Hidupnya nyaris tidak terurus. Ketika ia sakit-sakitan, anak-anaknya cuma mengirim uang untuk biaya perawatan. Jumlahnya banyak. Anak dan ayah itu tak hanya dipisahkan oleh jarak dan waktu, tapi juga oleh kesibukan putra-putranya untuk mencari uang.

“Dulu aku tak bisa mengurus hidup dan sekolah anak-anakku dengan baik, karena aku tak punya uang. Kini, ketika anak-anakku banyak uang, mereka tak punya waktu untuk mengurus hidupku,” kata hati kakek itu. “Kalau begitu, apa bedanya kaya dengan sedikit punya uang?”

Sunyi sepi sendiri sekian lama, setelah istrinya tiada, kakek itu meninggal dalam kesepian. Empat anak laki-laki itu pun berdatangan ke Bali. Mereka berembuk, kemudian sepakat, akan menyelenggarakan upacara ngaben yang megah.

Menurut mereka, begitulah cara terbaik untuk menghormati mendiang ayah mereka yang hidup ulet, teguh, kendati hanya sebatas sebagai petani. Mereka sepakat akan merawat kematian ayah mereka dengan serius, hati-hati, rinci, teliti, sebagai wujud penghormatan.

Ngaben besar, melibatkan banyak orang, pasti menghabiskan banyak uang. Jika saja ketika mati seseorang bisa bicara, si ayah, kakek itu, ingin ngomong, “Tak usahlah kalian menghamburkan banyak uang untuk kematianku. Mengapa kalian membiarkan aku hidup sunyi sendiri, tak terurus, tapi justru memberi perawatan ketika aku mati? Mengapa kalian menempatkan kematian lebih tinggi derajatnya tinimbang hidup?”

Lebih penting mana, hidup atau mati? Bagi orang Bali, kematian bisa berarti lebih bermakna tinimbang hidup. Di beberapa daerah di Gianyar (Bali Selatan, 25 km timur Denpasar), kematian kadang-kadang dirawat seperti seseorang atau sebuah keluarga mengurus hidup.

Seorang anggota keluarga yang mati, lalu dikubur, tetap diberi pelayanan seperti ketika ia hidup. Pelayanan itu misalnya dalam wujud otonan (manusa yadnya), memperingati hari lahir setiap 210 hari sekali. Upacara ngotonin diselenggarakan selama tiga kali. Setelah tiga kali otonan, biasanya diteruskan dengan ngaben.

Upacara ngotonin diselenggarakan di kuburan. Sesaji dihaturkan di atas pusara, dengan doa-doa. Kadang seseorang yang meninggal sudah uzur, dan karena selama hidup jarang menyelenggarakan otonan, hari otonan itu pun terlupakan. Untuk itu, otonan untuk merawat kematian pun diubah. Yang ditetapkan untuk ngotonin adalah hari ketika ia meninggal, bukan hari ketika ia lahir.

Tidakkah ini pertanda, orang Bali sangat teliti merawat kematian, jauh melebihi dibanding mereka mengurus seseorang itu semasa hidup? Perhatian kerabat, keluarga, terhadap seseorang memang lebih kentara justru ketika dia mati. Ketika mati seseorang menerima pelayanan istimewa dari sanak saudaranya.

Banyak yang memberi sumbangan kain bagus-bagus justru setelah ia mati. Yang lain memberi duit, dilemparkan ke liang lahat sebelum jazad ditimbun. Uang atau kain itu ikut dibakar jika jazadnya diaben. Semasa hidup, tak seorang pun memberinya duit, apalagi menghadiahinya kain atau baju. Untuk apa baju-baju, kain-kain, dan uang itu, bagi si mati?

Di Bali banyak bisa dijumpai orang miskin, orang sakit, mereka yang hidup terlunta-lunta. Krama desa adat jarang peduli pada masalah-masalah kemiskinan. Mereka tidak tertarik membahas tentang manusia-manusia miskin atau orang-orang sakit. Mereka lebih senang membahas persoalan-persoalan tentang berbagai kegiatan upacara atau sesaji yang patut diberikan kepada seseorang yang sudah mati.

Apakah berlebihan jika kemudian kita katakan, orang Bali lebih senang merawat kematian tinimbang mengurus hidup? Karena memang, mereka ogah diajak berdebat tentang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, namun senang sekali melontarkan filosofi tentang kematian berikut upacara-upacara suci yang patut menyertainya.

Pandangan orang Bali mengajarkan, hidup dan mati itu sama penting, karena keduanya merupakan mata rantai siklus perjalanan seseorang sebagai mahluk Tuhan. Karena itu, mengurus hidup sama pentingnya dengan merawat mati.

Entahlah, mengapa kemudian orang Bali acap kali mengabaikan mengurus hidup, dan lebih mementingkan merawat mati. Itu sebabnya, kita sering mendengar dan menyaksikan, ketika hidup seseorang tidak terurus, namun ketika mati menerima pelayanan ngaben luar biasa. (T)

Tags: baliorang baliTradisiupacara
Previous Post

Idealisme, Politik dan Lain-lain – Obrolan Mewah di Warung Desa

Next Post

Habis KKN Terbitlah Cinta Segitiga, LDR, atau Cinta Bubar Jalan Graaakkk…

Gde Aryantha Soethama

Gde Aryantha Soethama

Dikenal sebagai wartawan kawakan, penulis esai dan cerpen. Bukunya Bolak Balik Bali ditetapkan sebagai buku nonfiksi terbaik oleh Pusat Bahasa (2006). Kumpulan cerpennya Mandi Api meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award (2006). Tahun 2016 diberi penghargaan Kesetiaan Berkarya oleh Kompas.

Next Post

Habis KKN Terbitlah Cinta Segitiga, LDR, atau Cinta Bubar Jalan Graaakkk…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co