31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Genjek Kolosal, Politik Warna, dan Kebiasaan Buruk Politikus

Erwin WidyaswarabyErwin Widyaswara
February 2, 2018
inUlasan

Foto: Erwin

15
SHARES

RIBUAN sekaa genjek dari pelbagai penjuru di tanah Karangasem, Bali, tumpah ruah di Taman Ujung, Karangasem, Rabu (10/8/2016) siang. Ada yang datang menggunakan truk, mobil pik-up, dan juga motor pribadi.

Para seniman genjek itu datang menggunakan seragam adat madya yang tak biasa. Tak biasa? Ya, karena mereka tidak datang dengan saput poleng (hitam putih) yang biasa digunakan saat pentas-pentas genjek. Semua peserta genjek kolosal itu diberikan seragam gratis berwarna biru. Birunya ambigu, antara biru dongker dengan biru langit.

Sekitar pukul 14.00 wita lebih sedikit, tamu yang ditunggu-tunggu pun datang. Bukan main, undangan yang hadir adalah Presiden ke-6 RI, Sosilo Bambang Yudoyono atau yang akrab disapa SBY. Ia selaku pemegang kendali partai berlambang biru langit. SBY datang dijamu oleh Bupati Karangsem, IGA Mas Sumatri, yang kini bermukim di partai biru dongker.

“Niki wastane genjek Demokrat rasa Nasdem, Pak. Hahahahaha,” celetuk seorang pria yang mengenakan udeng dan saput berwarna biru itu saat penulis menanyakan genjek apa yang tampil saat itu.

Undangan yang datang ke acara genjek kolosal itu memang rata-rata tamu VIP. Terlihat pula pimpinan Partai Golkar Setya Novanto. Ia duduk di sebelah Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta yang sama-sama berada di partai berlambang beringin yakni Golkar. Terlihat juga pejabat penting lain.

Dengan pementasan genjek kolosal itu Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri ingin mempopulerkan Genjek Karangasem ke kancah nasional bahkan dunia. Dihitung dari sudut pandang niat, memang positif. Dalam sambutannya, Mas Sumatri bahkan mengatakan, dengan pergelaran genjek kolosal itu diharapkan harkat dan martabat masyarakat Karangasem semakin terangkat.

Namun, dalam pentas itu, kesan yang tampak justru malah merendahkan taksu dan harkat martabat budaya dan tradisi masyarakat sendiri. Sebab, genjek itu “dipaksakan” tampil dengan kostum serba biru yang justru membuat kesenian rakyat itu tampak kehilangan taksu.

Pentas genjek kolosal itu tak ubahnya seperti kampanye partai politik atau kampanye pilkada di lapangan umum. Para penggenjek seolah-olah berasal dari golongan biru. Mereka membawa bendera sambil kepanasan dan berteriak merdeka. Melihat riuh itu, tampak seperti masyarakat golongan biru sedang merayakan atau menyambut Hari Kemerdekaan RI. Yang menarik, bahkan patung di areal pentas itu pun menggunakan saput biru.

Informasi di sejumlah media cetak menyebutkan Pemerintah Kabupaten Karangasem tidak merogoh kotak APBD untuk membiayai pementasan genjek yang melibatkan 15 ribu lebih rakyat Karangasem itu. Dikutip dari salah satu media cetak di Bali, dana pergelaran genjek itu dipasok dari uluran duit sejumlah pihak dan tentu saja dari sejumlah politikus.

Politik Warna

Sumbangan dari politikus tentu saja tidak gratis. Ada kompensasi yang tak wajib namun disepakati sebagai suatu “keharusan” oleh pihak penyumbang dana maupun pihak penerima dana.

Buktinya genjek kolosal di Taman Ujung itu membiru. Biru adalah sebuah kompensasi. Warna itu tentu erat kaitannya dengan kedatangan SBY dan si penguasa wilayah Mas Sumatri yang kini duduk di partai berlambang biru juga.

Partai politik harusnya tak mendikte sebuah tradisi dan kebudayaan. Harusnya menjaga kebudayaan tanpa embel-embel timbal balik berupa keuntungan golongan. Entah disengaja atau tidak, itu urusan mata. Mata tetap keseleo melihat genjek tiba-tiba berwarna serba biru.

Memang spirit genjek tidaklah soal pakaian yang dikenakan, tapi soal paduan suara dari masing-masing peserta dengan diiringi tabuh. Namun, mata penonton tak bisa dibohongi. Harusnya pentas genjek kolosal untuk meraih penghargaan Muri itu dibiarkan apa adanya. Jika konsep genjek kolosal macam yang digelar 10 Agustus itu, sebetulnya tak perlu sumbangan saput dan udeng biru.

Masing-masing keluarga Bali pastinya punya saput poleng. Tinggal disuruh semua peserta membawa saput poleng dari rumah. Oke kalau udeng bolehlah berwarna biru. Tapi genjek itu hampir semua kostum dibuat biru. Alamak.

Persoalan mencari keuntungan politik dengan memberi untuk mendapatkan keuntungan golongan memang sudah lumrah. Tapi yang harus diperketat adalah soal dikte mendikte kebudayaan. Jangan sampai tradisi budaya Bali menjadi momen untuk meraih kekuasaan. Jangan budaya dan tradisi Bali hanya jadi ajang memplintir informasi ke publik.

Masyarakat Bali harus ketat terhadap kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Biarkan kebudayaan itu mengalir tanpa diobrak abrik, tanpa didikte, dan lain sebagainya. Masyarakat Bali harus lebih berani melawan ancaman pengkerdilan taksu dan budaya Bali.

Tentunya persoalan serupa tak hanya dilakukan oleh golongan partai biru saja. Politik warna sepertinya menular ke semua partai politik. Jika PDIP berkuasa, warna merah seperti mendominasi dalam semua kegiatan, tak peduli apakah itu kegiatan formal, spiritual, maupun sekular. Dulu, di zaman Orde Baru saat Golkar berkuasa, warna kuning merajalela di mana-mana bahkan hingga ke Pura saat odalan. Begitu juga saat yang biru berkuasa.

Cemooh, sindiran dan ketidaksetujuan selalu ada. Namun “penyakit warna” dalam politik tak pernah hilang. Bahkan kadang dilakukan oleh pihak yang dulu kerap melontarkan cemooh. Saat partai kuning berkuasa, orang-orang dari partai merah mempertanyakan kenapa kaos PNS, ider-ider di Pura, atau cat trotoar melulu berwarna kuning. Tapi saat partai merah berkuasa, mereka tanpa malu-malu meniru mentah-mentah pihak yang dulu dicemooh.

Yang selalu jadi korban politik warna, selain kelompok-kelompok kesenian, biasanya juga dunia PNS. Di sebuah pemerintah daerah di Bali, setiap Jumat pegawainya mengenakan seragam merah untuk kegiatan bersih-bersih, jalan santai atau kegiatan lain. Tentu karena kepala daerah pegawai itu berasal dari partai dengan simbol warna merah. Masih banyak lagi contoh lainnya.

Memang banyak orang sadar bahwa politik warna sudah tak banyak manfaat, terutama pada zaman modern ini, ketika nalar dan logika manusia sudah mulai berkembang. Kini banyak simbol, termasuk simbol-simbol warna, sudah kehilangan tuah dan makna.

Apakah bisa dijamin ketika ribuan sekaa genjek menggunakan kostum serba biru, atau sekaa balaganjur menggunakan kostum serba merah, akan bisa membius orang untuk langsung memilih biru atau merah dalam politik? Tentu saja tidak. Namun kebiasaan buruk para politikus untuk memaksakan warna tertentu ke dalam ruang-ruang seni-budaya, atau bahkan ruang-ruang sakral tampaknya tak pernah hilang. Justru kebiasaan itu sepertinya makin dilombakan.

Salam Merdeka! (T)

Tags: Partai PolitikPolitikSeni
Previous Post

Benarkah Perempuan Mungil “Tak Laku Jual”? – Tentang Aku dan Tubuh

Next Post

Catatan Harian Sugi Lanus: I dan Ni pada Nama Orang Bali

Erwin Widyaswara

Erwin Widyaswara

Saat menjadi mahasiswa di Undiksha kerap menulis puisi dan cerpen sekaligus menggarap musikalisasi puisi. Pernah bergaul di Komunitas Cemara Angin dan Komunitas Mahima Singaraja. Kini, lelaki kelahiran Gianyar ini tinggal di Denpasar dan bekerja sebagai jurnalis.

Next Post

Catatan Harian Sugi Lanus: I dan Ni pada Nama Orang Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co