11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Genjek Kolosal, Politik Warna, dan Kebiasaan Buruk Politikus

Erwin WidyaswarabyErwin Widyaswara
February 2, 2018
inUlasan

Foto: Erwin

15
SHARES

RIBUAN sekaa genjek dari pelbagai penjuru di tanah Karangasem, Bali, tumpah ruah di Taman Ujung, Karangasem, Rabu (10/8/2016) siang. Ada yang datang menggunakan truk, mobil pik-up, dan juga motor pribadi.

Para seniman genjek itu datang menggunakan seragam adat madya yang tak biasa. Tak biasa? Ya, karena mereka tidak datang dengan saput poleng (hitam putih) yang biasa digunakan saat pentas-pentas genjek. Semua peserta genjek kolosal itu diberikan seragam gratis berwarna biru. Birunya ambigu, antara biru dongker dengan biru langit.

Sekitar pukul 14.00 wita lebih sedikit, tamu yang ditunggu-tunggu pun datang. Bukan main, undangan yang hadir adalah Presiden ke-6 RI, Sosilo Bambang Yudoyono atau yang akrab disapa SBY. Ia selaku pemegang kendali partai berlambang biru langit. SBY datang dijamu oleh Bupati Karangsem, IGA Mas Sumatri, yang kini bermukim di partai biru dongker.

“Niki wastane genjek Demokrat rasa Nasdem, Pak. Hahahahaha,” celetuk seorang pria yang mengenakan udeng dan saput berwarna biru itu saat penulis menanyakan genjek apa yang tampil saat itu.

Undangan yang datang ke acara genjek kolosal itu memang rata-rata tamu VIP. Terlihat pula pimpinan Partai Golkar Setya Novanto. Ia duduk di sebelah Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta yang sama-sama berada di partai berlambang beringin yakni Golkar. Terlihat juga pejabat penting lain.

Dengan pementasan genjek kolosal itu Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri ingin mempopulerkan Genjek Karangasem ke kancah nasional bahkan dunia. Dihitung dari sudut pandang niat, memang positif. Dalam sambutannya, Mas Sumatri bahkan mengatakan, dengan pergelaran genjek kolosal itu diharapkan harkat dan martabat masyarakat Karangasem semakin terangkat.

Namun, dalam pentas itu, kesan yang tampak justru malah merendahkan taksu dan harkat martabat budaya dan tradisi masyarakat sendiri. Sebab, genjek itu “dipaksakan” tampil dengan kostum serba biru yang justru membuat kesenian rakyat itu tampak kehilangan taksu.

Pentas genjek kolosal itu tak ubahnya seperti kampanye partai politik atau kampanye pilkada di lapangan umum. Para penggenjek seolah-olah berasal dari golongan biru. Mereka membawa bendera sambil kepanasan dan berteriak merdeka. Melihat riuh itu, tampak seperti masyarakat golongan biru sedang merayakan atau menyambut Hari Kemerdekaan RI. Yang menarik, bahkan patung di areal pentas itu pun menggunakan saput biru.

Informasi di sejumlah media cetak menyebutkan Pemerintah Kabupaten Karangasem tidak merogoh kotak APBD untuk membiayai pementasan genjek yang melibatkan 15 ribu lebih rakyat Karangasem itu. Dikutip dari salah satu media cetak di Bali, dana pergelaran genjek itu dipasok dari uluran duit sejumlah pihak dan tentu saja dari sejumlah politikus.

Politik Warna

Sumbangan dari politikus tentu saja tidak gratis. Ada kompensasi yang tak wajib namun disepakati sebagai suatu “keharusan” oleh pihak penyumbang dana maupun pihak penerima dana.

Buktinya genjek kolosal di Taman Ujung itu membiru. Biru adalah sebuah kompensasi. Warna itu tentu erat kaitannya dengan kedatangan SBY dan si penguasa wilayah Mas Sumatri yang kini duduk di partai berlambang biru juga.

Partai politik harusnya tak mendikte sebuah tradisi dan kebudayaan. Harusnya menjaga kebudayaan tanpa embel-embel timbal balik berupa keuntungan golongan. Entah disengaja atau tidak, itu urusan mata. Mata tetap keseleo melihat genjek tiba-tiba berwarna serba biru.

Memang spirit genjek tidaklah soal pakaian yang dikenakan, tapi soal paduan suara dari masing-masing peserta dengan diiringi tabuh. Namun, mata penonton tak bisa dibohongi. Harusnya pentas genjek kolosal untuk meraih penghargaan Muri itu dibiarkan apa adanya. Jika konsep genjek kolosal macam yang digelar 10 Agustus itu, sebetulnya tak perlu sumbangan saput dan udeng biru.

Masing-masing keluarga Bali pastinya punya saput poleng. Tinggal disuruh semua peserta membawa saput poleng dari rumah. Oke kalau udeng bolehlah berwarna biru. Tapi genjek itu hampir semua kostum dibuat biru. Alamak.

Persoalan mencari keuntungan politik dengan memberi untuk mendapatkan keuntungan golongan memang sudah lumrah. Tapi yang harus diperketat adalah soal dikte mendikte kebudayaan. Jangan sampai tradisi budaya Bali menjadi momen untuk meraih kekuasaan. Jangan budaya dan tradisi Bali hanya jadi ajang memplintir informasi ke publik.

Masyarakat Bali harus ketat terhadap kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Biarkan kebudayaan itu mengalir tanpa diobrak abrik, tanpa didikte, dan lain sebagainya. Masyarakat Bali harus lebih berani melawan ancaman pengkerdilan taksu dan budaya Bali.

Tentunya persoalan serupa tak hanya dilakukan oleh golongan partai biru saja. Politik warna sepertinya menular ke semua partai politik. Jika PDIP berkuasa, warna merah seperti mendominasi dalam semua kegiatan, tak peduli apakah itu kegiatan formal, spiritual, maupun sekular. Dulu, di zaman Orde Baru saat Golkar berkuasa, warna kuning merajalela di mana-mana bahkan hingga ke Pura saat odalan. Begitu juga saat yang biru berkuasa.

Cemooh, sindiran dan ketidaksetujuan selalu ada. Namun “penyakit warna” dalam politik tak pernah hilang. Bahkan kadang dilakukan oleh pihak yang dulu kerap melontarkan cemooh. Saat partai kuning berkuasa, orang-orang dari partai merah mempertanyakan kenapa kaos PNS, ider-ider di Pura, atau cat trotoar melulu berwarna kuning. Tapi saat partai merah berkuasa, mereka tanpa malu-malu meniru mentah-mentah pihak yang dulu dicemooh.

Yang selalu jadi korban politik warna, selain kelompok-kelompok kesenian, biasanya juga dunia PNS. Di sebuah pemerintah daerah di Bali, setiap Jumat pegawainya mengenakan seragam merah untuk kegiatan bersih-bersih, jalan santai atau kegiatan lain. Tentu karena kepala daerah pegawai itu berasal dari partai dengan simbol warna merah. Masih banyak lagi contoh lainnya.

Memang banyak orang sadar bahwa politik warna sudah tak banyak manfaat, terutama pada zaman modern ini, ketika nalar dan logika manusia sudah mulai berkembang. Kini banyak simbol, termasuk simbol-simbol warna, sudah kehilangan tuah dan makna.

Apakah bisa dijamin ketika ribuan sekaa genjek menggunakan kostum serba biru, atau sekaa balaganjur menggunakan kostum serba merah, akan bisa membius orang untuk langsung memilih biru atau merah dalam politik? Tentu saja tidak. Namun kebiasaan buruk para politikus untuk memaksakan warna tertentu ke dalam ruang-ruang seni-budaya, atau bahkan ruang-ruang sakral tampaknya tak pernah hilang. Justru kebiasaan itu sepertinya makin dilombakan.

Salam Merdeka! (T)

Tags: Partai PolitikPolitikSeni
Previous Post

Benarkah Perempuan Mungil “Tak Laku Jual”? – Tentang Aku dan Tubuh

Next Post

Catatan Harian Sugi Lanus: I dan Ni pada Nama Orang Bali

Erwin Widyaswara

Erwin Widyaswara

Saat menjadi mahasiswa di Undiksha kerap menulis puisi dan cerpen sekaligus menggarap musikalisasi puisi. Pernah bergaul di Komunitas Cemara Angin dan Komunitas Mahima Singaraja. Kini, lelaki kelahiran Gianyar ini tinggal di Denpasar dan bekerja sebagai jurnalis.

Next Post

Catatan Harian Sugi Lanus: I dan Ni pada Nama Orang Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co