MEDIA Sosial tentunya memberikan banyak manfaat. Mulai dari sarana untuk mengekspresikan diri, bertukar informasi, mencari lebih banyak teman, bahkan untuk menjalankan sebuah bisnis. Di kalangan remaja, media sosial sendiri menjadi kebutuhan yang mutlak, harus ada, tidak boleh tidak, mungkin karena sebagian hidup mereka ada di media social tersebut, atau mungkin karena dunia mereka akan lebih indah di media sosial Mungkin saja.
Remaja Indonesia kebanyakan menggunakan beberapa media sosial. Ada Skype untuk mengintip tingkah satu sama lain. Ada Instagram untuk meng-upload foto indah masing-masing. Ada juga Path untuk mengetahui kegiatan dan keberadaan seseorang. Ada Twitter dan Facebook sebagai tempat curhat, dan masih banyak lagi yang fungsinya masih sama dengan yang disebutkan tadi. Namun ada satu yang menjadi media sosial paling favorit, yaitu Instagram.
Instagram menjadi favorit karena dikhususkan hanya untuk meng-upload foto dan video saja. Kebanyakan orang lebih suka melihat foto atau video daripada sebuah tulisan, status atau semacamnya. Di benak mereka, mungkin benar bahwa gambar lebih bisa berbicara daripada sebuah tulisan. Jika hanya tulisan saja tanpa gambar tentu banyak yang akan meragukan kebenarannya, “No Picture means Hoax”, katanya.
Karena menjadi media sosial favorit, banyak orang menggunakan instagram sebagai sarana promosi, seperti promosi tempat, acara, makanan, hiburan dan lain-lain. Namun, bagaimana jika yang dipromosikan adalah wajah seseorang? Hmmm.
Di instagram, bisa ditemukan akun yang menjadi tempat pamer wajah, seperti akun yang khusus meng-upload wajah-wajah cantik atau tampan. Yang menjadi fokus di akun-akun tersebut adalah wajah karena cantik dan ganteng hanya bisa dinilai dari wajah. Keberadaan akun seperti ini akan membawa beberapa dampak buruk, seperti adanya sebuah celah, tindakan mempermalukan seseorang, atau munculnya opini yang tidak baik di antara orang-orang.
Akun tersebut berpotensi menciptakan celah atau jurang pemisah, atau istilah kerennya gap. Orang-orang yang merasa dirinya cantik karena wajahnya ada di akun tersebut bisa saja tidak mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap tidak cantik hanya karena wajahnya tidak ada di sana.
Akibatnya, akan ada beberapa kelompok di dalam pergaulan, seperti kelompok orang-orang cantik atau kelompok orang-orang yang tidak cantik. Lebih buruk lagi, mereka bisa saja merendahkan yang lain karena kualitas kecantikan mereka berbeda. Yang wajahnya ada di akun tersebut pasti merasa mempunyai derajat kecantikan lebih tingggi daripada yang tidak.
Dampak buruk lainnya adalah akun tersebut dapat menjatuhkan harga diri atau nama baik seseorang. Orang mungkin akan merasa malu dan marah, tidak setuju jika foto mereka di-upload tanpa ijin yang entah pengelolanya mendapat foto itu darimana.
Ditambah lagi, jika foto tersebut adalah foto yang memalukan, seperti foto ketika di pemandian yang menggunakan pakaian agak terbuka. Jika itu terjadi, orang yang bersangkutan akan bingung harus melaporkan siapa, karena tidak ada yang tahu siapa pengelola akun itu sebenarnya, jika seandainya pengelolanya memang dirahasiakan.
Opini-opini yang tidak baik juga menjadi dampak buruk dari keberadaan akun cantik atau tampan tersebut. Orang-orang akan berpikir bahwa siapapun yang wajahnya ada dan dipamerkan dengan bangga di akun tersebut adalah orang yang krisis pengakuan tentang kecantikan atau ketampanan mereka, sampai-sampai mempromosikan diri dengan cara seperti itu.
Langit tidak pernah mengatakan dirinya tinggi, yang benar-benar cantik atau tampan seharusnya tidak memerlukan pengakuan apapun. Seandainya perlu, pasti dengan cara yang cerdas, dengan prestasi misalnya. Bukan dengan meng-upload foto dan mempromosikannya di akun-akun seperti itu.
Keberadaan Instagram sudah pasti membawa dampak baik, namun tidak sedikit juga dampak buruknya. Media sosial ini bisa menjadi sarana untuk berbagi informasi satu sama lain, namun juga bisa menjadi sarana pemecah satu sama lain. (T)