10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Melihat Nasib Petani di Bali dalam Gemerlap Pembangunan

Bram SetiawanbyBram Setiawan
February 2, 2018
inUlasan

Potongan gambar film dokumenter Petani Terakhir karya Sutradara Dwitra J. Ariana

84
SHARES

Judul Film: Petani Terakhir # Sutradara: Dwitra J. Ariana # Produser: Maria Ekaristi & Agung Bawantara # Produksi: Sanggar Siap Selem, 2016.

petani-PERMASALAHAN kehidupan petani di Indonesia selalu menjadi isu yang penting untuk terus disoroti. Antropolog kebangsaan Amerika Serikat Clifford Geertz pada 1960-an pernah melakukan penelitian tentang masalah pertanian di Jawa. Hasil penelitian itu dituangkan dalam buku berjudul Agricultural Involution: The Processes of Ecological Change in Indonesia.

Tidak hanya dari kalangan akademikus, para seniman dari berbagai bidang juga gandrung mengangkat dilema kehidupan petani menjadi materi karya seni untuk terus digaungkan. Vokalis Navicula, Gede Robi Supriyanto lewat lagunya berjudul ‘Balada Pak Tani’ menyuguhkan refleksi penting yang melukiskan sisi senyap kehidupan petani yang selama ini terbungkus rapi oleh manipulasi citra pembangunan di Bali.

Dwitra J. Ariana melalui film dokumenter berjudul ‘Petani Terakhir’ berupaya menyuguhkan kisah kehidupan para petani di Subak Lungatad, Munduk Celuk, Banjar Peninjoan, Desa Penatih, Denpasar. Pria yang akrab disapa Dadap itu mencoba mengartikulasikan suara-suara keluh kesah petani lewat kemampuannya sebagai seorangfilmmaker.

Sang sutradara menyajikan cerita tentang generasi petani yang kian menyusut. Generasi muda yang enggan bertani di sawah, hasil yang tidak mencukupi kebutuhan hidup, juga petani yang tergiur alih fungsi lahan menjadi kos-kosan menjadi sorotan menarik dalam film ini.

Acara nonton bareng ‘Petani Terakhir’ digelar pada 27 Juni 2016 malam di Lingkara Photography Community dihadiri cukup banyak penonton. Ada beberapa kekurangan dalam film dokumenter yang berdurasi 47 menit itu. Percakapan para narasumber keseluruhan menggunakan bahasa Bali tanpa ada teks terjemahan bahasa Indonesia. Saat pemutaran film berjalan sepuluh menit, beberapa penonton tampak bingung menunggu teks terjemahan bahasa Indonesia yang ternyata sampai akhir film tidak muncul.

Tentu ini menyulitkan penonton untuk menangkap maksud dari penuturan masing-masing narasumber. Sebab, para penonton yang hadir dalam pemutaran film, bukan hanya orang Bali saja, termasuk saya. “Film ini bagus untuk disebarkan, tapi harus ada teks bahasa Indonesia,” kata seorang penonton asal Bandung.

Dalam sesi diskusi saat itu, Dadap mengakui tidak adanya teks terjemahan bahasa Indonesia memang menjadi kelemahan filmnya. Alasannya, penggarapan terjemahan bahasa Indonesia belum rampung. Penjelasan profil para narasumber juga tidak dicantumkan saat film sedang berjalan. Kekurangan lainnya, yakni tidak adanya riset mendalam mengenai isu yang akan diangkat sebelum penggarapan. Dadap menilai jika ia melakukan riset akan memburamkan semua ide yang ada di kepalanya. “Saya sengaja tidak melakukan riset mendalam karena saya ingin mengerjakan apa yang saya bisa, yang saya tahu, tanpa harus memunculkan sesuatu yang baru lagi.”

Setidaknya upaya Dadap untuk menyampaikan pesannya lewat film yang dibiayai grant Denpasar Film Festival 2015 ini cukup bening untuk diterima penonton. Lewat metode perekaman single shot cinema, cerita dibangun melalui perekaman kegiatan secara terus-menerus dengan kamera yang selalu bergerak. Dari metode itu film ini merujuk kepada Nyoman Sutama sebagai narasumber utama yang mampu memenuhi kebutuhan sutradara untuk memperoleh informasi yang mumpuni.

Penentuan Sutama yang berusia 40 tahun sebagai narasumber utama dalam film ini sekilas tampak tidak menarik. Dadap, agaknya ingin menyuguhkan sesuatu yang anti mainstream dalam karyanya. Biasanya dalam film, karakter-karakter orang tua yang keriput jauh lebih menarik divisualkan untuk memperkuat kesan eksotis dari latar persawahan.

Imbang

Kehadiran Sutama disajikan berimbang dengan sosok Dadong Mada yang usianya sudah lebih dari 70 tahun. Di salah satu bagian film, Dadap merekam sebuah percakapan antara Dadong Mada dan Sutama di sawah. Di sana tersirat sebuah keresahan tentang kelanjutan masa depan lahan persawahan karena generasi selanjutnya ogah meneruskannya. Maksud percakapan itu tergambar lewat raut wajah Dadong Mada. Di bagian ini pengambilan rekaman visual jari-jari tangan Dadong Mada yang kaku dilakukan terus-menerus dari berbagai sisi. Sang sutradara berusaha menegaskan sebuah pesan, bahwa seorang nenek tetap bertani walaupun usia tua dan sakit yang seharusnya dilanjutkan generasi muda.

Secara utuh rangkaian perekaman dalam film ini berhasil menggambarkan kehidupan petani dalam situasi pembangunan liar di sekitar ruang terbuka hijau. Padahal di sekitar hamparan sawah ada papan pengumuman dari Pemerintah Kota Denpasar, Dinas Tata Ruang dan Perumahan yang bertuliskan “Dilarang Membangun, Ruang Terbuka Hijau Kota”.

Dadap berhasil menyampaikan pesannya melalui pengambilan gambar antara papan pengumuman dengan adanya bangunan-bangunan yang bertolak belakang berdasarkan peraturan yang ada. Di sinilah Dadap berhasil mencuri perhatian penonton melalui visual reflektif tentang benang kusut diskursif antara pengetahuan, kekuasaan, dan uang.

Fenomena ini mengingatkan saya pada pemikiran sosiolog Prancis, Pierre Bourdieu. Menurut Bourdieu, kekuasaan bekerja bukan hanya lewat kelas dalam arti hubungan yang tidak adil dengan means of production di dunia ekonomi, tetapi lewat produksi dan reproduksi “modal simbolis”.

Kehidupan masyarakat desa yang diwarnai ritme kehidupan petani, sawah, dan sistem subak menjadi gambaran antropologis ‘tradisional’ tentang Bali. Tapi kenyataannya oleh rezim pascakolonial gambaran tersebut justru dijungkirbalikkan untuk meminggirkan penciptaan budaya kaum lemah dan melihat perjuangan sehari-hari mereka sebagai sesuatu yang tidak punya nilai, karena dihadapkan pada cermin peradaban sebuah kemajuan pembangunan. Kalau Bourdieu benar, berarti tidak ada subyek yang bebas dari kekuasaan dan tidak ada ruang sosial yang steril dari power.

Dadap sebagai seorang filmmaker konsisten dengan tema-tema berdasarkan perspektif sosial dan budaya. Walhasil, film yang diproduksi Sanggar Siap Selem ini layak dan penting ditonton oleh berbagai kalangan, terutama akademikus, jurnalis dan pengamat pertanian. (T)

https://m.youtube.com/watch?v=ORg8ldJh3EA

Tags: balifilmfilm dokumenterpetani
Previous Post

Catatan Pesta Kesenian Bali: Menolak Keseragaman

Next Post

Mengupas Mitos “Jangan Duduk di Bantal, Nanti Bisul”

Bram Setiawan

Bram Setiawan

Koresponden Tempo tinggal di Denpasar, bisa dihubungi lewat e-mail setiawan.bram@gmail.com

Next Post

Mengupas Mitos “Jangan Duduk di Bantal, Nanti Bisul”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co