31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dramatisasi Puisi di Sasindo Unud: Tradisi, Realis, Simbolis, Hingga Sinetronan

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
February 2, 2018
inUlasan
83
SHARES

Bila ditanya, manakah karya sastra yang benar-benar mampu berbaur dengan segala hal, barangkali puisilah jawabannya. Sebagaimana ia diistilahkan dengan berbagai nama di setiap bidang, seringakali puisi begitu lekat, erat, menghiasi segala ruang kehidupan setiap saat. Cobalah ingat, ketika seisi rumah kosong karena ditinggal keluarga yang melayat ke tetangga atau odalan di pura-pura, sayup-sayup puisi terdengar dalam bentuk kekawin atau geguritan seolah mengusap kesendirian kita.

Juga saat menonton pagelaran di keramaian, tak jarang puisi terselip sebagai pengantar cerita dalang, penari, bahkan sebagai pantun yang bersahutan dengan gelak tawa penonton. Puisi, sekali lagi tetap ajeg dengan teksturnya yang lentur, serasa asin garam yang senantiasa mengisi celah hambar masing-masing bidang.

Dalam seni modern, pun puisi lebih heboh lagi. Apresiasi puisi melahirkan genre-genre yang berkembang dengan caranya tersendiri. Sebut saja deklamasi puisi, baca puisi, musikalisasi puisi, teaterisasi puisi, fragmentasi puisi, dan film puisi. Genre-genre apresiasi ini kadang ada yang luntur dan layu, berjalan tertatih-tatih, seringpula bangun, mekar, dan hidup lagi lalu lari demikian kencangnya.

Tak jarang, apresiasi puisi ini melahirkan pakem-pakem yang menuai perdebatan, terutama jika berkaitan dalam bentuk lomba. Itu pula yang terjadi dalam Lomba Dramatisasi Puisi Pekan Sastra 2016 yang diselenggarakan oleh Jurusan Sastra Indonesia (Sasindo) Universitas Udayana (Unud) di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya Unud, Jumat (6/5).

Lomba yang diikuti oleh SMA/SMK/MA se-Bali ini begitu menarik untuk dikaji. Setidaknya, dibandingkan dengan tahun-tahun terakhir, tampak apresiasi puisi dalam bentuk drama mulai menunjukan perkembangannya, terutama yang berkaitan dengan tawaran bentuk pemanggungan. Dramatisasi puisi yang sering diartikulasikan dengan gerak tubuh yang seolah absurd, penyikapan teks yang cenderung dideklamasikan, serta menekankan simbol yang lebih sering gagal paham dalam membangun asosiasi antara puisi dan pertunjukan, kini menjelma kian sederhana, yang dalam kesederhanaannya ada kearifan untuk membangun kesadaran tentang makna puisi pada penonton itu sendiri.

Dalam hal ini, kita benar-benar disuguhkan pentas naif, khas psikologi anak SMA. Berdasarkan refrensi-refrensi yang memengaruhi peserta, penonton sendiri dibenturkan dengan gaya dramatisasi ala teater tradisi, realis, simbolis, physical theater, hingga sinetronan.

Dari sekian peserta lomba, yang paling menunjukan kematangannya adalah Teater Limas SMA N 5 Denpasar. Sajak “Bulan Mei 1998” karya W.S Rendra dikemas dengan apik oleh mereka. Panggung dibuka dengan suara-suara lirih. Kata-kata kian lama menggaung berhamburan, yang menjadikan setiap iris dialognya meneror telinga penonton.

Di sini, teks puisi dimainkan bukan hanya sebagai penjelas pertunjukan saja. Tampak adanya usaha dalam menyajikan teks puisi dengan segala kemungkinannya, seperti mengeksplorasi puisi dengan teknik musik crescendo, decresendo, pula melantunkannya dengan pola-pola rubaiyat. Kata demi kata, baris demi baris dibedah dan dibagi pada masing-masing pemain seperti satpam, polisi, siswa, pedagang, dan kaum pinggiran lainnya.

Sayangnya, tokoh-tokoh ini tak dimainkan sebagaimana karakternya masing-masing sehingga penyikapan dialog antarpemainnya cenderung sama. Untunglah, pentas diselamatkan oleh gerak kontemplatif dan pengemasan pertunjukan dalam bentuk musikal yang begitu kuat.

Lain lagi dengan Teater Rubikz, SMK Harapan Denpasar yang memainkan puisi “Surat Saijah Untuk Adinda” karya W.S Rendra dengan gaya teater realis. Barangkali, inilah tawaran dramatisasi puisi yang paling menarik sekaligus jarang dilakukan namun banyak ditemui dalam lomba kali ini.

Diantara peserta yang memilih gaya permainan ini, hanya Teater Rubikz yang paling pas memegang adegan demi adegan secara utuh dengan interpretasi puisi yang tetap terjaga. Penggarapan musik yang tertata rapi, dibuat untuk menyelamatkan adegan-adegan kosong yang dimaksudkan sebagai pergantian set. Inipun tidak terlepas dari konsekuensi gaya realis yang dipilih. Pengubahan teks puisi dalam bentuk naskah drama tentu memerlukan ketelitian yang cermat dalam proses bedah puisi agar unsur-unsur puitik itu sendiri tetap dapat tersampaikan. Inilah yang hanya ditemukan dalam pertunjukan Teater Rubikz, sedang pada peserta lain yang memilih gaya serupa, cenderung tak mengindahkan maksud yang ada dalam puisi.

Pada puisi “Pesan Pencopet Untuk Pacarnya” misalnya, tak harus dibawakan dengan berat dan berdarah-darah. Mengingat puisinya dimaksudkan menyindir, lebih menarik apabila dimainkan dengan nada-nada satire. Sedang dalam pentas “Gempa Biak Numfor”, “Karawang Bekasi” dan “Hari Lahir” tak semestinya merekonstruksi puisi menjadi kisah baru yang pada akhirnya menghilangkan unsur puitik pada puisi, yang akhirnya menjadikan puisi itu sendiri sebagai tempelan semata.

Tawaran terakhir disuguhkan oleh Teater Sang Saka, SMK N 1 Denpasar. Puisi “Paman Doblang” karya W.S Rendra dimainkan dengan bentuk physical theater. Pada kesempatan lain, unsur performing art begitu kental terasa. Puisi “Paman Doblang” diterjemahkan dengan membangun instalasi penjara dari tiang-tiang stager. Tubuh menjadi bagian penting yang tak terelakan dalam pertunjukan ini. Sambil berloncatan, merangkak, naik turun tiang, pemain pun mengekplorasi pertunjukan dalam bentuk musik yang mencekam.

Sayangnya, ketika puisi dideklamasikan, semua pertunjukan yang semula terbangun apik perlahan kian runtuh. Tak ada tendensi untuk memperjuangkan teks Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi benar-benar sebagai Pelaksanaan kata-kata. Teks-teks puisi dimuntahkan begitu saja sehingga memudarkan unsur puitiknya. Andai saja peserta fokus pada bentuk pertunjukan saja tanpa membacakan teks puisi, tentu pertunjukan akan lebih menarik.

Ini berlawanan dengan pentas “Suto Mencari Bapa” yang benar-benar menghilangkan teks puisi dan fokus pada bentuk pertunjukan. Sayangnya, adegan demi adegan dalam pertunjukan ini tak memunculkan makna puitik pada puisi sehingga gerak artistik yang ditawarkan tak menuai perenungan tentang puisi itu sendiri.

Dari sekian pertunjukan yang ada, pada akhirnya juri memutuskan Teater Limas SMA N 5 Denpasar sebagai Juara I, Teater Rubikz SMK Harapan Denpasar sebagai Juara II, dan Teater Sang Saka SMK N 1 Denpasar sebagai Juara III. Di luar dari kualitas peserta yang kiranya harus terus menyempurnakan pentasnya, menarik pula untuk dipertanyakan, sejauh mana keutuhan puisi mesti diterjemahkan dalam pertunjukan apresiasi puisi? Apakah keutuhan hanya diterjemahkan sebagai teks puisi yang semuanya harus dihadirkan secara harfiah, kata perkata, baris perbaris, bait perbait? Atau boleh jadi, keutuhan puisi didefinisikan sebagai usaha menyampaikan gagasan puisi itu sendiri?

Penyikapan yang bijak terhadap teks dan pertanggung jawaban yang sesuai dengan karya yang dipentaskan menjadi pekerjaan rumah yang harus dipikirkan kembali. Bukan tidak mungkin, di kemudian hari tawaran-tawaran pemanggungan terhadap puisi akan menjadi lebih cair dan eksploratif, sebagaimana nasib puisi yang terselip dalam baju bergambar penyair, yang entah siapa pembuatnya, pemakainya, entah utuh atau tidak, tetap saja terbaca, tak terelakkan sebagai puisi! (T)

Tags: DramaLombaPuisiUnud
Previous Post

Bertemu Karl Marx di Highgate

Next Post

Dunia Maya Kotor, Tugas Penyair Membersihkannya

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post

Dunia Maya Kotor, Tugas Penyair Membersihkannya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co