Berbahagia sekali saya masih diberi kesempatan untuk bernapas, kemudian tadi pagi masih berak dengan lancar, dan menyusun pidato ini dengan keadaan suhu tubuh serta kejiwaan yang normal, sehat walafiat, selamat rahayu rahajeng. Maka dari itu mari panjatkan puja dan puji kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hadirin yang berbahagia
Hari ini adalah hari yang bahagia bagi sebagian orang tua/keluarga/para kekasih/para selingkuhan/ para tetangga/para kawan/sahabat/musuh/MLM/olshop, sebab hari ini wisuda sedang dilaksanakan di beberapa universitas dan akan dilaksanakan di beberapa universitas lainnya. Saya ucapkan selamat terlebih dahulu bagi wisudawan-wisudawati yang sedang diwisuda. Selamat juga untuk eksemenandus yang telah diyudisium, tidak lupa juga saya ucapkan selamat kepada mahasiswa yang sedang berjuang dengan gencar mengejar gelar kesarjanaan. Semoga semua hidup berbahagia.
Saya sebagai bekas mahasisa secara resmi menghimbau bahwa wisuda itu tidak penting, tapi penting bagi yang wisuda. Sama halnya seperti skripsi, hal yang sangat tidak penting bagi pedagang di pasar atau nelayan yang melaut, tapi sangat penting bagi tukang print, percetakan, tukang jilid, tukang fotocopy, dan penyedia wifi/ internet. Jadi sebenarnya mahasiwa yang mengerjakan dan menyelesaikan skripsi, sudah turut serta dalam memajukan ekonomi kerakyatan, membantu perekonomian dan urusan perut masyarakat. Maka dari itu jangan takut dan jangan marah saat skripsi hanya dijadikan barang dagangan oleh kampus/lembaga tertentu, karena skripsi akan sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.
Hadirin yang berbudaya
Hari kelulusan itu pasti, yang tidak pasti hanya masalah lulus dan tidak lulus. Maka dari itu tetaplah tegar, buang sampah pada tempatnya, dietlah sampah plastik (apa lagi sekarang kresek plastik harus beli setiap transaksi). Sadarlah terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, atau tidak semata-mata hanya memasang baliho tolak reklamasi, namun harus diimbangi dengan perilaku dan tindakan yang positif terhadap alam. Contohnya belilah nasi jinggo (berbungkus daun) agar bungkusnya bisa dijadikan kompos (ingat ya, yang bungkus daun, jangan yang lain, buat alam kok coba-coba). Kalo skripsi boleh coba-coba. Alam? Jangan!
Sebagai makhluk berbudaya, maka budayakanlah antri dan menunggu. Itulah hal positif dan benang merah dalam penyusunan skripsi. Setiap orang diajarkan untuk bersabar, bersikap tenang, dan tidak grasa-grusu. Jika masih ada yang berpikir menunggu adalah pekerjaan sulit, maka percayalah bahwa sedang terjadi masalah pada otak anda. Namun jika dalam proses penyusunan skripsi ada pembimbing yang dengan sengaja menunda perjuangan anda, maka sarankanlah pembimbing anda untuk ke dokter atau ke dinas kesehatan untuk minta surat keterangan tidak terlalu sehat.
Hadirin yang beretitut
Dalam kehidupan yang sebenarnya, kita akan dihadapkan pada realitas yang menyakitkan. Di dunia ini sangat banyak pekerjaan yang dapat dilakukan, namun ingat tidak semua pekerjaan menghasilkan uang. Saran saya sebagai bekas mahasisa yang biasa menganggur, banyak-banyaklah cari uang, sedikitlah bekerja, terserah dengan cara apa, namun tetaplah berpegang teguh pada idealisme masing-masing. Jadilah sarjana yang sukirman, eehhh sumijaan, eehhh suciman, eh maksud saya budiman.
Hidup dalam lingkaran masyarakat tentu berbeda dengan kehidupan di kampus. Maka dari itu tetaplah bernapas. Melangkah dan turutlah dalam pembangunan di masyarakat dengan mengamalkan janji wisuda anda. Jika belum tahu cara membangun, tanyakanlah pada buruh bangunan yang lebih senior, yang terpenting adalah ingat berdoa dan gosok gigi sebelum tidur, serta hormati orang tuamu.
Hadirin yang beretika
Demikian saja yang dapat saya sampaikan, semoga saja hidup berpihak pada generasi muda yang penuh greget, misalnya bisa makan krupuk sambil gantung diri. Atau greget karena berani pulang ke desa-desa di Tabanan dengan naik mobil sedan. Sekali lagi selamat bagi yang diwisuda dan selamat berjuang untuk mahasiwa atau mahasisa yang sedang mengejar gelar kesarjanaan. Semoga semua tercapai dengan indah. Kemudian kembalilah pada cinta dalam sajak-sajak kehidupan yang nyata.
Salam… (T)