16 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

Arix Wahyudhi Jana PutrabyArix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
inPersona
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

Yan Mintaraga dan karya-karyanya | Foto: tatkala.co/Arix

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani putra-putrinya, hingga para penjual yang menjajakan dagangan mereka.

Tapi, di salah satu sudut jalan, ada sesuatu yang berbeda, jejeran lukisan yang seolah memanggil para pengunjung untuk berhenti sejenak, mengamati, bahkan mengagumi. Di sinilah saya bertemu dengan Yan Mintaraga, seorang seniman pinggir jalan yang menyebut tempat itu sebagai “kedai lukis” miliknya.

Yan tidak seperti bayangan umum tentang seniman. Rambutnya tidak gondrong, tubuhnya tidak dihiasi tato. Ia hanya mengenakan topi newsboy yang sudah lusuh, kacamata bulat bertengger di atas kepala, dan senyumnya yang ramah. Di belakangnya, mobil antik berwarna abu-abu mengalunkan lagu Ratih Purwasih, menambah suasana nostalgia. Dengan segala kesederhanaan itu, Yan memancarkan sesuatu yang sulit dijelaskan—mungkin semangat, mungkin cinta, atau mungkin keduanya.

Setiap acara Car Free Day di Jalan Ngurah Rai Singaraja, di Taman Kota itu, Yan dan anaknya datang ke Taman Kota sejak subuh. Mereka membawa lukisan-lukisan di atas sterofoam yang dipesan khusus dari Mojokerto. Lukisan itu belum berwarna, hanya sketsa hitam putih yang menanti sentuhan imajinasi anak-anak.

Karya-karya Yan Mintaraga di Taman Kota Singaraja | Foto: tatkala.co/Arix

Bagi Yan, tempat ini bukan sekadar tempat mencari nafkah. Di sini, ia menciptakan ruang kecil bagi anak-anak untuk melampiaskan kreativitas mereka. “Kalau mereka belum selesai melukis, saya kasih cat tembok untuk dibawa pulang,” ceritanya sambil tersenyum. Baginya, seni bukan hanya tentang hasil, tapi juga proses yang membuat seseorang merasa bebas.

Berbeda dengan banyak penjual lukisan anak-anak yang hanya menyediakan cetakan sablon, Yan mengerjakan semuanya dengan tangan. “Saya nggak mau pakai yang sablon. Ini semua hasil tangan saya sendiri,” katanya, menunjukkan beberapa lukisan yang dipajangnya. Ada Bung Karno, Albert Einstein, Ki Hajar Dewantara, hingga Benyamin S. Lukisan Benyamin itulah yang pernah dibeli oleh Bapak Supriatna, kini Wakil Bupati Buleleng. Tapi, Yan tidak mengambil sepeserpun uang dari transaksi itu. “Buat saya, bukan uangnya yang penting, tapi bagaimana orang menghargai karya saya,” ucapnya tegas.

Yan Mintaraga dan karya-karyanya | Foto: tatkala.co/Arix

Harga lukisan Yan berkisar antara lima ribu hingga lima belas ribu rupiah. Saat saya bertanya apakah itu tidak membuatnya rugi, ia hanya tertawa kecil. “Kadang ada orang tua yang bawa dua anak. Satu bisa melukis, yang satu lagi belum bisa. Kalau saya kasih harga murah, mereka tetap bisa ikut melukis. Yang penting, anak itu senang. Walaupun cuma coret-coret, itu tetap karya mereka,” tuturnya. Filosofi Yan sederhana, seni adalah tentang menyalurkan isi hati, bukan tentang hasil yang sempurna.

Yan berusia 45 tahun, seorang seniman otodidak yang pernah berkuliah di jurusan Seni Rupa Undiksha pada tahun 1998. Meski tidak menyelesaikan pendidikannya, Yan tidak pernah berhenti berkarya. Dari SMP hingga SMA, ia sering menjuarai lomba melukis, bahkan pernah masuk sepuluh besar di ajang kompetisi tiga provinsi: Bali, NTB, dan Jawa Timur. Tapi, piala-piala itu kini entah di mana. “Mungkin sudah berdebu di sekolah Lab Undiksha, hahaha,” candanya, sambil mengenang masa mudanya.

Selain melukis, Yan juga kreatif mengolah barang bekas. Dari limbah kaleng, ia pernah membuat miniatur vespa yang detailnya luar biasa. Dari limbah kayu, ia menciptakan karya seni yang tak kalah indah. Atas inisiatifnya itu, ia pernah mendapatkan penghargaan dari Dinas Lingkungan Hidup pada tahun 2018. Semua karyanya diberi nama “Sahabat Kreatif”, sebuah nama yang mencerminkan semangat Yan untuk menjadikan seni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Miniatur Vespa hasil karya Yan Mintaraga yang dibuat dari kaleng-kaleng bekas | Foto: tatkala.co/Arix

Namun, seni tidak selalu dihargai dengan cara yang semestinya. Yan sering mendapati orang-orang yang menawar lukisannya dengan harga tidak masuk akal. Tapi, ia tidak pernah marah. “Kalau mereka nggak bisa menghargai makna di balik lukisan saya, lebih baik nggak usah dibeli. Saya lebih senang melihat lukisan itu setiap hari daripada dijual murah tanpa penghargaan,” katanya dengan nada mantap.

Di tangan Yan, sterofoam yang biasanya dianggap sebagai limbah, menjadi media seni yang bisa meghidupunya. Cat yang digunakan adalah cat tembok, pilihan yang sederhana tapi fungsional. Dulu, ia sering melukis langsung di tempat, menunjukkan proses kreatifnya kepada pengunjung. Namun, belakangan ia lebih memilih membawa sketsa yang sudah jadi dari rumah. “Biar nggak terlalu repot. Tapi kalau ada yang minta lukisan khusus, saya tetap buatkan,” tambahnya.

Yan adalah bukti bahwa seni tidak membutuhkan panggung besar atau galeri megah. Di pinggir jalan Taman Kota Singaraja, ia mencurahkan isi hatinya di atas sterofoam. Dengan harga yang terjangkau, ia membuka ruang bagi anak-anak untuk berimajinasi, bagi orang dewasa untuk menghargai keindahan sederhana, dan bagi dirinya sendiri untuk terus berkarya tanpa beban.

Pengunjung menonton karya-karya Yan Mintaraga di Taman Kota Singaraja | Foto: tatkala.co/Arix

Ketika saya bertanya apa yang membuatnya tetap semangat meski kadang kedainya sepi, ia hanya menjawab singkat, “Karena saya nggak pernah merasa bekerja. Ini semua saya lakukan dengan hati.” Kata-katanya mengingatkan saya pada sesuatu yang sering terlupakan, bahwa kelebihan seseorang terletak pada apa yang ia lakukan dengan cinta dan tanpa tekanan.

Setiap kali melintas di Taman Kota Singaraja, mungkin kita akan melihat Yan duduk di sana, ditemani alunan lagu-lagu lama dari mobil antiknya, dengan senyum yang tidak pernah hilang. Di balik kesederhanaannya, Yan Mintaraga, seniman pinggir jalan yang mengajarkan kita bahwa seni sejati adalah tentang bagaimana kita mencurahkan hati, tanpa peduli di mana kita berada. [T]

Penulis: Arix Wahyudhi Jana Putra
Editor: Adnyana Ole

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

  • BACA JUGA:
Dia Dipa, Dia Barista, Dia Tunarungu: Tetes Kopi Racikan Cerita Hidupnya
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Gairah Kebanggaan pada Buleleng dalam Lagu-lagu HUT Kota Singaraja Ciptaan Angga Prasaja
Tags: Seni RupaTaman Kota Singaraja
Previous Post

Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

Next Post

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

Arix Wahyudhi Jana Putra

Arix Wahyudhi Jana Putra

Gede Arix Wahyudhi Jana Putra. Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Next Post
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

by Lintang Pramudia Swara
June 16, 2025
0
Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

BEGITU enigmatik dan diabolis, saya rasa Han Kang memberi tawaran segar di kancah sastra dunia. Sejak diumumkan sebagai pemenang Nobel...

Read more

Niskala Pancasila dan Tugas Besar Pendidikan: Menyemai Indonesia Raya dari Dalam Diri

by Dewa Rhadea
June 16, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PERINGATAN Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni bukan sekadar momen seremonial. Ia adalah ajakan reflektif—untuk menengok ke dalam, menyatukan kembali...

Read more

Drama Gong

by I Wayan Dibia
June 16, 2025
0
Drama Gong

SEJAK pertengahan tahun 1960 kreativitas para seniman Bali telah melahirkan dua jenis seni drama. Salah satu seni drama yang dilahirkan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025
Khas

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang...

by Komang Puja Savitri
June 16, 2025
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja
Persona

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani...

by Arix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co