15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

HartantobyHartanto
May 15, 2025
inUlas Rupa
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

Made Gunawan, "Penguasa Laut 1", cat air di atas canvas

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi dan kontemporer. Perpaduan teknik tradisional (nyawi) dan modern ini memberikan tekstur visual yang kompleks. Ini bisa didefinisikan dialog antara warisan tradisional Bali dan pengaruh seni kontemporer global. Hal ini dapat dihubungkan dengan teori estetika Edmund Burke tentang “sublime,” di mana karya ini memanfaatkan intensitas visual untuk menggugah perasaan.

Edmund Burke mengembangkan teori estetika tentang “sublime” dalam karyanya yang berjudul A Philosophical Enquiry into the Origin of Our Ideas of the Sublime and Beautiful (1757). Dalam teori ini, Burke membedakan antara “sublime” dan “beautiful” sebagai dua pengalaman estetika yang berbeda. Sublime adalah pengalaman yang memicu rasa kagum, dahsyat, atau terpesona karena menghadapi sesuatu yang sangat besar, kuat, atau tak terjangkau oleh pemahaman manusia. Sublime sering kali melibatkan elemen ‘daya’ yang besar, tetapi dalam konteks yang aman, sehingga menghasilkan rasa nikmat yang paradoksal. Kalau beautiful  lebih berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan, harmonis, enteng, dan menenangkan, seperti bunga, musik lembut, atau karya seni yang indah.

Tentang ikan, Made Gunawan memang sejak kecil suka pada ikan. Ia dan teman-temannya, acap mencari ikan di parit-parit, yang ada di desanya. Terkadang di kolam milik tetangga. Sedikit pengalaman masa kecil nya di kampung, sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar , sekitar th 1980 an. Sepulang sekolah, ia sering bersama kawan sepermainan ke selokan di pamatang sawah mencari ikan kolen dengan kukusan yg sudah rusak. Ikan keci-kecill yang Gunawan dapatkan hanya untuk mainan bersama kawan-kawan, tidak untuk dikonsumsi.

“Saya masih ingat, ketika itu saya bersama kawan bermain di tengah sawah yg ada kolam ikan karper yg besar-besar. Karena besar ikan nya, atau saya yang masih kecil, ketika saya pegang ikan itu, saya justru di tarik oleh ikan itu. Lalu kami dimarah sama yang empunya kolam, serentak larilah kami”, cerita Gunawan. Begitulah pengalaman masa kecil Gunawan, yang tertanam di ingatannya.

Made Gunawan, “Study Komposisi”, acrylic on canvas

Pada perkembangan selanjutnya, Made Gunawan senantiasa tak lupa menorehkan memori itu lewat kemampuan melukis di atas kertas, atau media apapun. Salah satu obyek yang ia gemari adalah figur ikan. Karya-karya sketsa maupun drawing figur-figur ikan nya mengingatkan saya pada pelukis Prancis kelahiran Tiongkok, Zao Wou-Kie. Ini bisa kita simak dari karya Zao yang berjudul “Untitled” dan karya Made Gunawan yang bertajuk “Penguasa Laut 1” yang bertahun 1996.

Pemadan yang saya maksud ini, bukan bentuk visualnya – tapi spirit, teknik, dan proses penciptaannya. Karya “Untitled” memberikan pada penikmat sekilas tentang bagaimana Zao menggunakan kaligrafi dan teknik melukis Tiongkok dengan cat air, dengan berani dan cekatan, dengan sempurna memamerkan estetika unik “difusi berlapis” dan denyar warna “monokrom” dalam lukisan sapuan tinta Tiongkok tradisional. Tak jauh berbeda dengan Made Gunawan yang acap menggabungkan teknik melukis tradisional Bali dan teknik modern.

Karya Zao tersebut mengandalkan warna primernya – beberapa corak warna– untuk mengatur nada dan ritme keseluruhan, kemudian sentuhan hitam dan biru digunakan untuk menambah kedalaman dan lapisan pada lukisannya. Efek dari difusi tersebut adalah kesan suram kuno serta fluiditas, mengingatkan pada keindahan karya lukis klasik Cina. Ini sepenuhnya menunjukkan kendali Zao atas kuas dan keterampilan dengan teknik kaligrafi Tiongkok.

Kesan lapisan tanpa batas yang diciptakan dengan warna-warna sederhana ini mengingatkan kita pada Lausanne From the West karya Joseph Turner, yang menggunakan cat air sederhana untuk membangun lanskap yang damai. Teknik yang dipergunakan Zao, tak jauh berbeda dengan teknik Made Gunawan. Baik karya-karya lamanya, maupun karya terbarunya kini. Sama dengan Zao, Gunawan, juga tak pernah berhenti mengembangkan teknik melukisnya.

Made Gunawan, “Diburu”, acrylic on canvas

Kembali ke karya “Dunia Ikan” Made Gunawan, Dalam karya ini, Made Gunawan menyampaikan pengalaman emosionalnya dengan memadukan beberapa warna. Ia juga mendistorsi figure-figur untuk menciptakan komunikasi langsung dengan penikmat. Ini membangkitkan rasa nostalgia dan kepekaan terhadap tema bahari. Karya Made Gunawan ini menonjolkan elemen visual seperti warna cerah, pola mosaik, dan komposisi yang padat. Teknik nyawi, yang menggunakan alat tradisional seperti bambu, ia pergunakan untuk menciptakan garis tegas, memberikan detail yang sangat halus pada setiap figur ikan.

Bentuk ikan yang beragam dan pola yang kompleks menciptakan harmoni visual, meskipun komposisinya penuh dan dinamis. Dalam karya ini, ikan mungkin melambangkan kehidupan laut yang kaya di Nusantara, sekaligus menjadi metafora tentang hubungan manusia dengan fauna. Warna-warna cerah seperti merah, biru, dan kuning mungkin saja bisa memengaruhi emosi penikmat, menciptakan rasa kegembiraan dan energi. Saya selaku penikmat, seperti sedang menikmati suatu karya sastra, ‘prosa liris’.

Secara konseptual, karya ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol harmoni dan kehidupan bawah laut yang kaya, atau mungkin sebagai refleksi hubungan manusia dengan alam. Teknik yang digunakan Gunawan, yang sering memadukan seni tradisional dan modern, memberikan kedalaman pada karya ini, menjadikannya lebih dari sekadar lukisan—ia adalah cerita yang hidup. Karya Made Gunawan ini, “dunia ikan” dan “diburu”, digelar di Neka Art Museum Ubud – pada perayaan ke 29 Komunitas Seni Galang Kangin (KSGK) 18 April hingga 18 Mei 2025.

Pada lukisan ini, Gunawan menggunakan media akrilik di ataskanvas dengan detail halus, terutama pada garis dan tekstur tubuh ikan. Gaya lukisan ini bisa dikategorikan dalam neo-tradisional kontemporer – menggabungkan elemen budaya lokal (ikan sebagai simbol) dengan pendekatan abstrak-naratif.  Penggunaan outline hitam yang kuat dan pola repetitif memberikan kesan keramaian dan keteraturan sekaligus. Made Gunawan yang saya kenal, memang menggunakan gaya tradisional Bali yang dipadukan dengan sentuhan modern, seperti penggunaan warna-warna cerah, garis-garis tegas, dan pengisian bidang yang padat sebagai ciri karya lukis tradisional Bali (mirip gaya lukisan Kamasan atau Batuan).

Made Gunawan, “Dunia Ikan”, acrylic on canvas

Warna yang digunakan Gunawan sangat beragam, mulai dari merah, biru, hijau, kuning, oranye hingga coklat tanah. Kombinasi ini menciptakan suasana dinamis dan hidup. Meskipun terkesan acak, susunan ikan sebenarnya membentuk pola grid yang rapi dan sistematis, memperkuat nuansa keteraturan dalam keramaian. Latar belakang tampak seperti jalinan tekstur halus yang mungkin menggambarkan arus atau dunia bawah laut. Karya “Dunia Ikan” ini secara literal menggambarkan ekosistem laut, tetapi secara simbolis bisa dimaknai sebagai miniatur kehidupan sosial manusia. Setiap ikan berbeda warna dan ekspresi → bisa mencerminkan keanekaragaman karakter manusia dalam satu komunitas.

Dari pengamatan saya, karya Made Gunawan yang bertajuk “Dunia Ikan” ini, ada beberapa pendekatan visual dan konseptual yang bisa dibandingkan dengan perupa manca negara tertentu – bukan karena meniru, tapi karena resonansi gaya dan ide. Yang pertama, menurut tafsir saya, adalah pengaruh art brut nya Jean Dubuffet (Prancis), terutama gaya visual “penuh”, penggunaan garis hitam tebal, bentuk-bentuk seperti coretan anak-anak atau primitif yang diulang dalam grid.

Coba bandingkan figur-figur primitif Dubuffet dengan figur ikan-ikan Made Gunawan, ada kemiripan secara teknis, bukan secara visual. Dubuffet menciptakan dunia visual yang kacau namun terstruktur – mirip dengan padatnya dunia ikan Made Gunawan. Keduanya menunjukkan minat pada keragaman karakter dalam ruang yang padat.

Disisi lain, menurut pengamatan saya – bentuk-bentuk simbolik yang sederhana, berwarna cerah, repetitif, dan penuh ritme pada karya Made Gunawan, bisa saya padankan juga dengan perupa Amerika, Keith Haring. Jika Haring banyak melukis  figur manusia, sedangkan Made Gunawan melukis figur ikan — tapi keduanya sama-sama menghidupkan makhluk sebagai ikon sosial. Karya keduanya juga bisa dibaca sebagai komentar sosial, dengan gaya naratif yang atraktif secara visual. Sebab, menurut interpretasi saya –  Made Gunawan menciptakan ‘dunia ikan’ yang imajinatif namun menyimpan makna social. Sekali lagi saya tekankan, pemadanan bukan secara visual, tapi teknik, konten dan spirit penciptaannya.

Pembahasan saya selanjutnya adalah karya Made Gunawan yang bertajuk ; “Diburu” karya Ini adalah sebuah karya yang penuh eksplorasi visual, menggambarkan hubungan antara makhluk laut – dalam suasana yang dinamis dan hidup. Ikan-ikan yang terlukis dalam karya ini memiliki warna-warna mencolok seperti merah, kuning, dan oranye, serta ornamen yang kaya, menciptakan kesan energi dan kerumitan.

Made Gunawan, “Penguasa Laut 1”, cat air di atas canvas

Melalui teknik distorsi pada figur ikan – seperti mata besar dan bentuk-bentuk ekspresif – Gunawan menyampaikan keunikan tiap anggota dalam “keluarga ikan”. Selain itu, pola berputar di latar belakang memperkaya estetika karya, sekaligus memberikan rasa harmoni dalam kompleksitas. Kemudian, melalui pendekatan semiotika – setiap elemen dalam karya ini dapat dipandang sebagai tanda. Maksudnya, bagaimana simbol ikan digunakan sebagai representasi hubungan keluarga, ekosistem, atau bahkan refleksi kehidupan masyarakat.

Sementara itu, distorsi figur adalah representasi makna tersirat dari pengalaman subjektif seniman terhadap tema ikan pada perjalanan hidupnya. Warna-warna yang digunakan memberikan pesan simbolis tentang dinamika emosi yang terkait. Karya ini dapat dikaitkan dengan isu ekologi, khususnya tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut. Seni rupa, memang acap digunakan sebagai medium untuk menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan, dan “Diburu” menyampaikan pesan ini melalui visual yang dinamis.

Karya Made Gunawan ini merupakan pertemuan harmonis antara tradisi Bali dan estetika kontemporer. Di dalam lukisan tersebut, seniman menampilkan motif-motif dekoratif yang rumit dan dinamis, menggabungkan unsur alam dan mitologi. Elemen-elemen seperti makhluk-makhluk bermuka besar dengan ekspresi yang kuat dan detail ornamen yang teliti menyiratkan narasi tentang keterikatan manusia dengan alam serta kekuatan spiritual yang mendasari kehidupan. Ini, menurut saya, sebuah cerminan dari filosofi Tri Hita Karana yang menekankan keharmonisan antara manusia, alam, dan roh

Dari segi komposisi, penggunaan palet warna yang kuat, misalnya perpaduan merah, kuning, dan oranye, menghadirkan energi dan vitalitas yang dominan. Latar belakang yang bergradasi dari pola bersisik merah menuju corak bergelombang biru menciptakan kontras visual sekaligus memberikan ruang bagi imajinasi penikmat untuk merenungi dualitas antara kekuatan dan ketenangan.

Zao Wou Kie, Untitled, 1950, paper

, “Detail pada setiap bentuk, dari garis tegas hingga lekukan halus, menunjukkan keahlian teknik dan imajinasi yang tinggi, membuat setiap bagian dari karya ini bercerita tentang siklus kehidupan dan transformasi alam . Oleh karenanya karya Diburu yang memiliki kekayaan komposisi dan penggunaan palet warna yang sangat intens – menurut saya, beberapa aspek‑nya memang bisa disandingkan dengan karya perupa seperti Dubuffet, meskipun dengan nuansa yang agak berbeda secara kultural dan konseptual.

Seperti kita ketahui, Dubuffet dikenal karena pendekatan “Art Brut”-nya yang mengutamakan kekasaran, spontanitas, dan penggunaan tekstur yang tampak mentah. Gaya ini, menekankan ekspresi yang bebas tanpa banyak aturan formal dan sering kali mengungkapkan emosi dalam bentuk yang sangat langsung.

Dalam karya Diburu, meskipun penggunaan palet merah, kuning, dan oranye menciptakan energi dan vitalitas yang sejalan dengan intensitas emosional yang mungkin ditemukan dalam karya Dubuffet – namun, Made Gunawan mengintegrasikan elemen-elemen simbolis dan teknis yang kental dengan tradisi Bali. Misalnya, gradasi latar belakang yang berubah dari pola sisik merah ke corak bergelombang biru tidak hanya menyampaikan kontras visual – namun juga mengajak penikmat merenungi dualitas kekuatan dan ketenangan yang merupakan bagian dari filosofi alam dan kehidupan. Dalam konteks inilah, perbandingan dengan Dubuffet ada pada sisi penggunaan warna dan dinamika visual, namun pendekatan Gunawan lebih terikat pada makna simbolis dan kearifan lokal.


Wassily Kandinsky, ” Study for Composition II”, oil on canvas

Selain Dubuffet, karya dengan dinamika warna yang kuat dan komposisi ekspresif juga dapat mengingatkan pada perupa ekspresionis seperti Wassily Kandinsky. Kandinsky kerap mengeksplorasi hubungan antara bentuk, warna, dan irama yang diartikulasikan melalui bentuk-bentuk abstrak. Ini, menghadirkan energi sekaligus spiritualitas melalui komposisi yang harmonis namun penuh getar. Sementara itu, Made Gunawan dengan sapuan kuas yang tegas dan palet warna yang emosional menggambarkan alam dan suasana batin dengan intensitas yang mendalam. Itu perbedaannya.

Kunci perbedaan lainnya, terletak pada akar budaya dan teknik tradisional yang digunakan Gunawan, yang dengan cemerlang memadukan warisan lokal dengan teknik modern untuk menarasikan siklus kehidupan dan transformasi alam. Selain itu, keunikan teknik melukis tradisional Bali pada karya Diburu, ini bisa kita telisik dari penggunaan garis tegas dan detail tekstur yang dihasilkan oleh teknik Nyawi. Disisi lain, bisa kita amati kepiawaian Gunawan dalam memaparkan simbolisme yang merujuk pada kekuatan alam, siklus kehidupan, dan filosofi lokal. Dengan demikian, meski secara visual terdapat persamaan dalam hal penggunaan warna dan komposisi ekspresif, konteks kultural dan cara penyampaian narasi dalam karya Gunawan memberikan identitas yang berbeda dan unik. Oleh karenanya, perkenankan saya memberikan istilah ‘prosa liris visual’ pada karya rupa Made Gunawan. [T]

  • Sejumlah referensi diambil dari sejumlah sumber

Penulis: Hartanto
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa
Satire Visual Wayan Setem
‘Semiotika Senirupa’ Ardika
‘Tangis Alam’ Agus Murdika
Orkestra Warna Wayan Naya
Dewa Soma Wijaya, Penjaga Budaya Lama
Kosa Poetika Senirupa Anak Agung Gede Eka Putra Dela
Trimatra Galung Wiratmaja
Selilit: Perlawanan Simbolik Ketut Putrayasa
Memorial Made Supena
Tags: I Made GunawanKomunitas Galang KanginNeka Art MuseumPameran Seni RupaSeni Rupa
Previous Post

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

Hartanto

Hartanto

Pengamat seni, tinggal di mana-mana

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co