BICARA mengenai film animasi, pikiran banyak orang pasti terarah pada karya dari Disney atau Pixar. Film-film seperti Cars, Toy Story, Up, Tangled, dan lain-lain, banyak diputar di bioskop serta pertelevisian Indonesia. Tidak salah, jika film-film animasi tersebut menjadi begitu memorable di sanubari anak-anak Indonesia.
Bahkan mungkin belum lepas dari ingatan anak muda Indonesia, betapa kerennya aksi sebuah truk derek bernama Mater sebagai agen mata-mata di film animasi Cars 2.
Di tengah gempitanya karya-karya animasi luar yang menghiasi, sempat muncul di sebuah harapan yang berseri. Harapan yang mengarah kepada pertanyaan klise, kapankah bangsa ini mampu menghadirkan film animasi buatan sendiri, untuk dinikmati anak-anak negeri.
Menimbang dari sisi sumber daya manusia, sesungguhnya sudah banyak anak-anak muda potensial yang begitu cakap dalam membuat animasi. Tinggal dukungan seluruh pihak, untuk kedepan bisa sama-sama saling bersinergi dalam menciptakan dan berusaha mencintai produk buatan sendiri.
Tantangan terbesar dalam pembuatan film bertipe seperti animasi sesungguhnya berasal dari dalam negeri. Dukungan dari pemerintah, serta sambutan dari masyarakat yang jauh dari kata mumpuni, sering membawa skeptisme di dalam diri. Seperti contoh pada film bergenre superhero, sambutan masyarakat Indonesia terhadap karya dari “Marvel Cinematic Universe” justru lebih heboh daripada “Bumi Langit” yang harmoni.
Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri, kita memang masih perlu banyak belajar cara untuk mendukung dan juga menghargai karya anak bangsa sendiri.
Pertanyaan dan skeptisme terhadap hadirnya film animasi buatan anak negeri, pada akhirnya terjawab pada April 2025. Film “Jumbo” besutan sutradara Ryan Adriandhy, membawa menu segar di tengah gempuran film horor yang merajai bioskop tanah air. Terlebih setelah duduk kurang lebih 2 jam di Denpasar Cineplex, film animasi Jumbo ternyata mampu menghadirkan realitas yang melebihi kadar awal dari imajinasi. Sehingga setelah selesai menonton, citta dalam diri ini pun banyak memperoleh pembelajaran, serta berani berujar bahwa, harapan untuk film peranimasian Indonesia dimulai dari Jumbo!
Kaya Pendidikan Karakter
Sebagai film animasi yang ditujukan untuk semua umur, Jumbo memang kaya dengan pendidikan karakter yang baik untuk anak-anak. Sepanjang film, karakter Don sebagai pemeran utama dan kawan-kawannya senantiasa memperlihatkan nilai-nilai luhur anak bangsa, seperti persahabatan, pantang menyerah, belajar mendengarkan, dan saling tolong menolong antar sesama.
Hal yang paling mengena dari setiap adegan anak-anak di film Jumbo adalah tidak ada sama sekali scene yang memperlihatkan anak kecil berkutat dengan gawai. Semua masih murni, dimana kebahagiaan bisa dihadirkan saat bisa mengajar bola dan bermain bersama teman-teman atas dasar kesetiakawanan.
Sajian Budaya dan Kearifan Lokal Nusantara
Film Animasi Jumbo turut menggali, serta menyajikan budaya dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas Nusantara. Sepanjang film, acap kali ditampilkan permainan tradisional, budaya mendongeng, sampai pentas seni yang diikuti oleh anak-anak muda Indonesia.
Salah satu contohnya, ketika diperlihatkan adegan panjat pinang dan lomba mencabut koin dari buah yang diikuti oleh Don dan kawan-kawan. Hal ini tentu menjadi media pengenalan, sekaligus pelestarian terhadap budaya dan kearifan lokal yang mulai ditinggalkan anak-anak Indonesia di era sekarang.
Pengangkatan Isu Sosial
Selain kaya akan nilai pendidikan karakter dan sajian budaya, film Jumbo ternyata juga menyisipkan isu-isu sosial yang masih lekat di lingkungan masyarakat. Dimulai dari masalah kemiskinan, tantangan kemanusiaan, sampai kasus penggusuran yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia. Hal ini secara tidak langsung hadir sebagai kritikan halus bagi pemerintah untuk segera mampu menyelesaikan segala problematika bangsa yang ada.
Lewat sajian tersebut, tidak salah apabila Film Jumbo juga bisa dinikmati oleh remaja dan orang tua, karena sangat reflektif dengan kehidupan.
Lebih dari sekadar menghadirkan buah manis pembelajaran, Jumbo sesungguhnya mampu membawa pelita penerang bagi eksistensi kartun dan perfilman animasi di Indonesia. Dari sisi tampilan, sound, pengisi suara, warna dan jalan cerita, film produksi dari Visinema Studios, Springboard, dan Anami Films ini mampu menjadi refleksi nyata bahwa anak-anak bangsa memang benar-benar mampu menciptakan karya animasi yang berdaya saing dan berkualitas tinggi. Terbukti dari daya magnet film Jumbo yang disambut oleh antusias tinggi, baik dari kalangan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Semoga dengan harapan yang berhasil dijawab dan dihadirkan oleh film Jumbo, bisa menjadi pemantik untuk munculnya film-film animasi Indonesia yang lebih semarak kedepannya.
Jadi sudahkah dirimu dibikin nangis oleh nyanyian Don di film Jumbo? Hehe, maaf sedikit spoiler. [T]
Penulis: Dewa Gede Darma Permana
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis DEWA GEDE DARMA PERMANA
- BACA JUGA: