SABTU, 5 April 2025 Toska (SMA Negeri 2 Kuta Selatan) menerima kunjungan dari mahasiswa University of Southern Phipines sebanyak 25 orang. Kunjungan ini difasilitasi oleh Plan International Indonesia sebuah lembaga nonpemerintah (NGO : Non Govermen Organisation) yang berdiri sejak 1969. Plan International Indonesia sudah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali dengan fokus pada Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Pada Januari 2025, Plan International Indonesia telah melatih 100 sekolah sebagai Pilot Project SPAB di seluruh Bali yang mencakup SLB, SMA, dan SMK. Salah satu peserta Pilot Project SPAB di Provinsi Bali adalah SMA Negeri 2 Kuta Selatan.
Untuk penguatan dan kolaborasi dalam pembelajaran, Yayasan Plan International Indonesia di bawah Direktur Program, Ida Ngurah mengatakan terkesan dengan sambutan hangat dari SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska). “Sejak awal acara dimulai, kami disambut tujuh bidadari Bali dengan Tari Sisya Natya Jnani. Tari Maskot sekolah yang terinspirasi dengan kelembutan dan kearifan Dewi Saraswati sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan. Ilmu pengetahuan mesti didalami dengan banyak belajar dan bergaul sesuai dengan semangat “Wiweka Jaya Sadhu” sebagai moto sekolah. Sungguh luar biasa”, kata Ida Ngurah diaplaus oleh rombongan mahasiswa Filipina penuh gairah.

Tari Maskot SMAN 2 Kuta Selatan, Sisya Natya Jnani | Foto : Adi
SMA Negeri 2 Kuta Selatan mendapat surat dari Plan International Indoneia (25 Maret 2025) yang mengabarkan ada kunjungan dari mahasiswa Filipina ke Toska, tiba-tiba saya ingat Maribeth penyanyi yang mengaku born to song. Lagu “Denpasar Moon” mengguncang Indonesia dan getarnya sampai ke sumsum tulang anak muda Bali pada zamannya. Mengawali presentasi, saya tayangkan video lagu itu yang membuat Prof. Mingming Remata Evora dari University of Southern Philipines bernostalgia dan menikmati syairnya yang indah tentang bulan di bawah langit Denpasar.
Lagu “Denpasar Moon” berkisah tentang kerinduan bertemu di bawah rembulan Denpasar. Lagu ini tenar pada 1993 setelah memenangkan ajang Voice of Asia (1991) dan pada 1995 diangkat menjadi judul film yang ditayangkan Indosiar Televisi Swasta Nasional dan menyedot banyak penonton. Sontak saja Prof. Mingming refleks menggoyang-goyangkan tangannya bernostalgia tentang masa lalu yang ingin diraih kembali, di sini di Pulau Dewata.
Memang Bali ibarat magnet ingin mengikat siapa saja yang pernah berkunjung ke Bali, selalu ingin kembali. Magnet ini perlu terus dirawat, sebagaimana Yogyakarta. “Siapa pun pernah ke Yogyakarta, selalu ingin kembali ke Yogyakarta”. Begitulah, tayangan sekitar 3 menit itu membuat mahasiswa Filipina bergembira artis bangsanya diapresiasi di SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali.

Suasana belajar kolaboratif antara siswa Toska dan mahasiswa Filipina | Foto : I Nyoman Tingkat
Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, I Nyoman Tingkat, menyampaikan presentasi sekitar 8 menit yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Ms. Hardiyanti, guru Bahasa Inggris Toska. Dalam paparannya, I Nyoman Tingkat menyampaikan Program Sekolah yang dipimpinnya berbasis kearifan lokal dengan menggunakan diksi Bahasa Bali untuk menguatkan nilai kebangsaan tanpa tabu menerima pengaruh global secara selektif. Program-program itu antara lain Sadhar Nama (Puasa bersama, Dharma Santi Bersama, dan Natal Bersama), Gelis Diksi (Gerakan Literasi dari Pendidik ke Siswa), Canang Sari (Mencari Tenang Setiap Hari) Taksu Cinta (Duta Karakter Siswa Unggul berdasakan creativity, integrity, norma, think, appreciation), Toska Bersinar (Toska bergerak, resik, harmoni), Masima Krama (Makan siang bersama krama Toska).
Pada bagian lain, I Nyoman Tingkat, yang juga Plt. Kepala SMA Negeri 2 Kuta, menyampaikan sekilas sejarah SMA Negeri 2 Kuta Selatan yang berdiri 3 September 2019. Tahun Pelajaran 2024/2025 mengampu 1111 siswa terbagi dalam 32 rombongan belajar, diampu oleh 64 orang pendidik dan 22 orang tenaga kependidikan. Sampai dengan Angkatan ke-3, Toska sudah menamatkan 1109 alumni dan tersebar di berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia.

Penandatanganan tanda kunjungan mahasiswa Filipina di Toska | Foto : I Nyoman Tingkat
Prof. Mingming dari rombongan mahasiswa Filipina juga merasa terkesan dengan program yang dirancang SMA Negeri 2 Kuta Selatan. Dia tidak menyangka, Sekolah Negeri membuat program dengan kearifan lokal untuk menguatkan nilai kebangsaan tanpa tabu belajar dengan masyarakat global. “Saya salut dengan SMA ini yang berinovasi lintas dunia, berpegang pada nilai kearifan lokal untuk menguatkan nilai kebangsaan dan tidak tabu menerima pengaruh global. Programnya tidak gombal”, kata Prof. Miming memberikan pujian.
Terkait pembelajaran ber-SPAB di SMA Negeri 2 Kuta Selatan, peserta dibawah arahan Enos Ndapareda dan Ratna Galih Puspita dari Plan International Indonesia, membagi peserta menjadi 4 kelompok yang dirancang ala kafe. Belajar ala belanja di kafe, menyenangkan dengan penjual yang ramah dan humanis. Pengelompokan peserta dengan sistem hitung 1,2,3, dan 4 sehingga melahirkan 4 kelompok berdiferensiasi (agama, budaya, asal, Bahasa). Intinya pembelajaran dilakukan dalam waktu singkat seperti layaknya belanja di kafe yang laris manis, makanan dibeli langsung dibungkus karena ada pembeli lain yang segera harus dilayani.
Pembelajaran dilaksanakan menggunakan metode random picking dengan 4 topik yang berbeda di masing-masing kafe. Kafe 1 Toska (SMA Negeri 2 Kuta Selatan) menjual Program sekolah dan praktik SPAB yang dijaga oleh siswa Jegeg Toska, Kirana dan Alia. Kafe 2 menjual Program Kegiatan Anak Muda Bali Siaga Bencana. Penjaganya Rambu, Jeremi, Ersa, dan Junia. Kafe 3 menjual Program Satuan Pendidikan Aman Bencana di Bali dijaga Ratna Galih Puspita dari Plan International Indonesia, dan Kafe 4 menjual Program Mahasiswa Filipina digawangi oleh perwakilan mahasiswa Filipina..
Ibarat berbelanja di kafe, peserta setiap kelompok wajib berkunjung dan berbelanja (bertanya, memberikan masukan, saran, pujian) ke semua kafe setelah penjaga menawarkan barang dagangannya. Tentu saja pembeli mau berbelanja bila barang dagangannya menarik. Misalnya, kafe 1 Toska dagangannya laku berkat apresiasi program toleransi beragama yang disebut Sadhar Nama dan Program PMR Siaga dalam kegiatan internal dan eksternal sekolah.
Ketertarikan mahasiswa Filipina terhadap jualan kafe 1 Toska tidak terlepas dari daya tarik penjaga kafe Kirana dan Alia. Presentasinya mampu menyedot perhatian pengunjung dari mahasiswa Filipina. Dialog dan negosiasi pun terbangun dengan humanis. Pelaksanaan Program Sadhar Nama misalnya diapresiasi positif dalam menumbuhkan toleransi beragama. Di Toska perbedaan itu dinilai sebagai aset untuk diberdayakan, begitu juga PMR yang siaga dalam kegiatan intra dan ekstra sekolah tanpa diskriminasi dalam pelayanan. Semua dilayani setara dengan humanis untuk membangun semangat cinta kasih.

Penyerahan kenang-kenangan dari SMAN 2 Kuta Selatan kepada rombongan mahasiswa Filipina diterima oleh Prof. Mingming | Foto: Emos
Salah seorang mahasiswa Filipina bertanya tentang selempang yang dikenakan Jegeg Toska. Di jawab serentak oleh Kirana dan Alia, “Jegeg Toska is pretty girl from SMA Ngeri 2 Kuta Selatan”.
Sontak saja membuat penanya bilang, “Wow…amazing!”
Begitu juga Kirana dan Alia, walaupun awalnya merasa degdegan berkomuniasi dengan mahasiswa Filipina, keduanya merasa senang. “Kapan lagi, ada kunjungan begini, Pak ?”, tanyanya penuh harap.
Harapan itu semoga bisa terlaksana dalam waktu dekat, sebagai bentuk wisata edukasi yang menjadi program sekolah. Program Wisata Edukasi diniatkan untuk membelajarkan siswa menerapkan Sapta Pesona di lingkungan sekolah. Sebagai SMA Negeri yang belum genap berusia 6 tahun, Toska paling sering menerima tamu dari luar daerah bahkan dari luar negeri, terutama Jepang yang rutin setiap tahun berkunjung ke SMA Negeri 2 Kuta Selatan, dan baru pertama kali dari Filipina.
Pada akhir acara belanja di masing-masing kafe, ada testimoni dari peserta yang beruntung. Terdapat 4 peserta yang beruntung menyampaikan testimoni. Secara umum mereka menyampaikan pengalaman belajar kolaboratif di Toska menyenangkan dan menambah wawasan dan jejaring. Untuk membuat kenangan, semua peserta meninggalkan tanda tangan dalam sebuah media berukuran 60 x 50 cm dan foto bersama. Begitulah, suasana belajar seru bersama mahasiswa Filipina di Toska. Terimakasih kepada Plan International Indonesia yang memercayakan SMA Negeri 2 Kuta Selatan untuk tempat belajar dan berbagi. Ilmu kalau dibagi akan berkembang, berbeda dengan uang dibagi justru berkurang. Salam dari Toska, Wiweka Jaya Sadhu! [T]
Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT